Viral di Media Sosial
5 Kasus Mahasiswa UI Viral, Dibunuh Kakak Senior Sampai Terkini Mahasiswi Kedokteran Hilang di PIK
Simak lima kasus yang melibatkan mahasiswa UI yang viral di media sosial. Mulai dari dibunuh kakak senior hingga mahasiswi kedokteran hilang di PIK.
TRIBUNJAKARTA.COM - Simak lima kasus yang melibatkan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang viral di media sosial.
Kasus mahasiswa UI yang viral itu mulai dari pembunuhan, lompat dari apartemen, kecelakaan dan orang hilang.
Terbaru, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) bernama Tita Larasati Tjoa yang dilaporkan menghilang.
Sedangkan kasus yang belum terpecahkan hingga kini yakni pembunuhan mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA UI, Akseyna Ahad Dori.
TribunJakarta.com, merangkum lima kasus mahasiswa UI yang viral di media sosial.
1. Tita Larasati Tjoa Menghilang
Tita Larasati Tjoa, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) angkatan 2024 menghilang sejak Rabu, 25 September 2024.
Perempuan yang akrab disapa Tita itu terakhir kali terlihat sendirian berada di Pos Sekuriti Pantai Indah Kapuk (PIK) pada Rabu pukul 21.00 WIB.
Deteksi nomor ponsel pada Sabtu (28/9/2024) ada di wilayah Bintaro.
Tita akhirnya ditemukan di kawasan Klaten, Jawa Tengah pada Senin (30/9/2024). Ia telah memberikan kabar kepada ibudanya.
Ayah Tita, Andi Kurniawan membantah tuduhan anaknya menghilang karena tekanan pihak keluarga atau korban penculikan.
Tita Larasati Tjoa ditemukan di kawasan Candi Prambanan, Yogyakarta sendirian sekira pukul 13.00 WIB. Andi menuturkan kondisi putrinya dalam kondisi sehat.

"Ketemunya di pintu depan kawasan Candi Prambanan. Sendirian dia. Dia ngechat ibunya," ucapnya.
Andi belum tahu alasan anaknya menghilang sampai ditemukan di kawasan Candi Prambanan. Andi lebih memilih agar kondisi Tita tenang terlebih dahulu.
"Butuh waktu dulu, Pak. Mohon maaf ya," sebutnya.
2. Mahasiswi Lompat dari Apartemen
Mahasiswi UI berinisial MP tewas mengenaskan usai lompat dari lantai 18 Apartemen Essence Darmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Rabu (8/3/2023) malam sekitar pukul 23.45 WIB.
Sebelum tewas, MP terlebih dahulu mengirimkan pesan melalui sosial medianya kepada orang-orang terdekatnya antara lain teman dan keluarga.
Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Tribuana Roseno mengatakan, pihak keluarga akan dimintai keterangan terkait tewasnya MP.
"Terakhir almarhum (MP) sebelum loncat itu sempat pamitan di sosmed sama keluarga dan teman-temannya. Dari keluarganya yang mungkin lebih tau," kata Tribuana kepada wartawan, Minggu (12/3/2023).

Tribuana menyebutkan, di lokasi kejadian tidak ada saksi yang melihat MP akan melompat.
Hanya petugas keamanan mendengar suara tak lama setelah MP melompat dari lantai 18.
"Salah satu sekuriti yang mendengar ada suara orang jatuh, kemudian tidak lama ada yang teriak minta tolong, itu sudah jatuh sudah di bawah," ujar Tribuana.
Pada Kamis (9/3/2023) dini hari sekitar pukul 01.20 WIB, jenazah korban dibawa ke RS Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan untuk keperluan visum.
3. Mahasiswa UI Tewas Kecelakaan
Mahasiswa UI Hasya Attalah Saputra meninggal dunia setelah ditabrak pensiunan polisi AKBP (Purn) Eko Setia Budi Wahono pada awal tahun 2023.
Pada awal tahun 2023 lalu, Hasya Attalah Saputra meninggal dunia setelah ditabrak pensiunan polisi AKBP (Purn) Eko Setia Budi Wahono.
Atas kasus tersebut, keluarga Hasya pun melaporkan AKBP (Purn) Eko Setia Budi Wahono karena dinilai lalai memberikan pertolongan yang mengakibatkan hilangnya nyawa Hasya.
Sebelum kasus tersebut masuk ke ranah hukum dan penyelidikan, kematian Hasya sempat membuat heboh.
Sebab mendiang Hasya yang menjadi korban justru dijadikan tersangka.
Belakangan, status tersangka Hasya pun dicabut oleh Polda Metro Jaya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan pencabutan status tersangka itu setelah tim khusus (timsus) menemukan adanya novum atau bukti baru dari hasil rekontruksi ulang.
Pencabutan status tersangka itu berdasarkan Peraturan Kabareskrim Nomor 1 tahun 2022 tentang penyidikan tindak pidana terkait proses penerapan status tersangka dan tahapan lainnya terhadap perkara tersebut.
Akhirnya pihak kepolisian pun resmi memulihkan nama baik mendiang Hasya dan mencabut statusnya sebagai tersangka.
4. Mahasiswa Dibunuh Kakak Senior
Mahasiswa UI Muhammad Naufal Zidan dibunuh kakak seniornya Altafasalya Ardnika Basya di dalam kamar kosnya yang beralamat di Jalan Palakali Raya, Kukusan, Beji, Kota Depok, pada Jumat (4/8/2023) siang.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Depok memvonis terdakwa hukuman seumur hidup pada Senin (29/4/2024).
Diketahui, jasad Zidan ditemukan tewas terbungkus plastik hitam sebanyak dua lapis, dan disimpan di kolong tempat tidur kamar kosnya.

Penyelidikan pun dilakukan pasca penemuan korban, hingga akhirnya dalam waktu singkat polisi berhasil mengamankan pelaku pembunuhan Zidan.
Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah kakak tingkat almarhum di Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan Sastra Rusia, Altafasalya Ardnika Basya (23).
Altaf pun mengakui seluruh perbuatan kejinya menghabisi nyawa korban. Ia mengaku motif dari pembunuhan tersebut adalah untuk menguasai harta korban, karena ia sedang terlilit hutang pinjaman online (pinjol) dan gagal bermain saham Crypto hingga merugi puluhan juta rupiah.
Saat ini, Altaf sudah mendekap dibalik jeruji ruang tahanan Polres Metro Depok. Ia terancam dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.
5. Pembunuhan Akseyna
Mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA UI, Akseyna Ahad Dori (19) ditemukan tewas di Danau Kenanga UI, pada 26 Maret 2015.
9 tahun berlalu, misteri kematian Akseyna belum juga terungkap. Akseyna saat pertama kali ditemukan, ia diduga bunuh diri.
Belakangan, kepolisian yang menyelidiki kematian Akseyna menyatakan bahwa Akseyna merupakan korban pembunuhan.
Namun, sampai saat ini kasusnya belum terungkap. Jasad Akseyna saat itu ditemukan oleh seorang mahasiswa UI bernama Roni dengan posisi mengambang di Danau Kenangan sekitar pukul 09.00 WIB.
Penemuan mayat Akseyna mengundang perhatian sejumlah orang. Warga kemudian berkumpul di tempat kejadian perkara.
Semula tak ada yang tahu bahwa sosok mayat itu adalah Akseyna karena tidak ada satu pun identitas yang tertera.

Korban terlihat masih menggunakan ransel berisi sejumlah batu yang diduga untuk menenggelamkan jasad tersebut.
Jasad itu pun dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk diidentifikasi.
Keluarga memastikan bahwa jasad itu adalah Akseyna yang dikenali dari bentuk hidung, pakaian, dan sepatu korban.
Saat itu korban diduga bunuh diri karena polisi yang tengah menyelidki kasus tersebut menemukan sepucuk surat wasiat tertempel di dindin kamar kos Akseyna.
Surat itu kemudian ditelisik oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor). Hasilnya menunjukkan bahwa tulisan itu identik dengan tulisan tangan Akeyna.
Ayah Akseyna, Kolonel (Sus) Mardoto, melihat ada sejumlah kejanggalan terkait kematian putranya.
Ada luka lebam pada tubuh Akseyna. Keberadaan sejumlah batu yang ditemukan di dalam tas korban juga dicurigai sang ayah.
Selain itu, Mardoto tak yakin secarik kertas yang diduga surat wasiat itu ditulis putranya. Polisi saat itu tak berhenti menyelidiki. Sejumlah saksi, barang bukti, dan hasil visum kembali diperiksa.
Penyidik juga memanggil saksi ahli grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation Deborah Dewi untuk memberikan keterangan terkait tulisan tangan pada surat itu.
Hasilnya, Debora menyatakan bahwa tulisan tangan pada surat itu bukan tulisan tangan Akseyna.
Polisi kemudian berkeyakinan Akseyna adalah korban pembunuhan. Yang bisa diketahui adalah korban meninggal diduga bukan karena bunuh diri,” ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya saat itu, Komisaris Besar Krishna Murti.
Hal lain yang memperkuat dugaan itu ialah hasil visum yang menyimpulkan Akseyna diduga tidak sadarkan diri sebelum dicemplungkan ke danau.
Pada paru-paru Akseyna juga terdapat air dan pasir. Hal itu tidak akan ditemukan apabila korban sudah tidak bisa bernapas.
Selain itu, adanya robekan di bagian tumit sepatu Akseyna memperkuat dugaan bahwa ada upaya penyeretan korban. Krishna saat itu kembali menyangsikan bahwa Akseyna tewas karena bunuh diri.
"Danaunya dangkal. Kalau dia bunuh diri, kenapa tidak nyemplung di laut. Menenggelamkan diri itu proses bunuh diri yang sangat lambat. Kalau mau bunuh diri, kenapa tidak loncat saja dari atap gedung," kata Krisha.
Meski telah yakin bahwa Akseyna merupakan korban pembunuhan, polisi kesulitan mengungkap kasus tersebut. Terkini, Kapolres Metro Depok Kombes Arya Perdana mengatakan, pengungkapan kasus pembunuhan Akseyna Ahad Dori terkendala karena jasad korban telat diidentifikasi.
"Kendalanya begini, karena memang penemuan korban yang pertama itu, kita tidak langsung mengenali korbannya siapa (identitasnya)," kata Kapolres Metro Depok Kombes (pol) Arya Perdana saat ditemui Kompas.com, Rabu (5/6/2024).
Arya menambahkan, saat itu proses identifikasi jasad korban baru selesai setelah lima hari jasad Akseyna ditemukan.
"Kalau saya baca dari berita acara, saat sudah ditemukan, setelah itu kita tidak tahu identitasnya siapa, itu di awal. Sehingga 4-5 hari kemudian, setelah orangtua korban datang, mereka lah yang mengenali 'oh ini anak saya'," ujar Arya.
"Nah kita baru (menemukan kecocokan), ternyata ini identik dengan barang-barang pernah diberikan dan (atau) dimiliki oleh korban," tutur Arya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.