Sama-sama Bekerja dan Menerima Upah, Apa Bedanya Buruh dengan Karyawan?

Berikut ini perbedaan buruh dengan karyawan. Meski sama-sama bekerja pada orang lain dan menerim upah, ternyata ada perbedaan yang medasar loh..

Editor: Muji Lestari
pexels.com
Ilustrasi. Sama-sama kerja dan menerima upah, apa bedanya buruh dan karyawan? 

TRIBUNJAKARTA.COM - Meski sama-sama bekerja dan menerima upah, apa perbedaan buruh dan karyawan?

Menjelang penetapan UMP 2025, sejumlah buruh menggelar demo dengan membawa berbagai tuntutan.

Terbaru, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan sebagian gugatan buruh terkait UU Cipta Kerja.

Jelang pengumuman UMP, demo buruh seakan menjadi agenda rutin tahunan yang menjadi wadah, para pekerja untuk menyuarakan hak-haknya.

Namun, para pendemo umumnya didominasi oleh kalangan buruh. Sementara pekerja seperti karyawan jarang tersorot sebagai peserta demo.

Mengenai hal ini, apa yang membedakan buruh dan karyawan?

Istilah Buruh dan Pekerja

Massa buruh yang menggelar aksi demo di depan Balai Kota Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2024).
Massa buruh yang menggelar aksi demo di depan Balai Kota Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2024). (Dionisius Arya Bima Suci/TribunJakarta.com)

Berdasarkan UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Pada dasarnya, buruh, pekerja, tenaga kerja, maupun karyawan adalah sama. Mereka adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan untuk mendapatkan upah atau pendapatan dalam bentuk lain. 

Hanya saja, di Indonesia, pengertian buruh seringkali digunakan untuk menyebut pekerja yang melakukan pekerjaan "kasar" atau dibayar harian. Seperti buruh bangunan, buruh pabrik, dan buruh kuli angkut barang. 

Dilansir kontan.co.id, pada zaman feodal atau zaman penjajahan Belanda, pengertian buruh adalah orang-orang pekerja kasar seperti kuli, tukang, dan lain-lain. 

Orang-orang ini oleh pemerintah Belanda dahulu disebut dengan blue collar (berkerah biru). 

Sedangkan orang-orang yang mengerjakan pekerjaan halus seperti pegawai administrasi yang bisa duduk di meja di sebut dengan white collar (berkerah putih).

Biasanya orang-orang yang termasuk dalam golongan ini adalah para bangsawan yang bekerja di kantor dan juga orang-orang Belanda dan Timur Asing lainnya.

Setelah merdeka tidak lagi mengenal perbedaan antara buruh halus dan buruh kasar tersebut, semua orang yang bekerja di sektor swasta baik pada orang lain maupun badan hukum disebut buruh

Dalam perkembangan hukum perburuhan di Indonesia, istilah buruh diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, sebagaimana yang diusulkan oleh pemerintah (Depnaker) pada waktu kongres FBSI II Tahun 1985. 

Alasan pemerintah karena istilah buruh kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada dibawah pihak lain yakni majikan.

Kemudian, konsep buruh dan pekerja pada akhirnya disamakan dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Perbedaan Buruh dan Karyawan

Terdapat beberapa hal mendasar perbedaan buruh dengan karyawan, di antaranya:

1. Status Pekerjaan

Perbedaan pertama antara buruh dan karyawan adalah status pekerjaan mereka.

Buruh biasanya merupakan pekerja kasar yang melakukan pekerjaan manual, seperti bekerja di pabrik atau di lapangan.

Buruh sering kali dipekerjakan secara harian atau kontrak, dan status pekerjaan mereka cenderung lebih tidak stabil.

Sementara itu, karyawan sering kali memiliki status pekerjaan yang lebih terstruktur dan jaminan pekerjaan jangka panjang. 

Seorang karyawan biasanya dipekerjakan sebagai pegawai tetap dan memiliki hak atas tunjangan kesehatan, cuti, dan tunjangan lainnya.

2. Jenis Pekerjaan

Perbedaan lain antara buruh dan karyawan terletak pada jenis pekerjaan yang mereka lakukan. 

Buruh umumnya melakukan pekerjaan manual seperti pengangkutan barang, penanganan material, atau pekerjaan di lapangan.

Di sisi lain, penyebutan karyawan biasanya diberikan pada mereka yang bekerja di berbagai bidang, seperti akuntansi, pemasaran, teknologi informasi, dan lain-lain.

Mereka seringkali memiliki tugas yang lebih spesifik dan terkadang memerlukan kualifikasi pendidikan tertentu.

3. Tingkat Keterampilan

Buruh umumnya tidak memerlukan kualifikasi khusus atau keahlian khusus untuk melakukan pekerjaan mereka

 Sebaliknya, karyawan biasanya memiliki tingkat keterampilan yang lebih tinggi dan seringkali memerlukan pendidikan formal atau pelatihan khusus untuk melakukan tugas mereka.
 
Tingkat keterampilan yang lebih tinggi ini dapat mempengaruhi upah yang diterima oleh karyawan.

4. Pengawasan

Buruh umumnya memiliki tingkat pengawasan yang lebih rendah daripada karyawan. Mereka biasanya diawasi oleh seorang supervisor atau manajer langsung, sementara karyawan seringkali bekerja dalam tim dan memiliki struktur manajemen yang lebih kompleks.

Oleh karena itu, karyawan seringkali lebih mandiri dan lebih mampu mengambil keputusan sendiri.

5. Kondisi Kerja

Buruh umumnya bekerja dalam kondisi yang lebih berat dan kurang nyaman dibandingkan dengan karyawan. Pekerjaan buruh seringkali memerlukan banyak tenaga fisik dan bisa berbahaya bagi kesehatan.

Sebaliknya, karyawan biasanya bekerja di dalam ruangan dan dalam kondisi yang lebih aman. Selain itu, karyawan seringkali memiliki hak atas cuti dan jaminan kesehatan yang memastikan kondisi kerja mereka lebih nyaman.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved