Tidak Hanya Pria! Ada 3 Tokoh Perempuan di Balik Pertempuran 10 November, Siapa Mereka?
Tak hanya laki-laki yang berjuang di pertempuran Surabaya tahun 1945. Tetapi banyak juga sosok perempuan yang ikut berjuang, siapa mereka?
Sedangkan pada tanggal 10 November 1998, pemerintah Indonesia mengganjarnya dengan Bintang Mahaputra Nararya atas jasanya sebagai wartawan sekaligus pegawai di Kementerian Penerangan pada 1950.
Ia kemudian menuliskan kisahnya selama di Indonesia dalam autobiografinya yang berjudul “Revolt in Paradise”. Tantri wafat di Sydney, Australia pada 27 Juli 1997.
2. Lukitaningsih
Pada buku yang dikeluarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Jakarta tahun 1992 memuat nama Lukitaningsih.
Sosok ini, muncul saat awal September 1945 ketika Persatuan Pemuda Putri yang terdiri atas kelompok-kelompok pemuda pelajar/mahasiswa, pemuda kantor/pegawai, dan pemuda kampung mengadakan rapat di Gedung Nasional Bubutan Surabaya.
Ketika itu terbentuk Pemuda Putri Republik Indonesia atau PPRI yang merupakan federasi dari tiga unsur kelompok pemuda dengan ketuanya adalah Lukitaningsih. Saat itu ia berasal dari Kantor Berita Dumai.
Lukitaningsih dan anggotanya mendirikan pos PPPK, mendirikan dapur umum, dan menolong para pengungsi melalui Laskar Putri. Pada saat itu, ada 200 remaja putri yang siap diasramakan.
Rencana, para remaja putri ini akan mendapatkan pelatihan penanganan kegawatdaruratan dan pelatihan lainnya.
Namun sebelum rencana asrama ini ditindaklanjuti, peristiwa 10 November 1945 meletus dan 50 orang tenaga Laskar Putri ini harus menjadi tenaga inti dari Korp Palang Merah Indonesia.
Saat itu Lukitaningsih menjadi komandan dan menyusup ke medan perang untuk evakuasi korban.
Beberapa anggota, bahkan ada yang baru pertama kali melihat senapan dan mortir. Serta ada yang baru mengenal tata cara melakukan pertolongan pertama.
Lukitaningsih dan para perempuan lainnya ikut menggali dan menguburkan para korban perang Surabaya kala itu.
3. Dariah
Dariah sering dipanggil Dar Mortir. Nama aslinya Darijah Soerodikoesoemo. Sosok ini disebutkan pada banyak literatur yang membahas pertempuran 10 November 1945.
Seperti yang dikisahkan Nugroho Notosusanto pada buku karyanya berjudul "Pertempuran Surabaya" yang diterbitkan Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI tahun 1995.
Resmi Dilantik, PPLIPI Jakarta Utara Siap Perkuat Partisipasi Perempuan |
![]() |
---|
Polisi Periksa Kejiwaan Ibu dari Bocah Perempuan yang Tewas dalam Kamar Kos Penjaringan |
![]() |
---|
Masih Pemulihan Usai Melahirkan di Toilet Indekos, Ibu Pembuang Bayi di Cipete Belum Jadi Tersangka |
![]() |
---|
Sebelum Tewas dalam Kamar Kos, Anak 8 Tahun di Penjaringan Sering Terlihat Keluar Penuh Luka Lebam |
![]() |
---|
Anak 8 Tahun Tewas di Kos Penjaringan, Pilu Semasa Hidup Tak Pernah Main Bareng Teman Sebaya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.