Fenomena Warga Kebon Pala Jaktim, Bertahan Belasan Tahun Meski Rumahnya Jadi Langganan Banjir
Bagi Lely Yuliana (49), wilayah Kebon Pala di Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur adalah segalanya.
TRIBUNJAKARTA.COM - Bagi Lely Yuliana (49), wilayah Kebon Pala di Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur adalah segalanya.
Pasalnya, sejak lahir ia sudah mendiami wilayah tersebut bersama ratusan warga lainnya. Padahal, menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta, Isnawa Adji, kawasan tersebut masuk dalam daftar 25 wilayah rawan banjir di Jakarta.
Banjir tersebut, lanjut Isnawa, berasal dari luapan Kali Ciliwung. Sehingga saat air sungai di hulu meningkat, maka Kebon Pala sudah pasti kebanjiran.
Lely, sapaan karibnya pun tak menampik pernyataan dari anak buah PJ Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi itu.
Untuk bulan ini saja, rumah Lely yang berada di wilayah RT 013 RW 004 sudah lebih dari dua kali terendam banjir. Termasuk hari ini, Kamis (28/11/2024).
Ketinggian banjir di wilayah Kelurahan Kampung Melayu mencapai 2,5 meter.
Jangankan untuk pindah ke wilayah lain, banjir sudah lebih dari dua meter saja tak membuat ibu tiga anak ini mengungsi. Ia memilih bertahan di sana, di lantai dua rumahnya.
Sebab, ada sejumlah faktor yang membuatnya 'bertahan' meski puluhan tahun digempur banjir..
"Aduh gimana ya, namanya udah cinta di situ. Udah gitu di situ dekat semua. Sekolah SD, SMP, terus Pasar Mester (Jatinegara) bisa dijangkau dengan jalan kaki 10 menit. Terus Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu dekat dan Kantor Kelurahan Kampung Melayu dekat," ungkapnya saat dihubungi.
Alasan lainnya, karena Lely merasa ekonomi di wilayah tersebut tetap bisa berjalan meski hanya membuka warung kelontong.
Sehingga, warga yang pindah dari kawasannya kebanyakan perempuan yang mengikuti jejak suaminya pascamenikah.

"Mau jualan apa aja di sini juga laku," sambungnya.
Di sisi lain, Lely kian betah karena saat ini rumahnya sudah direnovasi dan menjadi Rumah Panggung.
Rumah Panggung ini merupakan program dari Banzas Jakarta di tahun 2021 lalu.
"Saya juga tinggal di rumah panggung. Kalau banjir enggak parah. Makanya betah tinggal di sana. Kalau dulu bisa hampir 4 meter, sekarang paling parah hanya 1 meter ketinggian airnya di dalam rumah," paparnya.
Menimpali, Ketua RT 013 RW 004, Sanusi membenarkan jika ada warga yang mendapatkan rumah panggung.
Namun, jumlahnya hanya 18 Rumah Panggung, sementara jumlah kepala keluarga (KK) di sana mencapai 150.
Kendati demikian, warga di sana memang sudah bersahabat dengan banjir. Sehingga sejumlah warga yang sempat memutuskan pindah, sampai balik lagi ke kawasan tersebut.
"Sehari-sehari warga di sini mudah (secara fasilitas). Mau jualan juga laku. Makanya pernah ada warga yang udah pindah ke Cibinong, jual rumah di sini. Terus malah balik lagi ke sini, ngontrak. Udah nyaman di sini. Jadi bertahan," bebernya.
Melihat hal ini, Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga menyarankan agar pemerintah bertindak tegas dengan menata kawasan rawan banjir. Salah satunya seperti di Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu.
Jika alasannya merujuk pada fasilitas yang dekat dan lengkap, Nirwono menyarankan agar warga direlokasi tak jauh dari sana dan mengedepankan aset pemda.
"Yang perlu dilakukan dengan kosolidasi lahan. Kalau terdampak banjir pemerintah perlu membangun rusunawa dekat dengan permukiman mereka. Bisa membangun rusunawa dengan fasilitas pendidikan atau kesehatan yang sudah ada tadi. Misalnya di lantai 1 sampai 3 untuk sekolah, lantai berikutnya untuk permukiman," pungkasnya.
Sebagai informasi, dari 25 titik rawan banjir di Jakarta, sebanyak 10 titik berada di wilayah Jakarta Selatan. Kemudian 5 titik di wilayah Jakarta Barat, 7 titik di wilayah Jakarta Timur dan 3 titik di wilayah Jakarta Utara.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.