Viral di Media Sosial

5 Fakta Surya Sahetapy Ditolak Driver Ojol Karena Tuli, Lalu Beri Edukasi Ini ke Publik

Surya Sahetapy memberikan edukasi terhadap para driver ojol ketika berhadapan dengan penumpang yang berkebutuhan khusus. 

Kolase Kompas Grup
Surya Sahetapy, ilustrasi tuna rungu dan ilustrasi ojol. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Surya Sahetapy, anak ketiga dari penyanyi Dewi Yull, mengalami pengalaman kurang mengenakkan ketika memesan jasa antar ojek online (ojol). 

Surya, yang diketahui merupakan penyandang tuli, ditolak oleh driver ojol

Driver ojol bertindak diskriminatif dengan alasan tidak mau melayani penumpang yang 'cacat'.

Pengalaman tak menyenangkan Surya pun dibagikan di media sosialnya dan berujung viral. 

Ia sekaligus memberikan edukasi terhadap para driver ojol ketika berhadapan dengan penumpang yang berkebutuhan khusus. 

Berikut sederet fakta terkait kasus tersebut. 

1. Ditolak driver ojol

Kisahnya berawal saat Surya memesan layanan ojek online dan berakhir ditolak oleh sang pengemudi.

Penolakan oleh driver ojol itu bermula ketika Surya memilih untuk tidak berkomunikasi lewat sambungan telepon, melainkan melalui fitur chat atau percakapan.

Hal itu lantaran Surya memiliki perbedaan cara berkomunikasi seperti orang kebanyakan.

“Saya pakai bahasa isyarat,” tulis Surya memberikan informasi kepada si pengendara.

Sayangnya, permintaan Surya itu langsung ditanggapi dengan kurang baik oleh sang pengendara.

Alih-alih menolak dengan baik, pengendara ojol itu malah menyebut Surya dengan sebutan ‘cacat’ yang terkesan merendahkan.

“Maaf saya cancel saya enggak biasa bawa orang cacat,” tulis si pengendara.

2. Pilih sabar tak menyebarkan nama sang driver

Meski begitu, ia memilih untuk tidak menyebarkan identitas si pengendara, meski tetap memajang potongan percakapan lewat media sosial.

“Saya tidak mau memutuskan rejeki orang tapi bapak ini sudah sopan menyampaikan ini,” tulis Surya.

“Makanya saya hilangkan namanya.”

“Tetapi sudut pandang bapak bahaya/tidak sehat.”

“Makasih sudah cancel karena saya tidak jadi diantar oleh orang yang attitude yang tidak mencerminkan masyarakat dunia pada umumnya. Jadi mental saya pun terjaga,” tulis Surya.

Surya bermaksud untuk memberikan edukasi kepada siapapun, yang mungkin saja, dalam kesehariannya, bersinggungan dengan teman-teman yang memiliki ‘kebutuhan khusus’.

3. Usul ke Gojek

Surya bermaksud untuk memberikan edukasi kepada siapapun, yang mungkin saja, dalam kesehariannya, bersinggungan dengan teman-teman yang memiliki ‘kebutuhan khusus’.

“Usulan untuk @gojekindonesia dan aplikasi transportasi lainnya lainnya, mohon nonaktifkan telfon untuk pengguna Bahasa Isyarat dan Tuli dan infokan driver kalau akun ini pakai bahasa isyarat.”

“Juga sekalian edukasi driver kalau pengguna bahasa isyarat itu bukan “cacat” tetapi mereka “normal” cuma beda bahasa, budaya dan mode komunikasi saja.”

“Kalau bisa training nya ada simulator ketemu penumpang Tuli dan Bahasa Isyarat jadi biar terbiasa kedepannya.”

“Orang yang “tidak normal” itu: koruptor dan orang yang merugikan negara,” tulis Surya.

Rupanya, keluh kesah Surya lewat media sosialnya itu langsung ditanggapi oleh perusahaan penyedia jasa ojek online itu.

4. Direspons Gojek

Pihak Gojek pun merespons keluhan yang disampaikan Surya Sahetapy

Surya mengaku telah dihubungi via pesan langsung ke akunnya. 

“@gojekindonesia sudah menghubungi via DM. Semoga banget kejadian ini merupakan kali terakhir yang tidak mencerminkan bagi banyak orang.”

“Harapannya customer pengguna bahasa isyarat, Tuli dan Disabilitas dianggap penumpang biasa seperti penumpang non-disabilitas.”

“Jadi dijemput dan diantar tanpa ada nya judgement,” tambah Surya memberikan update.

5. Beri 2 edukasi sukarela 

Surya lalu memberikan sebuah ide kepada masyarakat umum untuk membantunya memberikan edukasi kepada para driver ojol

Edukasi itu pun bersifat sukarela. 

Ia menyarankan agar penumpang mencoba membuka percakapan dengan driver online baik mobil, motor atapun bus. 

"Kasih tahu ke driver, ada kejadian seorang Tuli pakai bahasa isyarat dicancel karena driver tidak biasa antar orang seperti itu. Jadi, menurut driver gimana?"

"Kalian simak pendapatnya, jangan menghakimi," tulisnya.

Ia lalu memberikan dua cara mengedukasi driver tersebut. 

"1. Customer tuli pakai bahasa isyarat, kalau tidak bisa, pakai teknologi dari hp (google map dll): tanya dengan tunjuk map dan kasih simbol (jempol).

"2. Info tuli bahwa mereka pakai bahasa tulisan di mana modalitas sama dengan orang dengar, jadi maksimalkan chat di app atau aplikasi tulisan lainnya."

"Coba ya? Itu salah satu bagian edukasi sukarela," pungkasnya. 

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

 

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved