10 Tahun Bukalapak Hingga Tutup Marketplace, Pernah Jual Mobil Mini Cooper Rp 12 Ribu ke Driver Ojol

10 tahun sudah Bukalapak mewarnai dunia e-commerce Indonesia hingga akhirnya menutup marketplace mereka.

TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir
Dedi Heryadi ketika serah terima mobil Mini Cooper, di kantor Bukalapak, Kemang Timur, Jakarta Selatan, Senin (17/12/2018). 

TRIBUNJAKARTA.COM - 10 tahun sudah Bukalapak mewarnai dunia e-commerce Indonesia hingga akhirnya menutup marketplace mereka.

Berdiri sejak 10 Januari 2010 oleh tiga pemrakarsa, Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid, Bukalapak kini mengumumkan transformasi.

Perusahaan teknologi yang memiliki misi menciptakan ekonomi yang adil untuk semua itu mengumumkan hanya akan menjual produk virtual.

"Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak," tertulis di blog Bukalapak, Selasa (7/1/2025).

Produk virtual yang dimaksud ada 24 jenis, yakni:

  1. Pulsa Prabayar
  2. Paket Data
  3. Token Listrik
  4. Listrik Pascabayar
  5. Prakerja
  6. Bukasend
  7. Angsuran Kredit
  8. BPJS Kesehatan
  9. Air PDAM
  10. Telkom
  11. Pulsa Pascabayar
  12. TV Kabel dan Internet
  13. Pajak PBB
  14. Penerimaan Negara
  15. Voucher Streaming
  16. Bayar Denda Tilang
  17. Bayar PPh Final
  18. Bayar PPN
  19. Bayar PPh 21
  20. Bayar SBN
  21. Bayar Bea
  22. BPJS Ketenagakerjaan
  23. BMoney
  24. Voucher Digital Emas

Perjalanana Bukalapak

Mengutip Kompas.com, sejak Bukalapak buka pada Januari 2010 oleh tiga pendiri, pengenalannya dimulai pada era booming sepeda lipat hingga fixed-gear, dengan motor utama komunitas penggemar sepeda.

Platform ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk menjual berbagai jenis sepeda dan aksesori bersepeda.

Seiring waktu, Bukalapak memperluas kategori produknya dan mencatat rata-rata transaksi harian sebesar Rp 500 juta pada tahun 2013, dengan lebih dari 80.000 penjual yang bergabung.

Pada Januari 2020, terjadi perubahan kepemimpinan di Bukalapak. Pendiri Bukalapak Ahmad Zaky mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan CEO Bukalapak terhitung efektif tanggal 6 Januari 2020.

Ini merupakan kelanjutan dari rencana jangka panjang perusahaan memasuki dekade kedua dan dalam rangka membangun bisnis e-commerce yang berkelanjutan.

Dalam keterangan resmi yang diperoleh Kompas.com, terjadi pergantian CEO dari sebelumnya Achmad Zaky digantikan oleh Rachmat Kaimuddin. Achmad Zaky kemudian berposisi sebagai penasihat Bukalapak, Tech Startup Mentor. Selain itu, dia juga akan menjadi pemimpin Yayasan Achmad Zaky.

Dengan perubahan ini, maka komposisi petinggi Bukalapak terdiri dari Rachmat Kaimuddin sebagai CEO, Fajrin Rasyid sebagai Presiden dan Co-Founder, Nugroho Herucahyono sebagai Chief Technical Officer (CTO) dan Co-Founder, Willix Halim sebagai Chief Operating Officer, Natalia Firmansyah sebagai Chief Financial Officer, dan Teddy Oetomo sebagai Chief Strategy Officer.

Setelah Zaky, Nugroho Herucahyono dan Muhamad Fajrin Rasyid juga mengundurkan diri dari perusahaan. Pergantian ini menandai perubahan strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan di industri e-commerce.

Pada 27 Juli 2021, Bukalapak mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode emiten BUKA. Langkah ini menjadikan Bukalapak sebagai salah satu perusahaan teknologi Indonesia yang berhasil melakukan penawaran umum perdana (IPO) di pasar modal. Namun, pada Januari 2025, Bukalapak mengumumkan akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di platform marketplace mereka.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved