Wawancara Eksklusif

Ketua DPRD Ungkap Air di Jakpus Sudah Payau: Sangat Mungkin ke Depan Banjir Rob Sampai ke Monas

Ketua DPRD Jakarta, Khoirudin mengungkap ancaman besar yang dihadapi Jakarta, yakni penurunan muka tanah.

|
Monas (kompas.com / Nabilla Ramadhian) dan Khoirudin (Youtube TribunJakarta Official)
POTENSI MONAS KEBANJIRAN - Kolase foto Monas Jakarta, Rabu (29/1/2020) dengan Ketua DPRD Jakarta, Khoirudin di kantor DPRD Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2025) 

TRIBUNJAKARTA.COM - Ketua DPRD Jakarta, Khoirudin mengungkap ancaman besar yang dihadapi Jakarta, yakni penurunan muka tanah.

Hal itu membuat Jakarta dihantui banjir rob sampai ke pusat kota.

Politikus PKS itu mengungkapkan, permukaan tanah Jakarta sudah berada satu meter lebih rendah dari permukaan laut.

Bahkan, intrusi atau perembesan air laut ke dalam lapisan tanah dan bercampur dengan air tanah sudah sampai ke pusat kota.

Kata Khoirudin, di wilayah Monas, Jakarta Pusat, airnya sudah payau.

"Faktanya memang Jakarta sudah satu meter di bawah permukaan laut."

"Intrusi air laut sudah sampai ke Monas. Airnya sudah payau," kata Khoirudin di program Ngobral, Youtube TribunJakarta Official, tayang Sabtu (1/3/2025).

Ketua DPRD yang memiliki pengalaman 30 tahun menjadi guru itu, mengatakan, faktor utama terjadinya intrusi air laut seluas itu karena besarnya penyedotan air tanah di Jakarta.

"Ini banyak variabel, di antaranya adalah penggunaan air tanah yang tidak terkontrol," ujarnya.

Khoirudin mengatakan, dewan tengah mengupayakan kontrol melalui pansus terkait penyedotan air tanah.

"Nanti kita akan kontrol jangan sampai para penduduk Jakarta, gedung-gedung mewah, kompleks-kompleks, kemudian apartemen-apartemen hotel, menggunakan air tanah."

"Karena kalau itu dibiarkan akan semakin parah penurunan muka tanah."

"Kemungkinan banjirnya meluas, yang tidak pernah banjir jadi banjir. Ini jadi masalah Jakarta yang harus diselesaikan," ujarnya.

Khoirudin juga menginginkan Pemerintah Provinsi Jakarta membentuk satuan tugas (satgas) menggandeng KPK, polisi hingga kejaksaan untuk menindak pengelola gedung di Jakarta yang masih menyedot air tanah.

"Air payau sudah sampai Monas. Itu karena air laut sudah masuk intrusi melalui kekosongan bawah tanah karena air tanah disedot oleh para pengguna air tanah."

"Saya inginnya ada satgas pemerintah gabung dengan KPK, kejaksaan, kepolisian, untuk turun menyidak hotel-hotel, perkantoran."

"Mudah kok, berapa kebutuhan air dia, berapa rekening PAM air dia. Ketika ada selisih, itulah penggunaan air tanah," papar Khoirudin.

Pada periode sebelumnya, (2017-2012), Gubernur Anies Baswedan sempat menyidak sejumlah gedung di daerah Sudirman-Thamrind.

Namun, Khoirudin menginginkan konsistensi, bukan hanya aksi sekali dua kali yang direkam media.

"Tapi memang kudu harus intens ya, tidak sekedar pemberitaan, ada keinginan untuk menyelamatkan alam ini."

"Kalau tidak ada tindakan, pasti akan meluas," jelasnya.

Khoirudin menyebut persoalan penurunan muka tanah ini sudah darurat.

Bahkan jika tidak ditindak, banjir rob bisa merendam Jakarta bukan hanya di daerah pesisir, tapi juga sampai pusat kota.

"Darurat. Sangat mungkin ke depan, banjir rob sampai ke Monas juga," pungkasnya.

Menteri Sebut Jakarta Bakal Tenggelam

Sebelumnya diberitakan, Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq menyebut Jakarta bakal tenggelam imbas penurunan muka tanah yang ekstrem akibat kerusakan lingkungan.

Kerusakan yang dimaksud adalah pengambilan air tanah terus menerus di Jakarta.

Bahkan, akibat eksploitasi air tanah, Jakarta ambles 10 sampai 30 centimeter per tahunnya.

"Hari ini, setiap tahunnya di Jakarta permukaan tanahnya turun 10 sentimeter. Bahkan, sebagian sampai 30 sentimeter," ungkap Hanif, usai melakukan penanaman bibit pohon di kawasan DAS Ciliwung, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/1/2025), dikutip dari Kompas.com.

Hanya dalam 10 tahun, muka tanah Jakarta bisa turun tiga meter.

"Artinya apa? Kalau 10 tahun lagi maka Jakarta akan turun 3 meter dan seterusnya dan diprediksi akan tenggelam di tahun 2050," sambung dia.

Hanif mengatakan, pemicu lainnya yakni semakin masifnya pembangunan gedung-gedung bertingkat di Jakarta.

Di sisi lain, naiknya permukaan air laut juga turut meningkatkan risiko banjir yang dapat menenggelamkan Jakarta.

"Begitu air tanah dalam diambil terus, di sisi lain juga gedung bangunan bertambah maka tanahnya akan semakin terus turun. Sehingga setiap tahun Jakarta akan semakin dalam tingkat penurunan tanahnya. Ini serius saya sampaikan," imbuh dia.

"Di sisi lain, air laut semakin naik dengan perubahan iklim. Ini dua-duanya benar-benar suatu kombinasi yang sangat menarik untuk bisa menenggelamkan Jakarta," ujar dia.

Hanif melanjutkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan Jakarta dari kondisi itu dengan cara mengembalikan fungsi daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung.

Sebab, lanjut Hanif, Sungai Ciliwung dapat menjadi sumber kehidupan untuk masyarakat Jakarta yang selama ini masih menggantungkan kebutuhan lewat air tanah.

"Kalau kita tidak mengembalikan fungsi Sungai Ciliwung untuk memenuhi hajat hidup orang banyak di wilayah Jabodetabek, maka kita benar-benar sedang merancang bencana yang lebih besar," tutur dia.

"Nah, begitu kondisinya dikembalikan kita juga berharap bisa mampu menjawab kebutuhan air untuk masyarakat," kata dia.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved