Curhatan Orangtua Siswa yang Ikut 'Wajib Militer' ke Dedi Mulyadi, Sudah Nyerah dengan Kelakuan Anak

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menampung sejumlah curhatan dari orangtua siswa yang mengikuti program pendidikan militer.

TribunJabar
DEDI MULYADI DENGAR CURHATAN ORANGTUA SISWA -Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mendatangi kompleks Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Armed 9, di Desa Ciwangi, Kecamatan Bungursari, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (1/5/2025). Ia lalu mendengar curhatan para orangtua siswa. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menampung sejumlah curhatan dari orangtua siswa yang mengikuti program pendidikan militer.

Peristiwa tersebut terjadi saat Dedi Mulyadi mendatangi kompleks Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Armed 9, di Desa Ciwangi, Kecamatan Bungursari, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (1/5/2025). 

Diketahui program ini diperuntukkan bagi siswa yang terlibat berbagai pelanggaran, mulai dari tawuran, tidak disiplin, hingga tindakan yang dianggap tidak pantas oleh orangtua mereka. 

Satu per satu orangtua siswa diajak berdialog langsung oleh Dedi Mulyadi

Dengan pendekatan personal, Dedi menggali latar belakang anak dan kondisi keluarga.

 Misalnya, seorang ibu dari Desa Cibodas menceritakan anaknya terlibat tawuran di sawah. 

"Ibu bisa tangani enggak?" tanya Dedi lewat video yang diunggah di kanal Youtubenya, Kamis (1/5/2025).

Sang ibu menggeleng dan mengaku sudah tidak sanggup, apalagi anaknya kini diasuh oleh neneknya karena ia sudah bercerai. 

Dedi kemudian menegaskan bahwa anak tersebut tetap berstatus pelajar, hanya lokasi sekolahnya saja yang dipindah ke kompleks resimen. 

“Jangan kasih jajan, jangan kasih hape, jangan dijenguk,” ujarnya tegas. 

Orangtua lain menceritakan anaknya adalah anggota paskibra tapi terlibat tawuran. Ada pula yang menyerahkan anaknya karena ketahuan merokok, tidak mau sekolah, bahkan karena hanya mengunggah foto dengan perempuan ke TikTok. 

“Takutnya enggak baik,” kata seorang ibu yang khawatir masa depan anaknya terganggu. 

Dedi menyambutnya dengan menjelaskan bahwa pola pendidikan yang diterapkan akan ketat namun terstruktur, tanpa gawai, makan bergizi, tidur pukul 20.00 WIB, bangun subuh, shalat, olahraga, dan tetap belajar seperti biasa. Lewat dialog santai dan sesekali diselingi candaan, Dedi mampu meredakan keraguan orangtua. 

“Awas loh, seminggu ibu jangan datang ke resimen,” katanya bercanda sambil memeragakan orangtua yang menangis karena rindu anaknya. 

Bahkan ketika seorang ibu hanya menjawab anaknya "bandel dan enggak bisa diatur", Dedi menanggapinya dengan tawa, “Turunan siapa bandel?” 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved