Selama 100 Hari Pimpin Jabar, Dedi Mulyadi Sudah Angkat 'Anak Asuh' dari 2 Kejadian dan 1 Program
Di 100 kepemimpinannya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bukan saja membuat kebijakan, melainkan menjadi ayah asuh untuk sejumlah anak di wilayahnya.
TRIBUNJAKARTA.COM - Dalam 100 kepemimpinannya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bukan saja membuat kebijakan, melainkan menjadi ayah asuh untuk sejumlah anak di wilayahnya.
Tercatat, Mantan Bupati Purwakarta itu sudah mengangkat anak asuh dari dua kejadian dan satu program kebijakan yang dibuatnya.
Apa saja? berikut yang sudah dirangkum Tribun Jakarta:
1. Anak Asuh dari Korban Ledakan Amunisi di Garut
Diketahui, ledakan terjadi dalam pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin (12/5/2025) pukul 09.30 WIB.
Akibatnya menewaskan belas nyawa warga sipil dan juga TNI.
Gerak cepat, Dedi Mulyadi segera menemui keluarga korban ledakan untuk menyampaikan rasa belasungkawanya.
Ia juga menyempatkan untuk berbincang dengan perwakilan dari para keluarga korban.
Dalam momen ini, ia mengatakan siap mengangkat anak-anak dari keluarga korban sebagai anak asuhnya, selain memberikan bantuan sebesar Rp 50 juta perkeluarga keluarga korban.

Di mana Dedi Mulyadi berjanji membiayai sekolah mereka hingga ke perguruan tinggi.
"Seeluruh anak-anak dari korban, sampai perguruan tinggi saya yang urus. Satu keluarga saya menyampaikan Rp 50 juta. Saya sampaikan ke keluarga secara langsung hari ini," katanya dikutip dari Youtube Kompas TV, Selasa (13/5/2025).
Selain itu, Politisi Gerindra ini juga menanggung biaya hidup keluarga korban yang masih hidup.
"Tugas gubernur adalah ngurususin anak-anak yang ditinggalkannya agar tidak terlantar pendidikannya, agar tidak terlantar kehidupannya. Semua anak-anaknya yang berkeluarga dan maupun belum berkeluarga jadi tanggung jawab saya," jelasnya.
2. Anak Asuh dari Korban Longsor Gunung Kuda
Kedua, Dedi Mulyadi siap menjadi ayah asuh untuk seluruh anak korban tragedi tanah longsor di kawasan galian C Gunung Kuda Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Jumat (30/5/2025) lalu.
Saat kejadian ini, Dedi Mulyadi kembali bergerak cepat dengan menemui keluarga korban pada esok harinya, Sabtu (31/5/2025)
"Saya juga sudah menengok salah satu korban, pedagang minuman seorang ibu statusnya janda dan punya 4 orang anaknya. Dari 4 orang anak ini dua orang sudah menikah satu orang lagi persiapan untuk bekerja di Jepang dan satu orang masa status aja kelas satu SMA," dikutip dari instagram @dedimulyadi71.
"Masih ada sekitar 14 korban meninggal yang sudah ditemukan dan 11 korban diperkirakan meninggal dan belum ditemukan. Pemerintah Provinsi Jawa Barat bertanggung jawab terhadap pendidikan seluruh anak-anak yang ditinggalkan oleh korban dan saya bersedia untuk menjadi ayah asuh dari mereka semua," ucapnya dikutip Tribun Jakarta.
Kemudian dirinya mengingatkan untuk para pemilik usaha agar bisa mengelola usahanya dengan baik.
"Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi kita. Bahwa siapapun yang menjadi tuan harus mengelola usahanya dengan pertanggungjawaban peristiwanya dengan baik," pungkasnya.
3. Anak Asuh dari Barak Militer
Meski kebijakan pengiriman siswa nakal ke barak militer menuai polemik, Dedi Mulyadi tetap melanjutkan program yang digagasnya ini.
Bahkan, setelah selesai menjalani pembinaan karakter di barak militer, siswa yang yang tak memiliki orangtua diangkatnya menjadi anak asuh.
Anak asuhnya ini bakal tinggal di Bandung dan mendapatkan pendidikan yang layak.
"Saya sekolahkan. Saya persiapkan untuk jadi TNI, jadi polisi, atau kuliah, sesuai apa yang mereka inginkan," ucapnya dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, Dedi Mulyadi juga blak-bakan jika dirinya 'keras' di depan salah satu siswi yang memilih menjadi anak angkatnya.
"Kenapa milih ikut sama saya?," tanya Dedi Mulyadi.
"Dimarahin terus di rumah," kata siswi yang bernama Yunika seraya tertawa.
"Dari pada di rumah kacau lagi, lebih baik ikut sama Kang Dedi," ujar Dedi Mulyadi.
Kemudian Yunika menjelaskan jika ibunya sudah meminta maaf dan sadar cara mendidiknya keras terhadap sang anak.
Pernyataan ini pun langsung disahuti Dedi Mulyadi.
"Dedi Mulyadi lebih keras loh," ujarnya
Sebagai contoh, ia menyebutkan ada anaknya yang tak diberikan permen sampai sang anak membanting tempat tisu.
"Tapi habis situ nangis minta maaf, minta peluk karena dia salah,"
"Saya nih keras, jangan salah, tanya sama staf saya. Wuuh galak," beber Dedi Mulyadi.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.