SOSOK Dadang Supriatna Bupati Bandung yang Sindir Halus Dedi Mulyadi: Jangan Sampai Dibawa ke Barak

Sosok Bupati Bandung Dadang Supriatna yang menyindir halus Gubernur Jabar Dedi Mulyadi soal barak militer. Dadang punya program buat siswa bermasalah.

TribunNewsmaker.com/Instagram.com/Tribunjabar.id / Adi Ramadhan Pratama
BARAK MILITER - Bupati Bandung Dadang Supriatna saat sambutan pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran dan Hadis (MTQH) ke-39 tingkat Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bandung. Sosok Bupati Bandung Dadang Supriatna yang menyindir halus Gubernur Jabar Dedi Mulyadi soal barak militer. Dadang punya program buat siswa bermasalah. 

Kemudian Dadang sempat menjabat anggota DPRD Jawa Barat selama satu tahun.

Kemudian dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai legislatif di Jawa Barat untuk mengikuti Pilbup Bandung 2020.

Pada pencalonan Pilbup Bandung tersebut dirinya keluar dari Partai Golkar menjadi Partai Kebangkitan Bangsa.

Riwayat Pendidikan:

  • MI Sapan pada tahun 1979 - 1985
  • SMP Negeri 2 Buahbatu Kabupaten Bandung tahun 1985 - 1988
  • STM Igasar Pindad Bandung tahun 1988 - 1991.
  • Universitas Langlangbuana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tahun 1999 - 2003.
  • Magister Ilmu Pemerintahan di Universitas Langlangbuana pada tahun 2008 - 2010.
  • Program Doktor Ilmu Ekonomi Konsentrasi Keuangan, Pemasaran dan MSDM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti tahun 2017 - 2023.

Sindiran Halus

Dadang Supriatna sempat membanggakan tiga muatan pendidikan lokal di Kabupaten Bandung dihadapan Dedi Mulyadi, yaitu seperti pendidikan Pancasila, pendidikan bahasa Sunda, serta pendidikan membaca dan menghafal Al-Quran. 

Hal itu dikatakannya saat sambutan pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran dan Hadis (MTQH) ke-39 tingkat Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bandung.

Menurut Dadang, tiga muatan pendidikan lokal tersebut bisa menjadi salah satu upaya dalam membentuk dan menanamkan fondasi nilai-nilai kebangsaan, kearifan lokal, hingga spiritualitas bagi para siswa-siswi yang ada di wilayahnya.

"Tentunya, Kabupaten Bandung ada tiga muatan lokal yang sudah kami lakukan. Pertama, untuk anak sekolah TK, SD, SMP sesuai dengan kewenangannya, bahwa diwajibkan untuk mempelajari pendidikan Pancasila dan Undang-undang Dasar 45. Kedua, melaksanakan pendidikan bahasa Sunda. Dan ketiga, mengaji dan menghafal Al-Qur'an," ujarnya saat sambutan MTQH pada Minggu (15/6/2025) malam.

Lebih lanjut, Dadang menyoroti program unggulan yang kini telah menjadi kebijakan resmi di daerahnya, yakni 'Magrib Mengaji'. Program ini mendorong anak-anak untuk membaca Al-Quran setiap setelah magrib, baik itu di rumah, masjid, maupun madrasah. 

Saat menjelaskan hal tersebut, Dadang menyampaikan harapannya kepada Dedi Mulyadi untuk mengadopsi program itu untuk di seluruh wilayah Jawa Barat. Bahkan dirinya sempat menyinggung, bahwa Dedi Mulyadi sedang menjadi trending topik. 

"Kami sudah surat edarkan dan mohon untuk bisa dijadikan kebijakan Provinsi Jawa Barat yaitu kegiatan Magrib Mengaji di rumah atau di madrasah masing-masing. Tentunya karena Pak Gubernur (Dedi Mulyadi) lagi nge-trend, mudah-mudahan ini menjadikan suatu kebijakan," katanya.

Setelah menyampaikan harapannya, Bupati Bandung tersebut pun langsung menyindir halus Dedi Mulyadi terhadap program cetusannya yaitu 'Barak Militer', yang belakangan ini viral sebagai salah satu solusi menangani siswa bermasalah.

"Jangan sampai dibawa ke barak Pak Gubernur, jadi cukup instruksikan saja untuk anak-anak kita sekolah diwajibkan mengaji bagi agama Islam. Mengaji ba'da magrib di masjid ataupun madrasah masing-masing. Tentunya ini merupakan suatu harapan dan kebanggaan. Insyaallah anak-anak kita akan percaya dan juga menurut ke gubernur Jawa Barat," ucap saat sambutan.

Di sisi lain, sesuai acara pembukaan saat diwawancarai secara terpisah, Dadang menjelaskan lebih lanjut tentang program 'Magrib Mengaji' yang dirinya dorong sebagai alternatif pembinaan anak daripada pendekatan 'Barak Militer'.
 
Bupati Bandung tersebut kembali menegaskan bahwa kegiatan Magrib Mengaji efektif dalam membentuk karakter religius dan mengurangi kenakalan remaja. Oleh karena itu, dirinya menilai program tersebut layak diadopsi di tingkat provinsi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved