Sopir Truk Asal Banyuwangi Nangis, Berjuang Suarakan Aspirasi Terkait ODOL Sampai Kehilangan Istri 

Ujang (43) tak kuasa menahan tangis, dia jauh-jauh datang ke Jakarta untuk ikut menyuarakan aspirasi terkait kebijakan nol ODOL.

Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Rr Dewi Kartika H
TribunJakarta.com/ Yusuf Bachtiar
AKSI SOPIR TRUK - Ujang, sopir truk asal Banyuwangi saat ikut aksi terkait kebijakan ODOL di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (2/7/2025).  

Laporan wartawan TribunJakarta.com Yusuf Bachtiar 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA PUSAT - Sopir truk asal Banyuwangi bernama Ujang (43) tak kuasa menahan tangis, dia jauh-jauh datang ke Jakarta untuk ikut menyuarakan aspirasi terkait kebijakan nol kelebihan muatan alias Over Dimensi Over Load (ODOL).

Ujang ikut bergabung dengan rekan sesama profesi saat menggelar aksi di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (2/7/2025). 

Pria yang sudah puluhan tahun menjadi sopir truk angkutan logistik itu mengatakan, perjuangan menyuarakan aspirasi terkait kebijakan ODOL sudah dilakukan sejak lama. 

"Empat tahun lalu, di Banyuwangi saya mengikuti aksi seperti ini, kami tutup pelabuhan sampai tujuh jam, lumpuh Indonesia Timur," kata Ujang. 

Di momen aksi tersebut, ada kedepidahan yang sangat mendalam dirasakan Ujang. Istrinya yang sedang hamil delapan bulan meninggalkan dunia. 

Sang istri selalu mendukung perjuangannya dalam menuntut keadilan imbas kebijakan ODOL, sampai-sampai menderita sakit karena ikut merasakan dampak akibat aturan pemerintah yang dianggap tak berpihak ke sopir truk

"Istri saya yang hamil besar dengan adanya seperti ini meninggal dunia, saya selalu nangis kalau mengingat ini," ucapnya. 

Menurut Ujang, kebijakan ODOL bisa menimbulkan efek domino bukan hanya bagi sopir truk angkutan logistik. 

Harga barang atau logistik bisa melonjak naik jika aturan ODO digalakkan, hal ini karena kebijakan diterapkan tidak menyeluruh. 

Sopir seperti Ujang mengandalkan tonase dalam perhitungan biaya operasional, kebijakan Zero ODOL tentu akan sangat mempengaruhi pendapatan. 

Ujang mengaku, pihaknya sebenarnya mendukung kebijakan ODOL diterapkan tetapi harus ada solusi konkret untuk pengemudi truk seperti dirinya. 

"Kami mendukung kebijakan ODOL, tapi yang adil jangan berpihak atau pilih-pilih, harusnya kebijakan ini diterapkan di hulu dulu bukan di hilir, jangan kami yang kecil jadi kambing hitam," tegas dia.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

 

 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved