Ketua RT Gen Z di Jakarta Utara

Biasanya Profesi Bapak-bapak, 2 Gen Z Ini Berani Beda: Jadi Ketua RT di Jakut dan Penghulu di Jabar

Dua gen Z, Sahdan Arya Maulana dan Fauzan Al Syifa berani melawan arus dengan menjalani pekerjaan yang biasa dilakoni bapak-bapak.

|
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino dan Dok Pribadi Fauzan
DUA GEN Z INSPIRATIF - Dua sosok generasi Z yang berani bekerja di luar arus utama, Sahdan Arya Maulana menjadi ketua RT di Jakarta Utara dan Fauzan Al Syifa (28) menjadi penghulu di KUA Cibiru. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino dan Dok Pribadi Fauzan). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kisah perjalanan pemuda Sahdan Arya Maulana tengah mencuri perhatian publik karena menjabat sebagai ketua RT di Jakarta Utara.

Namun, tak hanya Sahdan Arya, ada juga pemuda yang bekerja di luar arus utama (anti mainstream). 

Pemuda bernama Fauzan Al Syifa (28) memilih profesi sebagai penghulu. 

Dua generasi z (gen z) ini pun menjalani pekerjaan yang biasa dilakoni bapak-bapak. 

Bagaimana kisah mereka?

Fauzan bercerita barangkali sudah jalan takdirnya yang membawanya masuk ke dunia pernikahan dalam mencari nafkah. 

Awalnya, mantan pengacara muda itu tak terbersit sama sekali ingin berprofesi sebagai penghulu.

Namun, kegagalan tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) beberapa kali ternyata memberikan hikmah tersendiri bagi Fauzan. 

Meski ditolak beberapa kali, Fauzan tak patah arang untuk mencoba terus tes CPNS agar tembus. 

Ia pun mencoba peruntungan dengan mendaftar CPNS untuk posisi penghulu. 

"Empat kali saya sudah pernah coba ujian CPNS dari mulai ikut Mahkamah Agung dua kali, lalu daftar dosen satu kali hingga akhirnya menurunkan ekspektasi coba-coba daftar CPNS penghulu karena di tahun setelah saya daftar dosen, ada info Nasional katanya penghulu di Indonesia terbilang krisis," katanya saat dihubungi TribunJakarta.com pada Rabu (16/7/2025). 

Setelah merenung dan berkonsultasi dengan istri, keluarga dan temannya, ia membulatkan tekad untuk ikut CPNS penghulu. 

"Alhamdulilah lulus dengan hasil yang memuaskan," katanya. 

Fauzan diangkat sebagai Penghulu Ahli Pertama pada bulan Mei 2025 dan langsung ditempatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) di Kecamatan Cibiru Kota Bandung. 

Ia pun bisa terbilang sebagai angkatan termuda sebagai penghulu se-provinsi Jawa Barat.

Pengalamannya sebagai penghulu baru seumur jagung. 

Namun, bermodal pengalamannya sebagai pengacara, ia merasa tak begitu 'gagap' dan polos dengan dunia perkawinan. 

"Saya pernah berprofesi sebagai lawyer dan sering berhubungan dengan penghulu, jadi tidak asing dengan dunia kepenghuluan terutama masalah perkawinan," lanjutnya. 

Setelah menjalani profesinya beberapa bulan, Fauzan mengaku senang karena melihat orang lain berbahagia dalam satu ikatan pernikahan. 

Apalagi, kebahagiaan itu juga berasal dari perannya yang krusial dalam akad nikah. 

Namun, bukan berarti Fauzan tak merasakan duka kala bertugas sebagai penghulu. 

Ada juga keluarga mempelai yang terkadang tak sabaran dengan penghulu. Mereka bahkan tidak mau tahu alasan keterlambatan penghulu ke lokasi akad nikah. 

Ia juga merasa sedih jika pasangan yang bertikai gagal menyatu kembali meski sudah dimediasi oleh dirinya sehingga berujung perceraian.

"Dukanya terkadang masyarakat tidak ingin tahu alasan kenapa penghulu bisa terlambat, ataupun kadang ketika ada masyarakat yang perlu bantuan mediasi untuk mempertahankan rumah tangga tapi upaya mediasinya tidak berhasil sehingga memutuskan untuk bercerai," ceritanya. 

Selain itu, pahitnya lagi Fauzan harus merelakan waktu akhir pekannya untuk melancarkan kebahagian orang lain. 

"Dukanya quality time dengan keluarga saya hilang karena saya harus tetap bertugas pada hari Sabtu atau Minggu," ucapnya. 

Namun, ia tetap menikmati pekerjaannya sebagai penghulu. 

Ia merasa banyak juga masyarakat yang menghargai profesi ini sehingga membuat Fauzan bersemangat dalam bekerja. 

"Karena ternyata di masyarakat yang sangat menghargai profesi penghulu jadi tidak sedikit orang yang memberikan banyak apresiasi, apresiasi dalam bentuk apapun," pungkasnya. 

Kisah Pak RT Gen Z dari Jakarta Utara

Kisah inspiratif juga datang dari Sahdan Arya Maulana

Di usianya yang masih begitu muda, Sahdan Arya Maulana (19) dipercaya menjabat sebagai ketua RT 07 RW 08 Kelurahan Rawa Badak Selatan.

Di awal kepemimpinannya, ia membuat gebrakan dengan memperbaiki jalan yang rusak di wilayahnya tanpa bantuan pemerintah sedikitpun.

Sahdan terpilih menjadi ketua RT setempat sejak dua bulan lalu, tepatnya Mei 2025.

Ia langsung bergerak cepat memperbaiki jalan permukiman usai mendapat laporan warga.

"Ya, memang sebelumnya dari program saya itu kan pengecoran, pembangunan dan juga awalnya itu memang saya melakukan pengecoran itu rencana sebulan ke depan," kata Arya saat ditemui di lokasi, Minggu (13/7/2025).

"Tapi karena saat itu ada kejadian truk terguling di situ. Dan sehingga mengakibatkan jalan hancur, maka malam itu kita perbaiki langsung," jelasnya.

Jalan permukiman yang diperbaiki itu berlokasi di Jalan Kelapa Hijau, RT 07 RW 08 Rawa Badak Selatan.

Menurut Sahdan, perbaikan berupa pengecoran jalan yang rusak sepanjang 100 meter itu hasil swadaya masyarakat.

Merogoh kocek Rp 20 juta, biaya perbaikan jalan dihasilkan dari patungan warga dan biaya operasional sebagai RT yang sama sekali tak digunakannya untuk hal lain.

"Ada yang sebagian dari swadaya dan dari kita. Nah dari kita itu, biaya operasional kita itu semua kita alihkan ke pembangunan semua. Jadi kita selama dua bulan ini tidak pernah ngambil biaya BOP sepeserpun," ucap dia.

Pengerjaan perbaikan jalanan ini berlangsung dua hari.

Ini juga menjadi salah satu upaya untuk mencegah banjir lantaran di belakang pemukimannya terdapat sebuah aliran kali, yang kerap meluap bila hujan lebat datang.

Menurut Sahdan, perbaikan jalan ini harus segera dilakukan karena memang ruas jalan itu menjadi akses utama masyarakat.

Apalagi, selama ini belum ada langkah apapun dari pemerintah soal jalan rusak di sana meski berulangkali telah disampaikan dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).

Jurus silaturahmi

Jurus silaturahmi Ketua RT Gen Z Sahdan Arya Maulana (19) terbukti saat pemilihan RT di Koja, Jakarta Utara.

Sahdan Arya menggunakan strategi kunjungan silaturahmi sebagai upaya pendekatan ke warga jelang pemilihan RT 07 RW 08 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.

Bukan tanpa alasan, silaturahmi itu digunakan Sahdan untuk mendengarkan keluhan warganya.

"Sebelum saya mencalonkan saya silaturahmi kepada warga saya bilang ke mereka, izin saya ingin mencalonkan diri," kata Arya kepada TribunJakarta.com, dikutip Selasa (15/7/2025).

"Dan alhamdulillah warga ya support kepada saya," sambungnya.

Pendekatan dan silaturahmi yang berkali-kali dilakukan Arya kepada masyarakat setempat membuahkan hasil.

Ketika pemilihan berlangsung, Arya menang telak dari calon RT lainnya.

Sahdan memperoleh 126 suara sementara lawannya hanya 17 suara.

Dari hasil pemilihan ini Sahdan lantas mempercayai bahwa warga di sekitar rumahnya mulai menaruh harapan kepada anak-anak muda.

"Suaranya itu cukup jauh, ya. Alhamdulillah, berarti warga pada percaya sama Gen Z," celetuknya.

Cara yang digunakan Sahdan tidak terlepas dari cita-citanya yang ingin menjadi politikus.

Bisa dibilang, Sahdan yang kini masih berstatus mahasiswa sudah mulai mengasah kemampuannya sejak dini.

Sahdan terbilang cukup jago berpolitik sejak usia dini.

Harapan Baru dari Pengurus RT Gen Z

Dalam menjalankan perannya sebagai ketua RT, Arya tak sendirian.

Dua pemuda Gen Z lainnya dari wilayah itu juga menjadi tenaga pendukung Arya.

Mereka adalah Vemmas Wahyu Rianto (20) selaku sekretaris RT dan Riski Saputra (21) yang bertugas sebagai bendahara RT 07 RW 08 Rawa Badak Selatan.

Tiga pemuda sekawan itu memang terbilang masih muda.

Namun, mereka memilih menghabiskan masa mudanya untuk menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat.

Ketiganya memutuskan untuk maju sebagai pengurus wilayah setempat dalam rangka melakukan pembangunan dari tempat yang terdekat, yakni permukiman tempat tinggal mereka sendiri.

Adapun Sahdan Arya masih berstatus sebagai mahasiswa semester 5 di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Sama seperti Arya, Vemmas kini masih berkuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Jakarta.

Di sisi lain, sang bendahara yakni Riski Saputra kini telah bekerja sebagai karyawan swasta.

Namun, di tengah kesibukan mereka masing-masing, tiga pemuda itu bertekad untuk benar-benar serius dalam hal pembangunan wilayah.

"Kita pengen bermanfaat dan mengabdi kepada wilayah. Karena kita lahir di sini. Kecil bareng. Dan kita sebagai manusia harus berkontribusi dan bermanfaat bagi wilayah," tutup Arya.

 

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved