Ketua RT Gen Z di Jakarta Utara
Senyum Ketua RT Gen Z Jakut Ditanya Amplop Buat Kalahkan Pesaing, Tolak Pemberian Dedi Mulyadi
Ketua RT Gen Z Jakut Sahdan Arya Maulana tersenyum saat ditanya amplop demi kalahkan pesaing. Ia tolak pemberian Dedi Mulyadi.
TRIBUNJAKARTA.COM - Ketua RT Gen Z Sahdan Arya Maulana (19) tersenyum saat mendapatkan pertanyaan dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Arya juga sempat menolak pemberian Dedi Mulyadi setelah keduanya bertemu di Lembur Pakuan.
Arya yang kinerjanya viral di media sosial bertemu Dedi Mulyadi.
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta itu ditemani ayahnya Ali Nurdin dan dua pengurus RT 07 RW 08 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.
Kedua pengurus itu yakni Vemmas selaku sekretaris RT dan Riski yang bertugas sebagai bendahara RT 07 RW 08 Rawa Badak Selatan.
Saat bertemu Dedi Mulyadi, Arya menyebut dirinya kuliah jurusan Teknik Industri.
Arya menuturkan telah menjabat sebagai Ketua RT sejak dua bulan yang lalu.
Ia lalu bercerita mengenai pemilihan RT di wilayahnya.
Saat itu, Arya harus bersaing dengan Aris yang berusia lebih dari 50 tahun.
"Ada satu calon. Dua sama saya," kata Arya dikutip dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Rabu (16/7/2025).
Ketika pemilihan berlangsung, Arya menang telak dari calon RT lainnya.
Arya memperoleh 126 suara sementara lawannya hanya 17 suara.
"Wah gila loh. Menang telak ya? 90 persen lebih loh itu. Oh, gila menang telak banget. Pakai dukun dari mana?" tanya Dedi Mulyadi sambil tertawa.
Arya mengungkapkan alasan dirinya ingin maju sebagai Ketua RT.
Ia mengaku punya prinsip sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Lalu, Politikus Gerindra itu bertanya mengenai dana yang dihabiskan untuk mencalonkan diri sebagai Ketua RT.
"Habis berapa nyalon RT? habis berapa amplop?" tanya Dedi.
"Enggak, nyalon RT itu tidak mengeluarkan dana. Tapi ya saya sowan-sowan aja sih ke masyarakat," kata Arya tersenyum.
Dedi kembali bertanya kepada Arya. Ia masih heran Arya tidak mengeluarkan dana sepeser pun.
"Pasti ada biaya kopinya kalau ngobrol pakai kopi kan ngobrol ada kopinya. Ada kopinya enggak?" kata Dedi.
"Enggak sih, enggak. Justru malah mereka yang menyediakannya," kata Arya.
Saat akhir pertemuan, Dedi Mulyadi sempat memberikan amplop tebal.
Ia meminta Arya menerima untuk menambah dana operasional.
Namun, Arya dengan sopan menolaknya.
"Karena saya niat ke sini untuk bapak," kata Arya.
"Ini bisa digunakan untuk ngaspal," kata Dedi.
"Tidak, saya ke sini ikhlas," kata Arya.
"Saya juga ikhlas," kata Dedi
Arya menuturkan dirinya telah didukung oleh Wali Kota Jakarta Utara.
"Keren," kata Dedi.
"Karena saya ke sini niatnya pengin ngobrol sama bapak sih," ujar Arya.
Dedi tetap meminta Arya menerima amplop darinya. Ia menganggap amplop tersebut merupakan honorarium dari pertemuan itu.
Akhirnya, Dedi Mulyadi sempat memberikan amplop tersebut kepada bendahara RT Riski.
Tetapi, Arya meminta Riski untuk mengembalikan amplop itu kepada Dedi Mulyadi.
Kemudian, Dedi sempat menawarkan amplop tersebut kepada ayah Arya, Ali Nurdin.
Ali Nurdin juga menolak pemberian itu.
"Kita jauh-jauh murni saya ke sini karena benar-benar saya kagum," kata Ali Nurdin.
"Waduh, saya juga kagum sama Bapak. Saya baru bertemu dengan orang seperti Bapak. Saya kagum sama Bapak," imbuhnya.
"Baru ini saya ketemu nih tokoh muda punya inovasi. punya visi dan tidak mau menerima rezeki walaupun itu halal gitu. Keren dong," imbuh Dedi.
Sosok Arya viral di media sosial setelah dirinya menjadi inisiator pembangunan jalan permukiman yang dilakukan hasil swadaya masyarakat.
Dalam menjalankan perannya sebagai ketua RT, Arya tak sendirian.
Dua pemuda Gen Z lainnya dari wilayah itu juga menjadi tenaga pendukung Arya ialah Vemmas selaku sekretaris RT dan Riski yang bertugas sebagai bendahara RT 07 RW 08 Rawa Badak Selatan.
Tiga pemuda sekawan itu memang terbilang masih muda. Namun, mereka memilih menghabiskan masa mudanya untuk menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat.
Ketiganya memutuskan untuk maju sebagai pengurus wilayah setempat dalam rangka melakukan pembangunan dari tempat yang terdekat, yakni permukiman tempat tinggal mereka sendiri.
Adapun Sahdan Arya masih berstatus sebagai mahasiswa semester 5 di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sama seperti Arya, Vemmas kini masih berkuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Jakarta.
Di sisi lain, sang bendahara yakni Riski Saputra kini telah bekerja sebagai karyawan swasta.
Namun, di tengah kesibukan mereka masing-masing, tiga pemuda itu bertekad untuk benar-benar serius dalam hal pembangunan wilayah.
"Kita pengen bermanfaat dan mengabdi kepada wilayah. Karena kita lahir di sini. Kecil bareng. Dan kita sebagai manusia harus berkontribusi dan bermanfaat bagi wilayah," tutup Arya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.