Rocky Gerung Tidak Terima! Sebut Prabowo Serampangan hingga Tak Paham Sejarah Partai Ayah Sendiri
Pengamat politik Rocky Gerung tidak terima dengan pidato Presiden Prabowo Subianto di acara Kongres PSI beberapa waktu lalu.
TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik Rocky Gerung tidak terima dengan pidato Presiden Prabowo Subianto di acara Kongres Parta Solidaritas Indonesia (PSI) beberapa waktu lalu.
Prabowo menyamakan PSI yang kini berlogo gajah dengan PSI (Partai Sosialis Indonesia) yang didirikan oleh sejumlah tokoh nasional pada 1948, seperti Sutan Sjahrir hingga ayah Prabowo sendiri, Sumitro Djojohadikusumo.
Bahkan, Rocky menyebut Prabowo tidak memahami sejarah PSI yang berdiri salah satunya berkat buah pikir sang ayahanda.
"Yang jadi soal membandingkannya dengan PSI tahun 50-an itu. PSI yang didirikan oleh Sutan Sjahrir, oleh Muhammad Roem, oleh Soebadio Sastrosatomo, bahkan oleh ayahnya Pak Prabowo sendiri, Pak Sumitro Djojohadikusumo. Kan perbandingan itu menunjukkan bahwa Presiden Prabowo itu kurang paham sejarah PSI yang awal tuh," kata Rocky saat bicara di channel Youtubenya @RockyGerungOfficial_2024, Minggu malam (27/7/2025).
Rocky memaparkan, PSI (Partai Sosialis Indonesia) didirikan pada 1948 untuk menjaga demokrasi yang dianggap terancam karena indikasi otoritarianisme pada diri Presiden Sukarno.
Karena sikap partai itu juga, PSI akhirnya dibubarkan Sukarno pada 1960.
"Karena PSI awal itu partai kader dimaksudkan untuk menjaga negeri supaya demokrasi tetap hidup. Dan karena itu partai itu kemudian dibubarkan oleh Soekarno karena memprotes gejala otoriter pada Presiden Soekarno tahun 60-an itu," papar Rocky.
Sikap dan tujuan PSI sosialis yang sangat berbeda dengan PSI solidaritas itu membuat Rocky mendesak agar Prabowo segera mengoreksi pidatonya.
"Jadi sebetulnya demi keadilan di dalam membaca sejarah republik, harusnya ada koreksi dari Presiden Prabowo," tegas Rocky.
PSI yang kini dipimpin Kaesang Pangarep begitu menjunjung tinggi sosok Presiden ke-7 RI, yang juga ayah Kaesang, Jokowi.
Bahkan sosok Jokowi dijadikan paham yang dianut sebagai pegangan partai dalam berpolitik, yakni Jokowisme.
Di saat PSI sosialis menentang pengkultusan sosok seperti Sukarno, PSI solidaritas justru mengagung-agungkan sosok Jokowi.
Menyamakan kedua partai itu hanya berdasarkan singkatannya, menurut Rocky, Prabowo telah serampangan.
"Pak Prabowo yang mungkin agak serampangan. Memang enggak, saya tetap pakai kata serampangan untuk membandingkan bahwa seolah-olah PSI (Partai Solidaritas Indonesia) ini yang dipimpin oleh Pak Kaesang dan dikomandoi secara paternal oleh bapaknya pasti itu, secara kategoris bukan kelanjutan dari PSI (Partai Sosialis Indonesia) yang partai kader yang isinya adalah kaum intelektual sebetulnya yang berupaya untuk mencari jalan supaya Indonesia tidak jatuh di dalam demagogi."
"Itu karena pada waktu itu banyak kalangan demagog yang terbuai mengkultuskan Bung Karno. Salah satu pesan Sutan Sjahrir waktu itu adalah jangan kultuskan individu tetapi jadikan politik itu sebagai arena perdebatan masa depan dengan konsep yang kuat."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.