Kebakaran Pasar Taman Puring

Antara Asap dan Asa, Kisah Pedagang Pasar Taman Puring Tak Pernah Hilang Meski Dilalap Api

Antara Asap dan Asa, Kisah Pedagang Pasar Taman Puring yang Tak Pernah Mati Meski Dilalap Api

|
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Pebby Adhe Liana

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra 

TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Senin (28/7/2025) petang menjadi momen memilukan bagi ratusan pedagang di Pasar Taman Puring, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Saat sebagian langit Jakarta masih menyisakan cahaya senja, peristiwa berbeda justru terjadi di Pasar Taman Puring.

Asap hitam pekat justru terlihat dari salah satu ruko di pasar itu. 

Pedagang berusaha memadamkannya dengan menyiramkan air dan menyemprotkan cairan alat pemadam api ringan (APAR).

Namun bukannya padam, beberapa menit kemudian justru api besar yang muncul dan langsung tinggi.

Kobaran api menjalar cepat, membakar lapak-lapak yang selama ini menjadi tumpuan hidup ratusan pedagang di Pasar Taman Puring

Saat asap muncul, Nawara Harjo salah satu pedagang senior di Pasar Taman Puring masih berada di lokasi tempatnya berdagang selama puluhan tahun.

"Awalnya asap yang muncul, kita tanggap sudah, Ada yang bawa air, ada yang bawa APAR. Itu api belum ada, masih asap warna hitam, belum ada api," kata Nawara saat berbincang, Selasa (29/7/2025).

PASAR TAMAN PURING - Pedagang Taman Puring. Nawara Harjo salah satu pedagang senior di Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan.
TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA PUTRA
PASAR TAMAN PURING - Pedagang Taman Puring. Nawara Harjo salah satu pedagang senior di Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan. TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA PUTRA (TRIBUNJAKARTA.COM)

Sejak tahun 1991, Nawara telah menjadi bagian dari denyut nadi Pasar Taman Puring

Ia menyaksikan sendiri bagaimana pasar sederhana ini tumbuh menjadi legenda urban alias surga belanja berbagai macam barang branded dengan harga miring.

"Awal mula Taman Puring ini dibangun tahun 1960 tapi waktu itu masih lapak gubuk,"

"Setelah itu tahun 1982 udah kios, terus dibangun, diperbaiki sedikit-sedikit," kata Nawara menceritakan.

Kebakaran kali ini bukan yang pertama. Pasar Taman Puring sebelumnya juga dilalap api pada tahun 2001 dan 2006.

"Tahun 2001 kebakaran terus dibangun kaya gedung yang sekarang ini. Setelah itu tahun 2006 kebakaran lagi. Tapi tidak kebakar semua, cuma lantai dua aja habis. Yang ketiga ini (2025) habis lagi semuanya," kata Nawara. 

Meski pernah berulangkali kebakaran, tapi Nawara dan rekan-rekannya tak pernah menyerah. Mereka bangkit lagi. 

Bukan karena bantuan besar dari pemerintah, melainkan karena tekad yang tak bisa dipadamkan. 

Dengan dana swadaya, mereka membangun kembali kios-kios, menata kembali hidup yang sempat tercerai-berai oleh bencana.

Di kebakaran saat ini, mereka juga berharap Pemprov Jakarta memberikan izin kepada mereka untuk membangun kembali Pasar Taman Puring dengan dana swadaya dari para pedagang.

"Kalau harapan dari pengurus sama warga, ini secepatnya bisa dibangun kembali. 

Mudah-mudahan sama dengan yang pertama kebakaran waktu itu dibangun pakai dana swadaya pedagang," kata dia.

"Mungkin kalau swadaya kan, ada rasa (memiliki) gitu. Jadi kita punya tempat, ini kan loksem, lokasi sementara. 

Jadi pedagang pengennya ya ada usaha dari mereka juga," ujarnya melanjutkan.

Pasar Taman Puring menampung sekira 500 pedagang dari berbagai sektor, mulai dari sepatu, pakaian olahraga, hingga elektronik dan aksesoris. 

Nawara tak menampik keberadaan penjualan melalui online membuat pamor Pasar Taman Puring tak seramai belasan tahun silam.

Kini dari sekira 500 kios yang ada, yang terisi hanya sekira 60 persennya.

Kendati begitu, ia menegaskan keberadaan Pasar Taman Puring sebagai salah satu pasar ikonik di Jakarta haruslah tetap ada.

Sebab, bagi para pedagang, Pasar Taman Puring lebih dari sekadar deretan lapak, melainkan adalah ruang hidup, tempat cita-cita tumbuh, dan saksi bisu perjuangan kelas pekerja kota yang tak kenal menyerah.

Karenanya, di balik asap pekat yang menyelimuti pasar, ada asa dari para pedagang untuk bisa bertahan dan kembali berjualan.

"Karena Pasar Taman Puring ini sudah menjadi salah satu pasar legendaris di Jakarta," ucapnya.

 

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved