Tak Pernah Bayar Iuran, Kelakuan 11 WN China Sindikat Penipuan Internasional Bikin Ketua RT Curiga
Tak Pernah Bayar Iuran, Kelakuan 11 WN China Sindikat Penipuan Internasional Bikin Ketua RT Curiga
Penulis: Annas Furqon Hakim | Editor: Nur Indah Farrah Audina
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNJAKARTA.COM, CILANDAK - Keberadaan 11 warga negara asing (WNA) asal China sindikat penipuan online internasional yang menempati rumah mewah di Jalan Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, sudah dicurigai sejak lama.
Pasalnya, mereka tak pernah membayar iuran kebersihan dan keamanan selama menempati rumah tersebut.
Ketua RT 10/RW 04 Lebak Bulus, Sapto, mengaku kesulitan untuk menagih iuran karena rumah itu selalu terlihat dalam kondisi kosong.
"Ya memang kita tuh agak curiga dengan rumah ini karena sudah lama tidak membayar iuran. Jadi kami selalu mendatangi rumah ini dalam keadaan kosong," kata Sapto, Kamis (31/7/2025).
Sapto sudah berupaya menghubungi pihak pemilik rumah dan penyewa sebelumnya. Namun, upayanya tak membuahkan hasil.
"Nah kami berusaha mencoba menghubungi kepada pemiliknya. Namun belum berhasil, dan kami menanyakan kepada para penyewa sebelumnya juga tidak kooperatif. Jadi saya agak kesulitan ya," ujar dia.
Adapun 11 WNA asal China itu diketahui sudah menempati rumah tersebut selama sekitar lima bulan sejak Maret 2025 lalu.
Para pelaku memasang peredam suara di sejumlah ruangan di lantai dua yang dijadikan sebagai tempat operasional melakukan penipuan online.
Selain itu, terdapat lima bilik yang terbuat dari triplek dan dilapis busa di lantai satu. Bilik itu digunakan saat para pelaku menelepon calon korbannya.
"Modus mereka di mana rumah ini dijadikan tempat markas mereka. Mereka membuat peredam suara di pintu, di jendela pun ada," ungkap Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Nicolas Ary Lilipaly, Rabu (30/7/2025).

Mereka mempekerjakan dua warga negara Indonesia (WNI) sebagai asisten rumah tangga (ART). Namun, kedua ART itu dilarang memasuki ruangan manapun selain dapur.
"Jadi pembantu rumah tangga cukup di bawah saja, di dapur saja, dan tidak boleh masuk ke dalam untuk melakukan atau melihat ataupun mendengar aktivitas mereka," ujar Nicolas.
Ia mengatakan, para pelaku berpura-pura menjadi anggota polisi Distrik Wuhan ketika menipu calon korbannya.
Mereka mengenakan seragam kepolisian negara China dan membuat surat perintah penangkapan yang di dalamnya tertera foto korban.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.