Relokasi Pasar Barito

Cerita 17 Tahun Setelah Direlokasi dari Pasar Barito, Nasib Pedagang Ikan yang 'Kehabisan Napas'

Pedagang Pasar Barito bukan kali ini saja jadi korban relokasi demi taman, hal serupa pernah terjadi 17 tahun silam

|
Jaisy Rahman Tohir/TribunJakarta.com
PASAR IKAN RADIO DALAM - Kondisi sepi Pasar Ikan Radio Dalam, Jakarta Selatan, Senin (11/8/2025). Pasar ikan tersebut merupakan hasil relokasi dari Pasar Barito pada 2008 silam. 

"Saya mulai dagang tahun 2002, wakytu itu lagi booming louhan," kata dia.

Enam tahun menikmati masa jaya, relokasi ke Pasar Inpres seakan meruntuhkan semua.

Usman tidak menyebut nominal, namun ia mengaku pendapatannya anjlok lebih dari setengah.

"Faktor pindah itu wah, banyak kehilangan bang. Kalau ilangnya bisa 75 persen, gak fifty-fifty kalau fifty-fifty masih oke," ujarnya.

Tidak sedikt pedagang ikan yang direlokasi berguguran. Beberapa kios di Pasar Inpres ini memang terlihat tutup.

"Teman saya pada mental, gak tahu pada usaha apaan lagi," ujar Usman.

Semakin tahun, Usman merasa penjualannya semakin turun.

Di antara akuarium-akuarium penuh air dan ikan, Usman seperti "kehabisan napas".

Modalnya perlahan habis, dan hasil penjualan tak sampai menutupi.

Sewa lapak Rp 5 juta per tahun dengan biaya makannya sehari-hari terasa berat dipenuhi.

"Awal-awal masih imbang lah, kalau sekarang pasaknya tuh jauh banget," katanya.

Selain ditinggal pelanggan lama, kios pun semakin sepi karena dihajar pasar online.

"Sebenarnya musuh utamanya online doang. Jadi saya kalau ikutin online, saya gak bisa ngelawannya," kata Usman.

Usman bukan tak mau ikut berjualan online, namun saingannya agen yang harganya jauh lebih murah.

"Saya belanja di agen nih, ambil dah Rp 40 ribu, di online bisa Rp 40 ribu bisa di bawahnya. Yang main online itu bukan orang biasa, orang gede, agen juga yang main," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved