'Jangan Hanya Janji' Pengamat Desak Pramono Tuntaskan Revitalisasi Pasar Munjul
Pengamat Desak Pramono Tuntaskan Janji Kampanye Lanjutkan Revitalisasi Pasar Munjul
Penulis: Bima Putra | Editor: Pebby Adhe Liana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung diminta segera melanjutkan revitalisasi Pasar Munjul, Jakarta Timur yang pembangunannya mangkarak 10 tahun.
Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahardiansah mengatakan Pramono harus melanjutkan revitalisasi Pasar Munjul sebagaimana janji kampanye saat Pilgub DKI Jakarta.
"Dari sisi kebijakan publik tentu urgensinya harus diselesaikan. Apalagi sudah mengkrak 10 tahun, jangan hanya jadi janji," kata Trubus saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Rabu (13/8/2025).
Menurutnya bila proyek revitalisasi Pasar Munjul tidak dilanjutkan maka publik akan kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan Pramono Anung sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Publik akan menganggap ucapan Pramono bahwa revitalisasi Pasar Munjul tidak boleh terhenti hanya merupakan janji manis saat kampanye, namun tidak terealisasi saat Pramono terpilih.
"Jadi pak Pramono memanfaatkan isu itu untuk menarik simpati masyarakat karena memang masyarakat menghendakinya pasar itu eksisting. Karena itu harus dituntaskan," ujarnya.
Trubus menuturkan Pemprov DKI Jakarta patutnya memprioritaskan revitalisasi Pasar Munjul dibandingkan dengan menggagas program baru yang dirasa tidak mendesak kebutuhannya.
Dia mencontohkan gagasan tidak penting Pemprov DKI Jakarta yang ingin agar jembatan di Jakarta dapat dibangun dengan sistem konstruksi buka tutup layaknya di Belanda.
"Kalau (program) yang tidak prioritas tolong jangan diprioritaskan. Misalnya jembatan yang bisa buka tutup, itu kan penyakitnya. Harusnya program prioritas dahulu," tuturnya.
Polemik Pasar Munjul
Pasar Munjul berlokasi di RT.6/RW.1, Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Proyek revitalisasi Pasar Munjul ini pertama kali dilaksanakan pada 2014 silam dengan alokasi anggaran mencapai Rp10,2 miliar.
Gedung tersebut rencananya hendak dibangun dua lantai untuk tempat puluhan pedagang berjualan.
Namun saat tahap pembangunan baru menyentuh lantai satu, pengerjaan mendadak dihentikan.
Anggota Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta tahun 2024, Karyatin Subianto menyebut, proyek revitalisasi Pasar Munjul terhenti akibat adanya dugaan praktik suap dalam proses pembangunannya.
“Karena ada temuan-temuan yang masuk ke Kejaksaan, sehingga pekerjaan pembangunan Pasar Munjul ini jadi mangkrak,” ucapnya saat dihubungi TribunJakarta.com, Selasa (14/5/2024).
Sampai saat ini, gedung yang sudah dibangun dibiarkan begitu saja dan jadi bangunan kosong.
Banyak keluhan pedagang
Polemik revitalisasi pasar munjul semakin ramai dibahas setelah banyaknya keluhan dari pedagang.
Meski pembangunan gedung pasar mangkrak, namun pedagang di Pasar Munjul tetap harus membayar retribusi kepada Pemprov DKI Jakarta.
Retribusi tersebut dibayar melalui rekening Bank DKI Jakarta.
Hal ini pun dikeluhkan oleh para pedagang lantaran mereka mesti tetap membayar uang retribusi meski lapak dagangannya tak layak.
Tak hanya itu, mereka turut menjadi korban pungutan liar (pungli) yang dilakukan sekelompok oknum.
Dalam wawancara tahun 2024 lalu, pedagang Pasar Munjul berinisial WN (47) menjelaskan dirinya terpaksa membayar uang listrik, air, dan sampah di luar retribusi resmi yang disetor ke Pemprov DKI melalui Bank DKI.
“Kalau uang air Rp40 ribu per minggu, uang listrik setiap satu bohlam Rp2 ribu, uang sampah sehari Rp5 ribu,” ucapnya, Minggu (12/5/2024).
Tak sampai di situ, pedagang Pasar Munjul yang ingin mendapatkan lapak pun dikenakan biaya hingga belasan juta.
Praktik jual-beli kios hingga belasan juta ini diduga melibatkan oknum petugas Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PPKUMKM) DKI Jakarta.
“Satu kios yang dijualnya Rp13 juta, dapat tempat jualan berukuran 3x3 meter. Manti setiap tahun surih bayar lagi Rp6 juta, alasannya untuk perpanjangan sewa kios,” ujarnya.
Ironinya meski sudah membayar retribusi dan uang pungli, kondisi Pasar Munjul kian buruk hingga membuat pembeli ogah datang berbelanja.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.