Cerita Kriminal
Akting ART Ade Mulyana Bunuh Penjual Dimsum Dea Permata Karisma Terbongkar, Minta Susu Bikin Curiga
Akting ART Ade Mulyana bunuh majikannya penjual dimsum di Purwakarta, Dea Permata Karisma Terbongkar. Minta susu bikin curiga.
TRIBUNJAKARTA.COM - Akting asisten rumah tangga (ART) Ade Mulyana (26) membunuh majikannya seorang penjual dimsum di Purwakarta, Dea Permata Karisma (27) terbongkar.
Pembunuhan sadis itu terjadi di Komplek Perumahan PJT II, Blok D, Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada Selasa (12/8/2025) siang.
Ade Mulyana sudah setahun bekerja sebagai ART di rumah Dea Permata Karisma.
Suami korban, Fery Riyana (38) membongkar permintaaan janggal istrinya yang disampaikan oleh Ade Mulyana.
Meskipun, Ade Mulyana merupakan orang pertama yang menemukan mayat Dea Permata Karisma.
Apalagi, Ade Mulyana paling histeris saat Dea ditemukan tewas mengenaskan. Bahkan, Ade Mulyana menjerit ketakutan saat menemui tetangga Dea.
Fery menceritakan detik-detik dirinya mengetahui istrinya tewas bersimbah darah.
Saat itu, Fery sedang bekerja. Ia lalu dijemput oleh Ade Mulyana yang memberik kabar bahwa rumahnya sedang dikepung oleh banyak orang.
"Bukannya jagain istri saya, si Ade malah jemput saya ke kantor dengan kasih kabar rumah dikepung, di situ saya masih percaya," kata Fery di kediaman rumah duka di, Perum POJ Sadang, Desa Cisereuh, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Kamis (14/8/2025).
Fery mulai curiga saat ART menyebut istrinya minta dibelikan susu. "Padahal istri saya itu engga suka susu, kalau kopi, iya doyan," ucap Fery.
Saat tiba di rumah, Fery melihat istrinya sudah tewas tertutup selimut.
"Banyak darah, posisi berada di lantai dan tertutup selimut dari atas hingga ke kaki, tapi wajah sudah tak terbentuk," ucap Fery.
Tak Percaya
Fery Riyana pun terkejut saat Ade Mulyana yang dipercaya untuk menjaga istrinya malah membunuh korban.
Ia bercerita Ade dipekerjakan sebagai ART karena istrinya membutuhkan sosok pria yang bisa mengangkut barang-barang untuk berjualan.
Fery percaya kepada Ade karena ibu kandung pelaku sudah lama bekerja dengan keluarganya.
"Jadi sebenarnya Ade itu sebagai asisten rumah tangga engga sendiri, dia bareng dengan ibunya yang sudah juga bekerja lama. Tapi, setahun terakhir ini Adek bekerja sendiri karena dibutuhkan tenaganya yang bisa mengangkat barang-barang berat untuk berjualan," kata Fery.
Fery menyebutkan bahwa sang istri memiliki usaha berjualan makanan dan kerap ikut bazar-bazar.
"Istri itu punya usaha, jadi Ade ini suka bantu-bantu pas ada event atau bazar, bantuin barang-barang berat untuk bukan tenant, dari para cari orang baru, jadi Ade aja yang diajak, karena emang sudah sepercaya itu dengan keluarganya," katanya.
Namun pada Juli 2025, rangkaian ancaman melalui WhatsApp meneror sang istri. Fery yang kesehariannya bekerja di Kantor PJT II, mempercayai Ade untuk menjaga Dea.
"Selain ancama lewat WhatsApp yang diterima istri saya, Ade ini juga bercerita ada orang asing datang kerumah, terus dikejar sama dia orangnya hilang. Pernah juga pas ada saya di rumah, dia bilang ada orang mantau rumah, kami kejar bawa golok, tapi pas disamperin hilang atau engga ada," kata Fery.
Terkait ancaman tersebut, Fery mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian, yakni Babhinkamtibmas setempat.
Saat itu, kata Fery, pihak kepolisian menyarankan agar membuat laporan resmi ke Polsek atau Polres dengan membawa sejumlah alat bukti.
"Saat itu masih laporan yang sifatnya koordinasi, dan saya memutuskan untuk memasang CCTV," ucapnya.
Setelah pemasangan CCTV pada 5 Agustus 2025, Fery menyebutkan bahwa ancaman yang kerap terjadi oleh istrinya sudah tidak pernah ada lagi.
Namun nahas, istri Fery, Dea Permata Karisma ditemukan tewas bersimbah darah di dalam rumahnya yang berada di Komplek PJT II, Desa Jatimekar Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta pada Selasa (12/8/2025) kemarin.
Ancaman
Fery Riyana mengakui istrinya kerap menerima pesan singkat berisi ancaman pembunuhan dari nomor tak dikenal.
Bahkan, sempat muncul pesan seolah dari seorang wanita yang menuduh Dea berselingkuh dengan pria lain.
Fery yang mulai khawatir kemudian meminta bantuan pembantunya, Ade Mulyana, untuk menjaga sang istri di rumah. Penyebabnya, Fery sibuk bekerja di PJT II Jatiluhur.
Tanpa curiga sedikit pun, Fery memercayakan keselamatan istrinya pada pelaku.
Motif Pelaku
Kapolres Purwakarta, AKBP I Dewa Putu Anom Danujaya menjelaskan pembunuhan terjadi pada pukul 11.30 WIB, saat di rumah hanya ada pelaku dan korban.
"Pelaku sempat menagih upah kerja sebesar Rp500 ribu kepada korban, namun tidak ditanggapi," kata Anom dalam keterangan pers di Mapolres Purwakarta, Kamis (14/8/2025).
Karena merasa kesal dan sakit hati, pelaku mengambil palu dan memukul bagian belakang kepala korban.
"Pukulan pertama tidak membuat korban pingsan. Pelaku pun terus menghantam kepala korban hingga korban tidak berdaya," ujar Anom.
Setelah memastikan Dea tak bergerak, pelaku membuang barang bukti, termasuk ponsel korban, di bawah Jembatan Cinangka.
Beberapa barang lainnya dibuang di drainase wilayah Waduk Jatiluhur. Anom menjelaskan, dari hasil penyelidikan sementara, motif utama pelaku adalah sakit hati karena gaji yang tidak kunjung dibayarkan oleh korban.
"Untuk motif lain-lainnya, masih kami dalami," kata Anom saat ditanya kemungkinan adanya motif lain.
Selain menangkap pelaku, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk satu buah palu bergagang hitam, taplak meja warna coklat, dua unit ponsel, dan satu unit sepeda motor Honda Karisma warna hitam.
Atas perbuatannya, pelaku bernama Ade Mulyana dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, dengan ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup.
Sosok Korban
Ibunda Dea Permata Karisma, Ismawati (55) mengungkapkan sosok putrinya yang tewas mengenaskan.
Dea dikenal sebagai pribadi yang tak hanya cerdas, tapi juga ulet dan penuh semangat.
"Sehari-harinya ya ibu rumah tangga, terus dia ada kegiatan usahanya, jualan makanan, dimsum," kata Yuli.
Dea memang dikenal memiliki jiwa kewirausahaan. Di sela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, ia tetap menyempatkan diri mengelola usaha kecil-kecilan yang ia rintis sendiri.
Setiap pagi, kata Yuli, Dea rutin mengantar dagangan dimsumnya ke tenant miliknya di sekitar kampus Politeknik Bisnis (Polbis) Purwakarta.
Jika tidak ada pegawai yang membantu, ia sendiri yang berjaga dari pagi hingga sore hari.
"Dia dari pagi berangkat ke Polbis bawa dagangannya, pulangnya baru tutup usaha. Kalau ada pegawainya, dia arahin dulu, terus pulang ke rumah, bantuin di rumah, nyiapin sarapan suaminya, nyuci, nyetrika, ya biasa ibu rumah tangga," kata Yuli. (TribunJakarta/TribunJabar/Kompas.com
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.