Asosiasi Sebut Penguatan Peran BUMN Jamin Stabilitas Harga Daging
Asosiasi dorong pemerintah memperkuat peran BUMN untuk stabilitasi harga daging. Diketahui harga daging tinggi beberapa bulan terakhir.
TRIBUNJAKARTA.COM - Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) mendorong pemerintah memperkuat peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk stabilitasi harga daging.
Diketahui, harga daging sapi yang terus bertahan tinggi sejak Iduladha 2025 atau pada Juni 2025.
Dikutip dari Tribunnews.com, harga daging sapi di pasaran masih tinggi berkisar Rp120.000-Rp130.000 per kg sejak Lebaran Iduladha 2025.
Ketua Umum APDI, Asnawi, mengatakan kehadiran perusahaan negara dinilai dapat menjamin kepastian harga.
Menurut Asnawi, peran BUMN yaitu PT Berdikari dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), hanya sebagai fasilitator.
Hal itu berdampak pada tata niaga yang dikuasai oknum swasta sehingga harga daging di pasaran tidak terkendali.
"Berdikari dan PPI enggak punya orang (untuk tata niaga). Kalau BUMN cuma jadi fasilitator, buat apa?" kata Asnawi dalam keterangannya, Rabu (13/8/2025).
Asnawi menyampaikan, tingginya harga daging di pasaran dalam beberapa bulan terakhir diduga karena oknum swasta yang menguasai rantai distribusi. Sebab, stok daging sejatinya melimpah.
"Tingginya harga daging di pasar ketika stoknya melimpah karena adanya oknum yang memonopoli dari hulu sampai hilir," imbuhnya.
Ia menerangkan, masuknya produk daging olahan impor ke Indonesia dengan harga lebih murah membuat persaingan tidak kompetitif.
Oleh karena itu, muncul desakan kepada pemerintah agar membuka keran impor daging segar agar persaingan lebih sehat, seperti daging kerbau dari India.
Pemerintah pun akhirnya membuka keran impor tersebut dengan memberikan penugasan kepada dua BUMN, PT Berdikari dan PT PPI.
Setelah harga bagus, kata Asnawi, masuklah kepentingan oknum swasta.
Hal senada disampaikan Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri. Ia berpendapat, pemerintah harus berperan untuk mengendalikan harga daging di pasaran.
"Kami mendorong agar pemerintah melakukan upaya-upaya penguatan untuk daging sapi bisa lebih maksimal," ucapnya saat dihubungi terpisah.
Mansuri melanjutkan, kenaikan harga daging sapi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir tidak lazim. Kondisi diperparah belum pulihnya daya beli masyarakat sehingga banyak pedagang daging sapi yang beralih dagangan.
"Memang daging sapi ini kenaikannya mulai tidak lazim dan daya beli masyarakat belum pulih sehingga banyak pedagang yang beralih dagang ke dagangan yang lain, seperti ayam, ikan, dan seterusnya. Kuota daging kerbau juga tidak banyak yang disuplai ke pasar dan harganya lebih mahal sehingga kenaikan harga daging sapi tidak bisa dikendalikan," tuturnya.
Sementara itu, Rohim pedagang daging sapi di Pasar Kemiri Depok Jawa Barat mendesak agar pemerintah mengambil alih dalam menentukan harga daging sapi di pasaran.
“Kami meminta agar harga daging di pasaran diambil alih pemerintah agar lebih terjamin dan bisa mengontrol harga pasar dan acuan nya rata . jika di pemerintah sudah menentukan harga daging maximal 90 rb/ kg maka sebaiknya sama rata disemua pedagang,” kata dia. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.