Oegroseno Balas Menohok Pernyataan Sahroni, Rocky Gerung Jelaskan Filsafat DPR: Anjing Penggonggong

DPR sedang menjadi sorotan, termasuk soal gaji dan tunjanganya yang disebut-sebut mencapai Rp 100 juta lebih per bulan.

Tribunnews.com/Chaerul Umam
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. 

TRIBUNJAKARTA.COM - DPR sedang menjadi sorotan. Selain gaji dan tunjanganya yang disebut-sebut mencapai Rp 100 juta lebih per bulan, pernyataan para anggotanya pun bikin geram.

Salah satu yang viral adalah pernyataan Anggota DPR RI dari Fraksi NasDem, Ahmad Sahroni.

Seiring kritik atas upah para Anggota DPR, termasuk aksi joget pada saat Sidang MPR RI Tahunan yang dianggap tidak berempati terhadap kehidupan ekonomi masyrakat yang sedang susah, aspirasi untuk membubarkan DPR merebak di media sosial.

Menjelang aksi demo DPR pada Senin (27/8/2025), warganet ramai menghujani DPR dengan kritik, termasuk soal pembubaran DPR.

Sahroni Vs Oegroseno

Sahroni menanggapi aspirasi tersebut dengan umpatan.

Dalam pernyataannya, dia juga menyinggung bahwa orang yang hanya berteriak membubarkan DPR adalah “orang tolol se-dunia”.

"Kenapa? Kita ini memang orang pintar semua? Enggak. Bodoh semua kita. Tetapi ada tata cara kelola bagaimana menyampaikan kritik yang harus dievaluasi,” kata Sahroni saat kunjungan kerja di Polda Sumut, Jumat (22/8/2025), dikutip dari Kompas.com.

Politisi Nasdem itu menegaskan, DPR akan tetap ada sebagai lembaga yang menjalankan fungsi pengawasan dan penyeimbang pemerintah.

Mendengar pernyataan tersebut, Eks Wakapolri (2013-2014), Komjen Pol (Purn) Oegroseno angkat bicara.

Oegroseno sakit hati dengan pernyataan Sahroni.

"Catat nih, orang yang cuma bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol sedunia."

"Saya sebagai Purnawirawan Polri merasa sakit hati dengan pernyataan Ahmad Sahroni yang mengatakan masyarakat tolol karena saya juga bagian dari masyarakat Indonesia," kata Oegroseno di unggahan Instagramnya, Minggu (24/8/2025). 

Sebagai seorang wakil rakyat, kata Oegroseno, Sahroni tidak sepantasnya mengucapkan perkataan kasar itu. 

"Tidak sepantasnya orang yang dipilih rakyat, memberikan pernyataan seperti itu," tutupnya.

Tak sampai situ, Sahroni kembali membuat pernyataan yang direspons negatif oleh publik.

Ia meminta Polda Metro Jaya menangkap pendemo yang rusuh pada Senin (25/8/2025).

Bahkan Sahroni menekankan, imbauan penangkapan itu juga berlaku bagi pendemo usia anak.

“Premanisme di republik ini enggak boleh ada, sekalipun di bawah umur, penjarakan. Jangan semau-maunya di republik ini,” kata Sahroni saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/8/2025).

Menurut Sahroni, aksi pendemo anak yang rusuh atau merusak fasilitas umum adalah hal yang tidak bisa dibiarkan.

“Saya dukung Polda Metro menangkap mereka-mereka yang anarkis, sekalipun di bawah umur,” ujar Sahroni. Itu bayangin, di bawah umur aja begitu brengseknya bersikap. Ini enggak bisa dibiarkan,” ujarnya.

Oegroseno lagi-lagi menanggapi pernyataan Sahroni.

Menurut lulusan Akademi Kepolisian (1978) itu meminta Sahroni dan Anggota DPR RI lainnya introspeksi diri.

Terjadinya aksi anarkisme, kata Oegroseno, terjadi karena ada kanal penyampaian aspirasi yang tersumbat di DPR.

"Ahmad Sahroni tidak perlu teriak-teriak memerintahkan polisi menangkap pendemo anarkis atau pendemo di bawah umur yang brengsek apabila Anggota DPR-RI introspeksi memberi ruang komunikasi yang luas dan mudah kepada masyarakat," kata Oegroseno di unggahan Instagramnya, Rabu (27/8/2025).

Sahroni pun kembali angkat bicara, kali ini mengklarifikasi pernyataannya soal "orang tolol" yang sebelumnya disebut untuk mengomentari masyarakat yang ingin bubarkan DPR.

"Kan gue tidak menyampaikan bahwa masyarakat yang mengatakan bubarkan DPR itu tolol, kan enggak ada," ujar Sahroni pada Selasa (26/8/2025) seperti dikutip dari Kompas.com.

“Tapi untuk spesifik yang gue sampaikan bahwa bahasa tolol itu bukan pada obyek, yang misalnya ‘itu masyarakat yang mengatakan bubar DPR adalah tolol’. Enggak ada itu bahasa gue,” lanjut dia.

Filosofi DPR Ala Rocky Gerung

Pengamat politik Rocky Gerung turut mencermati polemik DPR versus masyarakat ini, yang salah satunya dipicu pernyataan Sahroni.

Rocky pun menjelaskan filosofi dari parlemen yang maknanya adalah anjing penjaga atau watchdog.

Parlemen diistilahkan sebagai anjing penjaga karena tugasnya menggonggong penguasa dan melindungi rakyat.

Jika anjing penjaga itu menggonggong kepada rakyat, maka menurut Roky, hal itu konyol.

"Sebetulnya seorang Anggota DPR di dalam filsafat politik diberi nama watchdog, anjing penjaga."

"Penjaga siapa, Yang menjaga rakyat tentu. Anjing penggonggong, menggonggongi siapa? Yang menggonggongi kekuasaan, menggonggongi pemerintah."

"Jadi dari awal menjadi Anggota DPR berfungsi dua. Satu menggonggong kepada penguasa. Dua, menjaga tuannya yaitu rakyat. Jadi kalau yang terjadi sebaliknya si anjing penggonggong ini menggonggongi rakyat dengan menganggap rakyat itu tolol, rakyat itu kurang cerdas, rakyat itu tidak terdidik, itu artinya dia menggonggongi tuannya kan konyol," papar Rocky di channel Youtube (@RockyGerungOfficial_2024), tayang Rabu (27/8/2025).

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved