Terpisah 40 Tahun, Pria Tidak Dikenal Ini Antarkan Kakek yang Telantar di Yogya Kembali ke Medan

Editor: Erik Sinaga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Arie Gunawan bersama beberapa teman Lowanu Squad

TRIBUNJAKARTA.COM, YOGYAKARTA- Meski tidak saling mengenal, Arie Gunawan menolong seorang kakek asal Medan. Arie, pemilik akun Facebook Arie Marshal membantu kakek tersebut kembali ke kampung halamannya di Medan.

Arie Gunawan pun kini menjadi pembicaraan hangat di media sosial.

Tak hanya itu, Arie juga menemani perjalanan kakek tersebut dari Yogyakarta menuju Medan menggunakan pesawat terbang.

Saat berada di Bandara Kualanamu, Medan, keduanya bertemu dengan warga Yogyakarta yang bekerja di Medan yang tidak lain adalah pemilik akun Facebook Attanta YK. Pemilik akun ini sempat memotret keduanya dan mengunggah kisah itu di grup Facebook Info Cegatan Jogja (ICJ). Kisah yang diunggah oleh akun Facebook Attanta YK ini akhirnya menjadi viral dan menuai pujian para netizen.

Arie Gunawan menceritakan, saat mengantar istri kerja di pasar Beringharjo, ia melihat seorang pria tua duduk sendirian. Pria tua itu terlihat kebingungan dan menangis. Hati Arie Gunawan pun terketuk untuk menghampirinya.

"Saya lihat duduk sendirian seperti melamun, kebingungan dan menangis. Saya datangi dan ajak ngobrol," ujar Arie saat ditemui Kompas.com, Minggu (4/2/2018).

Kepada Arie, pria tua mengaku bernama Sajan (74). Ia asli Medan dan sendirian di Yogyakarta karena ditipu oleh seseorang.

"Awalnya terlihat takut karena mungkin (saya) seperti ini, ajak ngobrol pelan-pelan sambil menjelaskan kalau saya bukan bermaksud jahat. Akhirnya Mbah Sajan bisa cerita kalau ditipu orang dan ditinggalkan di Yogyakarta," tandasnya.

Usai bercerita, Arie mengajak Mbah Sajan makan. Meski awalnya takut, namun akhirnya Mbah Sajan mau diajak makan oleh Arie.

"Mbah Sajan saya tanya sudah makan, bilangnya belum. Lalu saya ajak makan, dan mau, artinya satu poin dia sudah percaya dengan saya," urainya.

Mengetahui Mbah Sajan tidak mempunyai tempat tinggal, Arie mengajak dia ke rumahnya. Namun Mbah Sajan tidak mau karena trauma. Akhirnya Arie membawa Mbah Sajan ke pos kamling yang menjadi basecamp komunitasnya.

Sesampainya di basecamp, Arie dan teman-teman komunitasnya lalu membelikan pakaian ganti dan sandal. Tak hanya itu, Mbah Sajan juga dibelikan tongkat baru.

"Saya dan teman-teman komunitas membelikan baju batik, tongkatnya kan dari pralon bekas, kita belikan yang lebih baik, parfum sampai sandal," urainya.

Arie kemudian mengunggah informasi tentang cerita Mbah Sajan ke grup Info Cegatan Jogja (ICJ) . Seorang perempuan anggota grub ICJ asal Turi, Sleman, yang membaca info itu kemudian menghubungi Arie. Perempuan ini mengatakan bersedia menyiapkan tiket pesawat untuk Mbah Sajan pulang ke rumahnya.

"Saya kepikiran, kalau sendirian sampai di Medan pasti hilang lagi, karena sudah tua dan butuh didampingi. Saya lalu cari satu tiket lagi dan kebetulan, mbak yang warga Turi itu kembali menghubungi memberikan dua tiket," urainya.

Sebelum berangkat ke Medan, Arie bersama teman-teman komunitasnya mengurus surat jalan ke kantor polisi. Sebab, Mbah Sajan tidak memiliki kartu identitas atau KTP.

Berpisah 40 tahun

Sesampainya di Bandara Kualanamo, Medan, Arie langsung berkoordinasi dengan polsek setempat. Sebab, dirinya tidak mengetahui daerah Medan.

"Saya kan tidak tahu daerah Medan, ya pokoknya saya langsung ke pos polisi. Kebetulan juga di pesawat bertemu anggota TNI dan membantu menemani saya," tandasnya.

Mendengar cerita Arie, polisi di Medan lantas meminta keduanya istirahat sembari menunggu konfirmasi dari polsek yang dekat dengan alamat rumah Mbah Sajan. Sekitar 30 menit, Arie akhirnya mendapat informasi alamat rumah Mbah Sajan.

Arie kaget bahwa sebenarnya Mbah Sajan sudah meninggalkan rumah selama lebih kurang 40 tahun. Mbah Sajan pergi dari rumah karena ada permasalahan keluarga.

"Saya benar kaget, ceritanya beda dengan saat di Yogya, ternyata sudah 40 tahun pergi dari rumah. Mbah Sajan punya 7 anak, meninggal 1. Anak yang alamatnya diberikan Mbah Sajan tidak mau menerima," katanya.

Arie pun tak lantas patah semangat. Ia justru semakin semangat untuk mencari anak-anak Mbah Sajan lainnya. Arie ingin mempertemukan bapak dan anak yang berpisah selama 40 tahun.

Setelah mencari bersama kepolisian, ternyata Mbah Sajan memiliki anak yang tinggal di Binjai, Sumatera Utara. Anak yang di Binjai inilah yang akhirnya menjemput Mbah Sajan.

"Jam 12 malam dijemput, saat bertemu itu anaknya langsung berlari, berteriak dan memeluk Mbah Sajan. Ya karena sudah sekitar 40 tahun enggak bertemu. Lega sekali, bisa menyatukan keluarga," katanya.

Tak hanya sekali itu pria yang tinggal di Lowanu RT 61/RW 16, Sorosutan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, ini juga pernah membantu seorang ibu bersama anaknya kembali ke rumahnya di Pekanbaru.

Saat itu, ibu muda tersebut sedang berjalan kaki sambil menawarkan gendongan miliknya. Arie yang melihat lalu menghampiri dan bertanya. Ternyata ibu tersebut ditelantarkan oleh suaminya dan menjual gendongan untuk biaya ke Pekanbaru.

Melihat itu, Arie pun terketuk hatinya untuk membantu. Sebab ia tahu uang jual gendongan bayi tidak akan cukup untuk ke Pekanbaru.

"Ya, awalnya pasti takut lihat saya seperti ini. Tapi saya bilang kalau niat saya baik ingin membantu, akhirnya mbak itu percaya," urainya.

Akhirnya Arie dan komunitasnya membelikan pakaian termasuk untuk anaknya tersebut. Setelah itu, mereka dibelikan tiket untuk berangkat ke Pekanbaru.

"Sama teman-teman langsung dikondisikan dibelikan makan dan baju. Dibelikan tiket untuk berangkat ke Pekanbaru," kata Arie.

Sebarkan virus kebaikan

Arie mengaku sejak muda sudah aktif untuk membantu sesama tanpa melihat latar belakangnya.

"Sejak muda saya sudah seperti ini, semua ini mencul dari hati, bukan pikiran. Prinsip saya urip ora ijen, berbagi lebih baik," ungkapnya.

Ketua RT 61 ini menyadari bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Setiap manusia di dunia ini pasti membutuhkan orang lain.

"Orang kan tidak tidak bisa mengubur sendiri kalau mati, pasti butuh orang lain. Kecuali bisa mengubur sendiri, mau tidak peduli dengan orang lain ya silakan," tuturnya sambil tertawa.

Arie mengaku niatnya membantu sesama bukan karena ingin mencari nama, pujian atau bahkan uang. Tetapi semua itu ia lakukan dengan tulus dan ikhlas.

"Bukan mencari imbalan atau pujian. Imbalan saya adalah melihat senyum orang yang kita tolong, itu jauh lebih dari cukup," tegasnya.

Prinsip hidupnya ini gayung bersambut dengan aktivitas grup Facebook Info Cegatan Jogja (ICJ). Melihat itu, ia pun lantas menjadi anggota grup terbesar di Yogyakarta ini.

"Saya sukanya seperti ini dan ada wadah di ICJ yang cocok untuk saya," tandasnya.

Seiring berjalannya waktu, beberapa teman di grup Facebook ICJ lantas bergabung dan sering stand by di Jalan Lowanu untuk membantu sesama. Dari situlah akhirnya teman-teman yang nongkrong di Lowanu menamai komunitasnya " Lowanu Squad". Tagline komunitas ini adalah "Tebarkan Virus Kebaikan".

"Saya masuk ICJ dan bertemu dengan teman-teman yang istimewa dan berhati baik ini. Kita ini semua mamber ICJ yang setiap hari stand by di Lowanu, ada yang dari Pundong, Giwangan, Bambanglipuro," ucapnya.

Setiap hari, anggota ICJ yang ada di Lowanu ini selalu siap bersedia jika dibutuhkan. Mereka pun memiliki keterampilan yang bermacam-macam. Selain keterampilan, mereka juga mempunyai alat yang siap untuk membantu sesama seperti tambal ban, jumper mobil, bensin hingga ban dalam.

Dana dan alat seperti tambal ban dan jamper serta bensin berasal dari donasi serta uang pribadi mereka yang ada di Lowanu Squad.

"Yang stand by di sini skill-nya macam-macam, ada yang bengkel mobil, tambal ban, bengkel motor. Kita juga punya alat tambal ban, sampai dengan jumper mobil," tuturnya.

Alat-alat itu untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, terutama mereka yang mengalami masalah di kendaraan. Misalnya, ketika malam hari ada postingan di grup ICJ bahwa ada pengguna jalan yang banya bocor atau kendaraannya rusak, mereka yang stand by di sekretariat langsung meluncur untuk membantu.

"Kita pantau di ICJ, atau misal ada yang kasih info di grup ada yang butuh bantuan, ban bocor, butuh bensin sampai pengen dikawal karena takut berkendara malam hari kita langsung meluncur," tandasnya.

Pernah suatu saat, pukul 03.00 WIB dini hari ada seorang pengendara motor yang kehabisan bensin di daerah Wanagama, Jalan Wonosari. Mengetahui kejadian itu di grub ICJ, Lowanu Squad lalu bergerak mengantarkan bensin.

"Di sana (Wanagama) itu kalau malam kan sepi dan tidak ada yang jual bensin. Itu jam 3 dini hari, kita tetap berangkat mengantar bensin ke sana, ya kalau malam 30 menit sampai sana," kata Arie.

Setiap ada bencana, Lowanu Squad tidak pernah ketinggalan untuk terjun langsung ke lapangan membantu sesama. Bahkan, Lowanu Squad juga membantu warga membangunkan fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) hingga memperbaiki rumah.

"Bencana banjir di Gunungkidul kita bergerak mengirimkan bantuan sembako. Kita juga pernah membangun kamar mandi untuk warga, memperbaiki rumah warga juga," ucapnya.

Semua bantuan yang diberikan dilakukan dengan cuma-cuma. Mereka tidak meminta imbalan apapun, semua dilakukan dengan tulus dan ikhlas untuk sesama.

Tak jarang, lanjutnya, ada tanggapan negatif atas apa yang mereka lakukan. Tanggapan negatif itu mulai dari disebut sebagai pencitraan hingga mencari nama. Namun demikian, semua itu tidak pernah mereka tanggapi dan tetap menyebarkan virus kebaikan.

"Intinya mari kita sebarkan virus kebaikan ke seluruh penjuru Indonesia," pungkasnya. (WIJAYA KUSUMA)

Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Tak Saling Mengenal, Pria Ini Antarkan Kakek yang Telantar dari Yogya ke Medan

Berita Terkini