Kecelakaan Maut Subang

Saban Teringat Ucapan Sopir Bus Maut, Wanita ini Masih Suka Menangis Sendiri

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bus pariwisata Premium Passion kecelakaan di turunan Emen, Kabupaten Subang, Sabtu (10/2/2018). TRIBUNNEWS.COM/ISTIMEWA

Laporan Wartawan TribunNewsBogor.com, Aris Prasetyo Febri

TRIBUNJAKARTA.COM, CIOMAS – Tia Yulianingsih (19) masih tak menyangka Amirudin (32), suaminya menjadi tersangka dalam kasus kecelakaan bus Premiun Passion di Subang, Sabtu (10/2/2108).

Ia kebingungan bila suaminya nati benar-benar masuk penjara.

Bus pariwisata yang Amirudin kemudikan terguling setelah menabrak sepeda motor dan tebing di turunan Emen.

Sebanyak 27 orang meninggal terdiri dari 26 penumpang dan satu orang pengemudi motor.

Kekhawatiran Tia beralasan jika benar Amirudin masuk bui, karena anak pertamanya baru berusia empat bulan.

Baca: Sopir Bus Maut di Tanjakan Emen Jadi Tersangka, Sang Istri Tak Percaya

Amirudin dan Tia menikah dua tahun lalu dan mereka dikaruniai anak perempuan.

Meski usia Amir terlampau jauh,Tia tidak mempermasalahkan hal itu.

"Orangnya baik, pengertian, sederhana, dimasakin makanan apa saja mau," cerita Tia kepada TribunnewsBogor.com di rumahnya, Senin (12/2/2018).

Amirudin sering mengajak jalan-jalan keluarga ketika libur bekerja.

Tia mendapat informasi dari kakak kandung Amirudin, Pudin (40), yang datang ke RSUD Subang untuk melihat kondisi suaminya itu.

Berdasarkan cerita Pudin, tangan Amir patah dan pelipis matanya sobek terkena pecahan kaca.

Baca: Inilah Sosok Penghuni Mistis Tanjakan Emen Versi Pengalaman Warganet

Amir merasa nyeri di tulang belakang serta kaku pada kaki dan leher hingga sulit untuk menoleh.

"Pengennya sih dateng ke sana langsung, ngerawat Mas Amir, tapi anak belum bisa ditinggal," ungkap Tia.

Saat didatangi Pudin, Amirudin pertama kali menanyakan kabar anak dan istrinya.

"Sedih pas denger begitu mah, sampai sekarang kalau ingat saya masih suka menangis sendiri," cerita Tia.

Tak percaya

Tia Yulianingsih (19) dan anggota keluarga lainnya belum mengetahui status tersangka Amirudin.

Belum ada personel kepolisian yang datang langsung ke rumahnya.

Tia tak banyak berkomentar ketika TribunnewsBogor.com bertanya perihat status tersangka suaminya.

"Amit-amit jangan sampai, semoga beritanya salah, enggak percaya saya mas," ungkap Tia.

Serupa dengan tanggapan Tia, ibu kandung Amirudin, Ami (60), meragukan kabar tersebut.

"Semoga cuma kesalahan mesin busnya saja mas," Ami menimpali obrolan TribunnewsBogor.com dengan Tia.

Tia dan Ami meyakini kecelakaan yang merenggut nyawa 26 penumpang bus dan satu pengemudi motor itu karena sistem pengereman bus tak berfungsi, bukan kesengajaan Amirudin.

Amirudin sudah ditetapkan sebagai tersangka dan masih menjalani pemeriksaan di Polsek Subang.

Hobi bepergian

Sejak kecil, Amirudin memang gemar bepergian bersama bapaknya berwisata, demikian cerita Ami (60), ibu kandungnya.

"Bapaknya dulu sering jadi panitia jalan-jalan, bawa rombongan banyak," cerita Ami.

Sering bepergian jauh itu yang mendorong Amir memilih menjadi sopir bus pariwisata dan kini sudah berjalan empat tahun.

"Amir mah sudah pergi jauh ke mana-mana, Bali sama Lombok juga pernah," Ami menambahkan.

Tak hanya sebagai sopir bus pariwisata, Amir kerap kali diminta bekerja sebagai sopir pribadi tetangganya.

Menurut Ami, fisik anaknya baik dan kuat untuk berpergian jauh karena sudah berpengalaman.

"Lagi kena musibah saja ini mas, siapa juga yang mau," tutur Ami.

Di mata ibunya, Amirudin sebagai sosok yang perhatian dan dekat keluarga.

"Paling sering tuh menanyakan kabar saya, kalau pulang kerja suka beliin saya makanan, kasih uang juga. Semoga secepatnya sehat lagi dan balik ke rumah kumpul sama keluarga, kalau jauh begini saya khawatir," kata Ami.

Rem mobil bermasalah

Tapak ban bus pariwisata Premiun Passion yang kecelakaan di turunan Emen, Subang, Sabtu (10/2/2018) sore, tampak membekas dan menempel di jalan aspal sepanjang kira-kira 300 meter.

Dalam peristiwa nahas tersebut, bus lebih dulu menyenggol pengemudi motor sebelum terguling karena jalanan curam dan berbelok di Kampung Cicenang Desa Ciater Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang.

Sebanyak 27 orang meninggal dalam kecelakaan tersebut, termasuk di dalamnya satu pengemudi motor. 

Pantauan Tribun Jabar di lokasi, Minggu (11/2/2018), tapak ban selebar sekira 20 sentimeter dan panjang 40 sentimeter bus terlihat tepat di depan warung-warung yang jaraknya sekitar 500 meter dari titik utama kejadian.

Polisi yang mengolah tempat kejadian perkara menandai tapak bus berwarna hitam tipis seperti bekas rem dengan garis putih. 

Bus sempa‎t mengerem beberapa detik sebelum menabrak pengendara sepeda motor, lalu menabrak tebing dan akhirnya terguling tepat di tikungan.

"Jejak ban ‎ini kemungkinan bekas ban dari bus yang direm sopir. Kalau jejak ban bekas remnya tiba-tiba menebal kemudian menipis lagi, kemungkinan karena remnya tidak berfungsi dengan baik," ucap petugas Polres Subang, Bripka D Iskandar.

"Sempat mengerem, kecepatan berkurang, tapi karena remnya tidak terlalu berfungsi maka kecepatan bus meningkat lagi," petugas olah TKP itu menambahkan.

Hanya saja, tapak ban bekas rem terlihat satu garis saja.

Menurut petugas tapak bekas ban itu diduga berasal dari roda sebelah kanan bus. Tidak ada jejak sama di kiri atau kanan jejak ban tersebut.

Sementara jejak ban menempel di aspal paling akhir berada tepat di turunan curam.

"Kemungkinan hanya satu saja yang berfungsi. Ada bagian lain dari sistem rem mobil bus yang tidak berfungsi sehingga meski ada aktivitas pengereman yang terbukti dengan adanya jejak-jejak ban, bus tetap melaju hingga ke turunan dan menabrak di pas tikungan," dia menerangkan. 

Hal itu dikuatkan dengan pengakuan sopir bus, Aminudin, kepada polisi saat pemeriksaan awal yang disampaikan Kakorlantas Mabes Polri, Irjen Pol Royke Lumewa saat membantu olah TKP.

"Mereka sempat berhenti dulu di sekitar Tangkuban Perahu. Sopir sempat berkomunikasi dengan manajemen memberitahukan rem tidak berfungsi baik. Kemudian sopir memperbaiki sistem rem untuk sementara dan bus tetap jalan," ujar Royke.

Dugaan itu kembali dikuatkan pemilik warung di lokasi sebelum titik kejadian atau sebelum turunan, sekitar 300 meter dari titik lokasi bus terguling.

"Betul pak, saya sempat lihat itu bus melaju dengan cepat dengan ban kanan bus menjorok ke tengah melewati garis tidak putus. Saya tidak tahu bakal ada kejadian, tiba-tiba setelah itu ada suara benturan kencang sekali," ujar pemilik warung.

Berita Terkini