Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy mengatakan telah mengunci peluang yang menyebabkan kebocoran soal UN dapat terjadi.
Hal ini dikatakan Mendikbud usai memantau pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) hari pertama di SMKN 6 Jakarta dan SMKN 29 Jakarta kemarin (2/4/2018).
"Mudah-mudahan tidak bisa bocor, karena secara teknis Kemendikbud sudah mengunci beberapa bagian yang punya peluang untuk bocor itu," kata Muhadjir Effendy.
Salah satu cara yang dijelaskan oleh Muhadjir adalah dengan soal-soal yang dihadapi peserta UN.
Masing-masing peserta UN hanya dihadapkan dengan satu soal yang saling berbeda dengan yang lainnya.
"Gak mungkin satu urunan, dan kebocoran jawaban yang bisa diseragamkan," ujarnya.
Baca: Kementrian Perhubungan Mewajibkan Grab dan Go-Jek Merubah Status Menjadi Perusahaan Transportasi
"Seandainya bocor itu paling hanya satu saja, dan itu sangat luar biasa kalau terjadi, karena soal baru bisa dibuka beberapa menit sebelum ujian dilaksanakan dan itu hanya oleh siswa yang sudah berada di depan komputer," tambah Muhadjir.
Meski UNBK nampaknya sudah berhasil menekan tingkat kebocoran soal, namun Muhadjir mengakui bahwa UN yang masih menggunakan kertas dan pensil memiliki tingkat kerawanan kebocoran jauh lebih tinggi.
Meski begitu pihaknya mengaku sudah mengurangi kebiasaan mengirim soal dalam waktu yang mepet dengan waktu ujian sejak tahun lalu.
"Kita minta dikirim sejak satu bulan sebelum ujian dilaksanakan soal sudah berada dilokasi, dan mendapatkan pengamanan aparat," katanya.
Hal tersebut dilakukan agar saat ujian dilaksanakan, tidak ada lagi kasus soal yang tertukar, soal tidak cukup, ataupun soal yang belum sampai di lokasi.
Menurut Muhadjir, peningkatan kualitas UN terus diupayakan oleh pihaknya untuk menaikan standar kualitas pendidikan itu sendiri.
"Semestinya dengan tingkat kualitas UN sekarang ini tidak ada alasan untuk tidak mengakui dan menghargai hasil anak-anak yang ikut UN ini," kata Muhadjir.
"Saya kira kalau ada lembaga yang mengabaikan hasil kerja keras siswa, yang telah menunjukan tingkat kejujuran yang tidak bisa diragukan lagi, saya kira bagian dari pelecehan," tuturnya.