30 Sopir Angkot di Termnal Depok Beralih Profesi Jadi Pengemudi Ojek, Kok Bisa?

Penulis: Bima Putra
Editor: Ilusi Insiroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dua anggota Ojek Pujasera Terminal Depok saat sedang menunggu penumpangnya, Pancoran Mas, Depok, Sabtu (9/6/2018). TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN MAS - Ojek Pujasera Terminal Depok sekilas layaknya perkumpulan pengemudi ojek pangkalan pada umumnya.

Padahal, Ojek Pujasera Terminal Depok didirikan oleh bekas 30 pengemudi supir angkot 112 trayek Depok - Kampung Rambutan.

"Ini anggotanya ada 31, semuanya bekas sopir angkot 112. Cuman satu orang doang yang bukan sopir angkot. Makannya kita ngojek di Terminal Depok ini," kata Tusil (47) selaku satu anggota Ojek Pujasera Terminal Depok, Pancoran Mas, Depok, Sabtu (8/6/2018).

Baca: Pemudik di Jalur Kalimalang Meningkat 100 Persen

Dikatakannya, mereka beralih profesi karena merasa jenuh menjadi pengemudi sopir angkot.

Kejenuhan yang dialami mereka bukan karena kemacetan di Kota Depok yang kian memburuk setiap tahunnya atau karena menurunnya omzet.

"Jenuh karena merasa datar saja seperti jalan, kalau jadi tukang ojek itu merasanya lebih bebas. Saya juga pernah narik taksi tapi sama saja, jenuh juga. Kalau jadi tukang ojek enggak jenuh," jelasnya.

Meski profesi barunya juga mengantarkan penumpang ke tujuannya, Tusil merasa mendapat pengalaman baru selama tujuh tahun menjadi pengemudi ojek.

Terlebih pengemudi ojek tidak selalu mengantarkan para penumpangnya ke satu tempat yang sama.

"Saya sudah pernah merasakan jadi sopir angkot waktu angkot masih jayanya. Waktu masih jaya, satu rit aja tuh bisa hidup satu hari penuh. Tapi tetap saja bosan," tutur Tusil.

Mengenai omzet, ia menjelaskan ada perbedaan pengelolaan uang dalam menghabiskan pendapatnya.

Baca: Gonta-Ganti Motor Hasil Curian, Kapolsek Benda Meringkus Buruh Pabrik

Menurutnya, para sopir angkot acapkali menghabiskan uangnya di terminal saat bercengkrama dengan sesamanya.

"Waktu saya masih jadi sopir dan banyak duit uangnya pasti habis di terminal sekalipun saya enggak minum alkohol dan main perempuan tetap saja habis. Memang ada juga ya bisa ngelola, tapi setahu saya enggak banyak yang bisa seperti itu," ucapnya.

Tidak hanya itu, Tusil mengaku menjadi pribadi yang lebih kalem dibanding saat memegang kemudi angkotnya.

Pasalnya, ia menyebut telah melakukan banyak kesalahan selama menjadi supir angkot 112.

"Waktu jadi sopir angkot saya jujur saja banyak salahnya, sering kasar sama orang. Kalau sekarang saya enggak mau kaya begitu, sudah capek," katanya.

Baca: Polres Jakarta Selatan Lakukan Operasi Untuk Bubarkan SOTR

Berita Terkini