Pilpres 2019

Gerindra Benarkan Nama AHY Masuk Kantong Prabowo Subianto

Editor: Ilusi Insiroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di kediamannya, Jalan Kertanegara, Kebayoran, Jakarta, Senin (30/7/2018)

"Ada Salim, AHY, Abdul Somad, dan satu saya lupa," kata Muzani.

Muzani menuturkan, dewan pembina memberikan pandangan soal plus minus dari nama nama cawapres yang sekarang berkembang kepada Prabowo. Meski demikian, pengurus DPP dan pembina menyerahkan keputusan soal cawapres kepada Prabowo.

"Jadi sekali lagi dari nama nama itu kita sudah menyampaikan banyak pemikiran, banyak pertimbangan termasuk plus minus banyak plusnya kemungkinan sedikit minusnya dan seterusnya,"ujar Muzani.

Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean saat dikonfirmasi terkait hal tersebut menegaskan bahwa tidak ada sama sekali SBY menawarkan AHY untuk mendampingi Prabowo Subianto sebagai cawapres.

"Saya salah satu orang yang sering berdiskusi dengan pak SBY terkait arah politik dan kebijakan politik Demokrat. Tidak pernah satu kalipun SBY menyatakan atau berkata agar AHY menjadi cawapres dan bahkan disosorkan ke capres capres yang ada. Ia juga meminta kader Demokrat untuk tidak memaksakan kehendak kepada AHY," tutur Ferdinand.

Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufri, usai pertemuan dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan, nama cawapres masih akan dibahas terlebih dahulu. Pembahasan mengenai hal itu masih akan terus berlanjut. "Untuk capres sudah ada, yaitu Pak Prabowo.

Tapi, siapa cawapresnya masih akan kami bahas dulu," ujarnya.

Kendati demikian, dia mengatakan sudah ada nama yang direkomendasikan oleh Ijtima Ulama, yakni nama dirinya sendiri dan Ustaz Abdul Somad. "Bagaimanapun, kita berempat. Masih ada sebelas hari untuk membahas ini," ucap dia.

Sulit Menang

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan apabila benar Prabowo akan berduet dengan AHY maka saat pilpres nanti diprediksi duet tersebut akan menemui kesulitan menang.

Alasannya, AHY tidak memiliki basis elektoral yang baik. Sedangkan Prabowo, kata dia, memiliki elektabilitas yang relatif kecil dengan angka 20 an persen. Angka tersebut masih jauh di bawah Jokowi yang punya elektabilitas 50 an persen.

"Jadi disparitas dengan pak Jokowi pun terlalu jauh," kata pendiri Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) ini.

Memang kata dia, dalam politik semuanya bisa saja terjadi, termasuk menang dalam Pilpres 2019.

Tapi jika mau dinilai melalui acuan analisa politik, sangat sulit duet Prabowo AHY memenangkan pertarungan politik 2019.

"Menang sih masih ada, tapi sangat kecil. Karena Prabowo AHY ini akan sangat sulit sekali untuk menghadapi Jokowi dengan siapa pun pasangannya," katanya. (Tribun Network/ryo/wly)

Berita Terkini