TRIBUNJAKARTA.COM -- Budayawan senior Sudjiwo Tedjo mengimbau warganet di akun Twitternya, @sudjiwotedjo, Selasa (6/8/2018), untuk tidak mengolok-olok politikus senior Amien Rais.
Ajakan itu Sudjiwo Tedjo sampaikan lantaran Amien Rais terkesan menganggap mustahil pemerintah sanggup ambil alih Blok Rokan. Namun ternyata, pemerintah menyanggupinya.
Sudjiwo Tedjo menambahkan, bisa jadi tantangan dari Amien Rais merupakan skenario Tuhan.
"Mari tak mengolok2 Pak Amien Rais yg terkesan anggap mustahil government sanggup ambil alih Blok Rokan tp ternyata government sanggup," tulis Sudjiwo Tedjo.
"Siapa tahu kalau tak ditantang Beliau, blok energi itu masih di tangan asing. Siapa tahu itulah peran kesemestaan Pak Amien dari Skenario-NYA," sambung sudjiwo Tedjo.
Lebih lanjut, pemilik nama asli Agus Hadi Sudjiwo ini mengimbau warganet untuk tidak mengolok siapapun.
Sebab menurutnya kemungkinan itu adalah cara Tuhan untuk menyingkirkan orang yang bersangkutan dari berbagai masalah.
Hal tersebut, lanjutnya, berlaku juga pada koruptor sekalipun yang mendekam di penjara.
"Rahasia Tuhan itu asyik Cuuk.. itulah jg knp aku tak anjurin kalian mengolok2 koruptor yg dipenjara," tulis pria berusia 55 tahun ini.
"Siapa tahu itu cara Tuhan utk menyingkirkan yg bersangkutan dari hiruk pikuk organisasi dll, dan Tuhan ingin tiap detik jagongan berdua ma koruptor itu di penjara," lanjut Sudjiwo Tedjo.
• Minta Relawan Siap Berkelahi Bila Diusik, Sikap Jokowi Dikomentari Sudjiwo Tedjo
Diketahui, Amien Rais sempat meragukan jika pemerintah bisa ambil alih Blok Rokan dari Chevron yang berlokasi di Riau.
Namun keraguan, sekaligus tantangan, itu dijawab oleh pemerintah.
Sehari setelah Amien Rais melontarkan pernyataannya, pemerintah secara resmi mengambil kembali Blok Rokan yang selanjutnya diserahkan kepada Pertamina untuk dikelola.
Dilansir Tribunnews.com, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya mengumumkan operator Blok Rokan untuk pengelolaan 2021 hingga 2040.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, menyebutkan dari dua kandidat yakni petahana, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan PT Pertamina (Persero), pemerintah mempercayakan pengelolaan kepada Pertamina.
"Maka pemerintah lewat menteri ESDM menetapkan pengelolaan Blok Rokan mulai tahun 2021 selama 20 tahun kedepan akan diberikan kepada Pertamina," kata Arcandra di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Selasa (31/7/2018).
• Tidak Mau Menjadi Cawapres Prabowo, Amien Rais Akan Lakukan Ini Jika Ketemu Ustaz Abdul Somad
Arcandra menuturkan keputusan tersebut dikaji berdasarkan pertimbangan bisnis dan ekonomi sesuai dengan proposal yang diajukan Pertamina.
Pada proposal tersebut Signature Bonus yang disodorkan Pertamina sebesar 784 juta dolar AS atau sekitar Rp 11,3 triliun dan nilai komitmen pasti sebesar 500 juta dolar AS atau setara Rp 7,2 triliun.
Dengan pengajuan tersebut, Blok Rokan akan memberikan pendapatan negara selama 20 tahun kedepan sebesar 57 miliar dolar AS atau sekitar Rp 825 triliun.
"Setelah mengevaluasi pengajuan proposal Pertamina yang dinilai lebih baik dalam mengelola blok tersebut," tutur Arcandra.
Dengan keputusan tersebut, Pertamina akhirnya menguasai Blok penghasil migas terbesar yang telah dikelola Chevron selama 50 tahun hingga 2021 nanti.
Alasan Pemerintah pilih Pertamina
Dilansir Kompas.com, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, pemerintah menyerahkan pengelolaan Blok Rokan ke Pertamina karena alasan komersil.
"Arahan Bapak Presiden, Blok Rokan mau diperpanjang atau diberikan kepada Pertamina, berdasarkan pertimbangan satu-satunya adalah pertimbangan komersil," ujar Jonan.
Sementara itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengungkapkan ada empat alasan yang mendasari pemerintah menunjuk Pertamina untuk mengelola blok Rokan.
Keempat alasan itu, yakni sebagai berikut:
1. Pertamina dalam proposalnya telah mengajukan bonus tanda tangan (signature bonus) sebesar 784 juta Dollar AS atau sekitar Rp 11,3 triliun. Bonus tanda tangan ini nantinya akan masuk ke kas negara.
2. Besaran nilai komitmen kerja pasti untuk investasi yang diberikan oleh Pertamina selama 5 tahun awal senilai 500 juta Dollar AS atau sekitar Rp 7,2 triliun.
3. Meningkatnya potensi pendapatan negara selama 20 tahun negara setelah mendapatkan potensi pemasukan sebesar 57 miliar Dollar AS atau sekitar Rp 825 triliun rupiah.
4. Diskresi Menteri ESDM. Keputusan diskresi ini didasarkan pada perubahan sistem fiskal dari Cost Recovery menjadi Gross Split.
Melalui pertimbangan bisnis tersebut, pemerintah memutuskan untuk mempercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina setelah membandingkan dengan proposal yang diajukan oleh Chevron.
"Penawaran dari Chevron jauh di bawah penawaran dari Pertamina," kata Arcandra.
• Saksi Ungkap Peran Betty Halim dalam Perkara Korupsi Dana Pensiun Pertamina
Menghemat Devisa PT Pertamina sendiri menyambut baik keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mempercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada perseroan.
Pelaksana tugas Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengaku siap mengelola blok dengan produksi lebih dari 200.000 barel oil per hari tersebut.
Nicke meyakini pengelolaan Blok Rokan akan mengurangi impor minyak dan menghemat devisa.
"Sesuai proposal yang telah kami sampaikan kepada pemerintah, dengan mengelola Blok Rokan akan meningkatkan produksi hulu Pertamina yang akan mengurangi impor minyak, sehingga bisa menghemat devisa sekitar 4 miliar dollar AS per tahun, serta menurunkan biaya produksi hilir secara jangka panjang,” ujar Nicke.
Menurut dia, karakteristik minyak di Blok Rokan sesuai dengan konfigurasi kilang nasional. Nantinya akan diolah di dalam negeri, antara lain di kilang Balongan, Dumai, Plaju, da Balikpapan.
Untuk mempertahankan produksi, Pertamina akan memanfaatkan teknologi Enhance Oil Recovery (EOR) yang juga telah diterapkan di lapangan-lapangan migas Pertamina, seperti di Rantau, Jirak, Tanjung yang dikelola Pertamina EP. Termasuk penerapan steamflood yang juga sudah dilakukan dan berhasil di lapangan PHE Siak.
"Kami menilai pemerintah mempertimbangakan keputusan ini dengan matang, dalam rangka ketahanan energi nasional, penghematan devisa dan potensi peningkatan deviden bagi negara," kata Nicke.
"Dengan kepercayaan ini, kami akan mengoptimalkan sumber daya anak bangsa, yang telah berpengalaman mengelola blok migas sebelumnya,” lanjut dia.
Kekecewaan Chevron
Sr. VP Policy, Government & Public Affairs Yanto Sianipar mengatakan Chevron telah memperoleh informasi bahwa Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), telah mengumumkan penunjukan Pertamina sebagai Kontraktor KKS Rokan setelah kontrak berakhir pada 2021.
Chevron mengaku kecewa akan keputusan tersebut. Namun Chevron akan tetap melakukan koordinasi untuk keberlangsungan produksi Blok Rokan.
"Meskipun kami kecewa mendengar informasi ini, kami sedang berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan informasi lebih lanjut," kata Yanto seperti dikutip dari Kontan pada Rabu (1/8/2018).
Di sisi lain, Yanto juga menyebut Chevron tetap bangga karena bisa bermitra dengan pemerintah Indonesia di Blok Rokan.
"Chevron bangga telah menjadi mitra untuk Indonesia lebih dari 90 tahun," ujar Yanto. (Kompas.com/Akhdi Martin Pratama).