TRIBUNJAKARTA.COM -Tanggal 1 Oktober setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
53 tahun lalu atau tepatnya pada 30 September 1965 malam hingga 1 Oktober 1965 dini hari, sejumlah petinggi militer diculik dan dibunuh, dalam sebuah usaha kudeta.
Peristiwa itu dikenal dengan nama Gerakan 30 September/PKI atau G30S/PKI. Nama sumur Lubang Buaya di Cipayung, Jakarta Timur kemudian dikenal masyarakat luas.
Bagaimana tidak, enam jenazah jenderal dan satu perwira TNI AD dikubur dalam sebuah sumur tua nan sempit, berdiameter 75 senti meter dengan kedalaman 12 meter.
Jenazah tujuh TNI yang kemudian diberi gelar Pahlawan Revolusi itu, baru ditemukan pada 3 Oktober 1965.
Berikut tujuh Pahlawan Revolusi yang dikubur di Lubang Buaya.
1. Jenderal Ahmad Yani
Ahmad Yani lahir di Purworejo pada 19 Juni 1922. Karir militernya diawali dengan wajib militer di Malang saat pemerintahan Belanda.
Di zaman Jepang, ia juga sempat bergabung dengan PETA. Sejumlah prestasi di bidang militer berhasil ia raih, salah satunya mengalahkan pemberontak DI/TII.
Ia dijadikan target penculikan dan pembunuhan G30S/PKI karena menolak pembentukan Angkatan Kelima, yakni buruh dan tani yang dipersenjatai.
Ahmad Yani dibuang di sumur Lubang Buaya, dengan tubuh penuh luka tembak.
2. Letjen Suprapto
Pria kelahiran Purwokerto tanggal 2 Juni 1920 ini juga menolak usul pembentukan Angkatan Kelima. Oleh karena itu pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, Suprapto diculik dan dibunuh.
Ia juga dikubur di sumur Lubang Buaya.
• Kesaksian Putri DI Panjaitan Saat G30S/PKI: Rumah Dikepung, Ayah Ditarik Kasar dan Ditembak di Dahi
• Gatot Nurmantyo: KSAD yang Tak Berani Perintahkan Nonton Film G30S Pantas Lepas Pangkat
3. Letjen M T Haryono