TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ng Kok Choong (53), pria asal Singapura itu merasakan langsung bencana tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Ng Kok merupakan atlet paralayang yang mengikuti kompetisi olahraga tersebut di Palu.
Saat itu, Ng Kok baru saja meninggalkan Hotel Mercure tempat dia menginap, ketika tiba-tiba bumi mulai berguncang cukup keras.
"Saya langsung terjatuh ke tanah dan bahkan saya tidak bisa duduk untuk menstabilkan diri. Aku berguling-guling di sekitar dan aku bisa melihat dokar juga jatuh ke tanah, " kisah kata Mr Ng sebagaimana ia menggambarkan saat-saat awal gempa bumi yang telah merenggut nyawa setidaknya 832 orang tewas.
"Saya melihat hotel bergoyang seperti agar-agar, ada debu di sekitarnya dan saat itu terjadi, hotel runtuh," tutur Mr Ng yang saat itu bersama temannya, Francois, hanya berada 50 meter dari Hotel Mercure ketika bangunan itu rusak parah.
Mr Ng baru menyadari gempa bumi baru saja melanda. Ia melihat hotel menjadi rusak parah.
"Saya mengira dia sekarat"
Sejurus kemudian ia melarikan diri dari akan datangnya gelombang tsunami.
Mereka berdua berlari sekencangnya untuk mencari dataran tinggi dan akhirnya mereka kembali melihat Hotel Mercure.
Saat itu mereka menemui seorang gadis kecil dan ibu-ibu terjebak di bawah puing-puing dari hotel.
"Mereka menangis dan kami berlari menghampiri mereka dan mencoba untuk menarik guna membantu mereka keluar. Kami berhasil mengeluarkan gadis kecil, tapi ibunya masih terjebak," kenang Mr Ng, menambahkan bahwa ia bisa melihat tsunami cepat mendekat.
"Temanku membawa gadis kecil itu dan berlari ke arah yang berlawanan dengan tsunami. Ia berlari ke sebuah pohon dengan gadis dan ayah gadis itu," katanya.
Pada waktu itu, ia menggambarkan seluruh situasi sebagai "ketakutan dan keriuhan", dengan angin melolong, gelombang memecah dan bangunan terguncang.
Mr Ng berhasil menemukan tanah tinggi dan ia tinggal di sana sambil menunggu tsunami mereda - yang berlangsung sekitar 30 menit.
Setelah ia telah memastikan aman, ia turun kembali ke tempat ibu gadis kecil itu. Dia mendengar panggilan minta bantuan dan berteriak-teriak kesakitan ketika sepotong beton menghancurkan pahanya.