TRIBUNJAKARTA.COM - Emha Ainun Najib dikenal sebagai kiai yang berani bicara blak-blakan. Ucapannya selalu menarik, segar, dan aktual.
Bagaimana pria yang kabarnya pernah menjadi "penyembuh" di tahun 1980-an ini mengomentari penyakit modern dan fenomena wirid sebagai penyembuh penyakit yang kian menguat belakangan ini?
Simak tulisan Dharnoto pada terbitan Intisari Mind, Body & Soul dalam tulisan Rasionalitas Sang Kiai Mbeling.
Emha mengakui, penyakit masyarakat modern di zaman ini sangat beragam adanya, selain penyakit yang langsung menghantam tubuh dengan menyerang fungsi organ atau biasa disebut penyakit organis.
Penyakit kejiwaan seperti stres dan depresi pun berpotensi memicu merosotnya daya tahan badan.
Banyak hal dituding sebagai biang keladinya. Mulai krisis ekonomi yang tak kunjung pulih, PHK, suami atau istri berselingkuh, sampai bisnis jeblok.
Namun, bukan Emha kalau tak punya opini menyentak. Menurut dia, banyak penyakit yang sebenarnya belum layak disebut penyakit beneran.
"Yang terjadi sebenarnya adalah perubahan tatanan dasar jasad maupun rohani manusia, akibat berbagai kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus, setiap hari," ujarnya berteori.
Memangnya, sedemikian hebatkah dampak perubahan tatanan itu? Emha tak ragu-ragu mengangguk. Lelaki yang biasa disapa Cak Nun itu yakin sekali, berubahnya tatanan dasar itulah yang mengakibatkan perubahan kewajaran metabolisme tubuh, yang ujung-ujungnya membuat manusia "sakit".
Angin bertiup jadi penyakit
Perubahan tatanan dasar itu, kata Cak Nun, sepertinya memang telah mengubah banyak hal. Misalnya, mengubah fungsi onderdil tubuh, mengubah kelonggaran atau keketatan letak alat-alat dan organ-organ tubuh tertentu, serta mengubah seluruh pola hubungan antarberbagai unsur dalam struktur jasad maupun psikis.
Emha melihat perubahan-perubahan itu sebagai hal yang menimbulkan pergeseran fungsi, penurunan tingkat fungsi, atau bahkan disfungsi dari onderdil jiwa-raga. "Sehingga apa yang sudah dikodratkan menjadi tidak berlaku," tandasnya.
Analisis Kiai Mbeling asal Yogyakarta yang juga dikenal sebagai budayawan ini memang menarik.
Setidaknya, ia melihat penyakit modern dari sudut pandang yang berbeda dengan paradigma medis. Bahkan suami penyanyi dan pesinetron Novia Kolopaking ini bersikeras, asam urat bukanlah penyakit, melainkan kadar disfungsi dan menurunnya kewajaran kodrat pada peralatan tertentu pada badan manusia.
Orang yang berpenyakit jantung pun belum tentu jantungnya yang sakit. "Itu terjadi karena letak dan fungsi jantungnya tidak terakomodasikan oleh tatanan wadahnya."