Keputusan yang lagi-lagi mengejutkan banyak pihak.
Apapun keputusan yang diambil, Eka Ramdani tetap akan selalu diingat oleh bobotoh.
Apalagi golnya ke gawang Persija Jakarta di Stadion Siliwangi tahun 2007.
Musibah datang beruntun
Musibah pada 2014 menjadi momentum bagi Eka Ramdani untuk memutuskan berhijrah.
Pria berpostur mungil ini sempat merasakan hidupnya terpuruk setelah rumah dan mobilnya terjual untuk menutupi utang usahanya.
Musibah kembali menimpa Eka Ramdani saat memperkuat Pelita Bandung Raya (PBR).
Ia harus menjalani operasi karena ligamen engkelnya putus.
Hal itu terungkap dalam ceritanya kepada Tribun Jabar dalam artikel: Gelandang Persib Bandung, Eka Ramdani Gantung Sepatu.
Menjadi pesepakbola yang dielu-elukan banyak orang karena prestasi dan karirenya yang sangat gemerlang ternyata bukanlah suatu kebahagiaan bagi Eka Ramdani.
Ayah empat anak ini sempat menjadi pesebakbola profesional dengan gaji yang cukup besar.
Di balik itu semua tak menjamin kehidupan Eka Ramdani dan keluarga akan terus sejahtera.
Mulai dari kehilangan mobil, rumah, hingga absen dari pertandingan karena cedera dilaminya lumayan parah.
"Tahun 2014 awal momentum saya menjadi seperti ini. Saat mendapatkan musibah saya pulang ke Purwakarta dan sering menyendiri dan bermuhasabah di kamar," ujar Eka ramdani satu waktu kepada Tribun Jabar.
Di Masjid Al Hidayah, Jalan Saledri, Keluarahan Lingkar Selatan, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung saat itu, Eka Ramdani bercerita sudah mulai merasakan hal tak beres dalam hidupnya.
Kejadian itu bermula saat ia masih masih memperkuat Mitra Kukar.
Saat di Kalimantan, Eka sudah sering menyendiri.
Ia merenungkan hidupnya mulai dari keluarga, usaha, hingga kariernya.
"Peristiwa musibah ini tidak beruntun. Sebetulnya dari tahun 2012, nah puncaknya di 2014. Rumah, mobil kejual, toko disegel. Parahnya saya cedera yang harus menyebabkan saya menjalani operasi. Mungkin saat itu adalah proses penjemputan hidayah," kata Eka.
Pergolakan batin
Setelah kejadian itu, Eka baru mulai terbesit untuk mencari guru ngaji.
Ia diajak temannya untuk mempelajari ilmu tasawuf.
Hampir selama dua tahun ia mendalami tasawuf ,berzikir dengan metode Fii Qolbi (dalam hati).
Eka Ramdani merasakan ketenangan.
Pelan-pelan ia mulai mengikuti kajian-kajian keislaman.
Lewat kajian rutin ia menemukan tuntunan hidup sebenarnya, hidup sesuai sunah Nabi Muhamamad SAW.
"Saya meninggalkan zikir itu (Ilmu Tasawuf). Karena ternyata ada yang berbenturan dengan sunahnya nabi. Pas dari situ saya mulai menemukan ketenangan hidup.
Tapi dari zikir tasawuf itu, saya mengambil hikmahnya. Bahwa zikir itu penting. Metode untuk selalu berzikir. Tapi untuk sekarang lebih ke sunah nabi," ucap Eka Ramdani.
Hijrahnya Eka tentu saja mendapat dukungan dari keluarga.
Ayah yang juga ustaz di Purwakarta terus mendorong Eka Ramdani menjadi pribadi yang baik.
Nasihat-nasihat ayahnya selalu ia aplikasikan di hidupnya sekarang.
Menjauhi riba
Setelah berhijrah, Eka menyadari hidupnya dikelilingi riba.
Mulai dari asuransi jiwa keluarganya, leasing, hingga cicilan rumah yang kedua.
Itulah yang diakui Eka penyebab dari semua musibah yang diujikan Allah kepadanya dan keluarga.
"Alhamdulillah saya tersadarkan setelah saya ikut komunitas kajian anti riba. Dan saya sadar saya salah," kata dia.
Saat kesulitan dan musibah melanda, Eka Ramdani tak mendapatkan pertolongan dari siapapun.
Banyak orang yang dikenalnya tidak dapat memberikan pertolongan, semisal untuk melunasi utang-utangnya.
"Oh iya, yang saya ingat waktu itu utang saya hanya sekitar Rp 100 juta ke garmen. Anehnya, saya sampai jual mobil dan rumah yang saya beli cash. Salahnya, sisa uang dari jual rumah dan mobil itu bukannya saya lunasi ke cicilan rumah kedua," ucap dia.
"Tapi justeru malah buat beli tanah di Purwakarta. Masih dalam lingkup riba ini yang ternyata menguras semua harta yang saya punya," kata dia.
Bertemu Supardi Nasir
Setelah berhijrah dan kembali bergabung Persib Bandung, Eka semakin semangat.
Penggawa Persib Bandung saat itu banyak yang sudah berhijrah, satu di antaranya Supardi Nasir.
Supardi menurut Eka sosok yang religius jauh sebelum ia mengenalnya.
"Dia panutan saya. Dulu saya sebelum hijrah kalau salat tidak tepat waktu. Salat mah salat. Cuma waktu pas tepat jarang sekali. Alhamdulillah sekarang ada alarmnya," ucap dia.
Kini ia semakin merasa tenang setelah berhijrah.
Dekat dengan Allah membuat Eka Ramdani tak khawatir atas karier dan rezekinya.
Walau pada 2015 Eka Ramdani sempat berpikiran untuk menyudahi kariernya di dunia sepakbola. Tapi seorang mubalig menasihati Eka Ramdani tetap meneruskan kariernya.
"Nasihat itu saya ingat. Setiap muslim memiliki jalan sendiri untuk berdakwah. Mungkin di sepakbola ini saya bisa turut berdakwah. Di Sepakbola saya kini lebih mengganti niat bukan duniawi yang saya kejar seperti gaji, karir, atau ketenaran. Tapi syiar dan dakwahnya yang saya kejar. Medianya sepakbola," ucap dia.
Terkait banyaknya Bobotoh yang sudah mulai banyak berhijrah, Eka Ramdani mengatakan itu adalah merupakan kasih sayang Allah.
Tak semua orang akan mendapat hidayah dari Allah SWT untuk kembali ke jalan yang benar.
"Alhamdulillah Bobotoh banyak yang berhijarh. Semoga ini membawa dampak yang baik bagi Bobotoh dna juga Persib Bandungnya. Semoga semuanya diridoi Allah SWT," kata Eka. (Tribun Jabar)