Ronggo menuturkan, tahun-tahun sebelumnya dalam sehari ia bisa mengantongi omset mencapai Rp 5 juta rupiah.
Namun, tahun ini Ronggo mengaku mengurangi jumlah kembang apinya dan berdagang seadanya saja.
Ia mengatakan, masih tak enak hati berjualan dalam masa berduka kala bencana melanda Banten beberapa waktu lalu.
"Saya ini dagangnya kebetulan dikurangi, satu karena kan abis bencana juga ada musibah kan jadi ngak enak aja," katanya.
"Ini kalau diperhatikan ngak banyak juga yang jualan kembang api, sebagian mundur buat jualan karena ngak enak hati juga jualan abis bencana gini," lanjut dia.
Untuk menambah pendapatannya, Ronggo juga menjual terompet pompa dan berbagai bando lucu di dekat lapal kembang apinya.
Hingga hari ini, sudah sekira seminggu berdagang pendapatan Ronggo baru mencapai Rp 200 ribu per harinya.
Dirinya berharap pada malam pergantian tahun besok, kembang api, terompet dan bandonya laris diborong pembeli.
"Harapan saya besok ngak ujan itu yang penting dulu, kalau bisa ya abis jualannya," ucap Ronggo sambil tertawa.
Ronggo menjual berbagai kembang api mulai dari eceran Rp 3 ribu hingga Rp 60 ribu. Dari kembang api berukuran kecil, pendek hingga yang panjang.