Cerita Kasatpel SDA Jagakarsa Soal Permukiman di Wilayahnya Menghimpit Saluran Air

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah anggota satuan tugas SDA Jagakarsa tengah bekerja di lokasi steril embung Cinta Aselih pada Minggu (10/2/2019).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jagakarsa, Erna paham betul kondisi saluran air yang berada di wilayah Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Ia menyoroti banyaknya saluran-saluran air di permukiman yang telah terhimpit bangunan yang didirikan tak beraturan oleh warganya.

Perempuan bertudung itu mengatakan ditemukan banyak sekali titik-titik saluran air yang terhimpit oleh badan bangunan.

Bahkan, sebagian saluran tersebut tidak ada ujungnya alias terputus di tengah jalan.

"Saya enggak bisa menyebutkan secara detail titik-titiknya karena itu banyak sekali. Bisa dilihat sendiri nanti sudah banyak permukiman yang begitu," bebernya kepada TribunJakarta.com di Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Minggu (10/2/2019).

Ia ragu dengan kesadaran para warga mengenai pentingnya keberadaan saluran air di setiap permukiman.

Sehingga ketika warga memiliki lahan sempit, ia cenderung menyelewengkan tanah yang bukan peruntukkannya untuk dibangun rumah.

"Karena ketika membangun orang enggak berpikir ada saluran air tapi lebih diutamakan bangun rumahnya. Enggak punya tanah sempit akhirnya bangun teras di atas saluran air," katanya.

"Atau masih kurang kamar mandi di belakang rumahnya ada kali dibangun kamar mandi. Di wilayah ini banyak. Tinggal keliling aja," ujarnya.

Tak sedikit warga yang bisa mendapatkan izin untuk membangun sebuah rumah.

"Banyak rumah-rumah padat yang misalnya izin aja keluar tahu-tahunya saluran air sudah ditutup aja. Kita juga susah (penanganannya). Kalau SDA prinsipnya kita bekerja kalau lokasi steril. Kalau tidak steril yang ada pasti bentrokan," ungkapnya.

Dirinya menganggap bahwa warga tak jarang yang tidak memikirkan keberadaan saluran air.

Padahal itu penting untuk mengantisipasi air meluap yang bisa mengakibatkan banjir.

"Rata-rata pola pikir warga begitu, seminim mungkin kecilkan saluran. Yang penting daerah saya enggak banjir yang banjir daerah sana, begitu pola pikirnya," katanya.

Berita Terkini