TRIBUNJAKARTA.COM – Politisi PDI Perjuangan menanggapi pernyataan Budayawan Sudjiwo Tedjo tentang kemungkinan tidak akan netral.
Budiman Sudjatmiko menyampaikan tanggapan terhadap pernyataan Sudjiwo Tedjo melalui akun Twitternya.
Belum lama ini, Sudjiwo Tedjo memang mencuitkan hal soal kemungkinan dirinya berhenti netral dalam momen Pilpres 2019.
Sudjiwo Tedjo bicara kemungkinan dirinya terang-terangan menyatakan dukungannya.
Menurutnya, bila hal itu terjadi bukan karena yang ia dukung terbilang bagus.
“Bila suatu hari aku berhenti netral dan terang2an menyatakan dukunganku sambil menggalang massa, itu bukan krn yg aku dukung bagus,” tulisnya, Sabtu (16/2/2019) kemarin.
• Sederet Fakta Soal Ahok Gantikan Maruf Amin, Dari Kronologi Hingga Respon Jokowi
• Satgas Antimafia Bola Kantongi Bukti Transaksi Ratusan Juta Dugaan Pengaturan Skor
Sudjiwo Tedjo pun menjelaskan bahwa bla dirinya menyatakan dukungan, hal itu dikarenakan diirnya enggan melihat kubu yang tak mau mengakui sebagai sumber hoaks.
“Tapi pasti krn aku ud sampai batas eneg melihat kubu lain merasa paling Pancasilais dan gak mau ngakui bhw dirinya juga sumber hoax,” paparnya.
Menanggapi hal itu, Budiman Sudjatmiko mengatakan, bila merasa paling bijak dengan netral tidak baik.
Budiman Sudjatmiko pun seolah mempersilahkan Sudjiwo Tedjo untuk melakukannya.
“Just do it, mbah...Krn merasa paling bijak dgn "netral" juga gak baik,” tulisnya membalas kicauan Sudjiwo Tedjo.
“Dalam bbrp monent sejarah malah jd sandungan kemajuan peradaban...Bekum pernah saya merasakan nikmat & manfaatnya netral dlm hidupku,” tambahnya.
Menurutnya, netralitas mesti diletakkan sebagai penghargaan pada kebenaran dalam situasi yang meragukan.
“Netralitas hrs diletakkan sbg penghargaan pd kebenaran dlm situasi yg meragukan. Tp tak boleh selamanya,” terangnya.
• Sederet Fakta Joko Driyono Jadi Tersangka, Alat Bukti untuk Bongkar Pengaturan Skor Dihancurkan
• Live Streaming PS Tira-Persikabo vs Persija Jakarta, Ivan Kolev Kantongi Kekuatan Lawan
“Ia spt berdiri SEMENTARA di tengah jalan spy tdk ditabrak. Tp di saat yg tepat hrs memutuskan: melompat ke seberang jalan atau balik arah @sudjiwotedjo,” sambungnya.
Di sisi lain, Budiman Sudjatmiko juga menerangkan bahwa, keseimbangan didapat secara dinamis.
“Kita tak mungkin netral. Keseimbangan itu didapat secara dinamis. Tdk statis. Itulah hidup dgn nilai2,” jelasnya.
Budiman Sudjatmiko menambahkan dirinya lebih menghargai kubu lawan dengan alasan cerdas ketimbang yang netral.
“Aku lbh menghargai orang2 di kubu lawanku dgn alasan2 cerdas drpd yg netral dgn alasan2 yg tampak cerdas,” urainya.
“Pd yg pertama aku masih bisa menemukan kebenaran yg selama ini gak kulihat (sesedikit apapun itu). Pd yg ke 2 tak kan kutemukan kebenaran krn tanpa nilai,” tambahnya.
Budiman Sudjatmiko tanggapi Uninstall Bukalapak
Sindiran disampaikan Budiman Sudjatmiko lewat cuitannya kepada CEO Bukalapak Achmad Zaky.
Achmad Zaky bikin heboh karena cuitannya soal Industri 4.0 salah kutip data dan menyebut 'presiden baru.'
Maksud Achmad Zaky menggugah perhatian publik dengan menyoal anggaran Research and Development (R & D) Indonesia kalah jauh dibanding negara lain.
Cuitan Achmad Zaky disampaikan melalui akun Twitter @achmadzaky pada Kamis (13/2/2019).
"Omong kosong industri 4.0 kalau budget R&D negara kita kaya gini (2016, in USD)
1. US 511B
2. China 451B
3. Jepang 165B
4. Jerman 118B
5. Korea 91B
11. Taiwan 33B
14. Australia 23B
24. Malaysia 10B
25. Spore 10B
43. Indonesia 2B
Mudah2an presiden baru bisa naikin," tulis Zaky di cuitannya.
Belakangan, cuitannya ini sudah dihapus.
Achmad Zaky mengaku kicauannya soal R & D Indonesia merujuk data tahun 2016, ternyata data sebenarnya tahun 2013.
Bambang Arianto, dosen Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, dalam cuitannya meluruskan data yang Achmad Zaky kutip.
Ia pun meluruskan kesalahan data Achmad Zaky lewat akun Twitternya @amsBulaksumur.
"Bantu Retweet ya manteman. Data ini ingin menjelaskan kepada publik kenapa terlahir tagar #UnistallBukaLapak yg begitu cetar. Ternyata masih banyak orang yg kemakan hoaks & tidak mengunakan akal sehat buat melakukan kritik. Stop nyebar hoaks dari sekarang ! #UnistallBukaLapak," cuit Bambang Arianto dalam cuitannya, Jumat (15/2/2019).
Enterprener Hariadhi turut membuat cuitan soal data keliru yang Achmad Zaky angkat.
Hariadhi turut menyindir CEO Bukalapak tersebut dan memintanya banyak bersyukur.
Ia mengungkapkan hal itu melalui akun Twitter @hariadhi.
"PLS RT: Moral of the story: Kalau udah dibantu dan diangkat presiden itu, coba banyak-banyak bersyukur..." cuit dia.
Setelah cuitannya menggelinding dan menuai kontroversi, Achmad Zaky meminta maaf.
“Saya, Achmad Zaky selaku pribadi dan sebagai salah satu pendiri Bukalapak, dengan ini menyatakan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas pernyataan yang saya sampaikan di media sosial. Saya
sangat menyesali kekhilafan tindakan saya yang tidak bijaksana tersebut dan kiranya mohon dibukakan
pintu maaf yang sebesar-besarnya,” kata Achmad Zaky dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (15/2/2019).
Jangan cepat silau
Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko ikut menimpali fenoman cuitan Achmad Zaky soal Industri 4.0.
Menurut dia, sah-sah saja Achmad Zaky memiliki kecenderungan politik lalu mengungkapkannya di Twitter.
Budiman Sudjatmiko menjelaskan, kasus Achmad Zaky mengajarkan bahwa rasionalitas individu itu terbatas.
Sehingga pilihan-pilihannya juga tidak terduga.
Hal ini berbeda dengan perilaku komunitas yang bisa diprediksi.
"Terlepas dr kecenderungan politik Zaki (yg hrs kuhargai), ini mengajarkan pd kita: rasionalitas individu itu terbatas shg pilihan2nya tak terduga. Sementara behaviour (perilaku) komunitas terprediksi. Pak @jokowi, andalkan komunitas! (diskusiku dgn @mnjp)," cuit Budiman Sudjatmiko.
Pada intinya, Budiman Sudjatmiko meminta Jokowi untuk memberdayakan komunitas menyongsong Industri 4.0.
Selanjutnya, ia pun mengingatkan publik tidak cepat silau kepada anak muda kreatif yang sedang bersinar.
Loyalitas anak muda yang kreatif harus diuji di tengah komunitas.
Menurut Budiman Sudjatmiko, berbisnis tetap ada etikanya, tak cukup hanya cerdas.
"Ini jd pengingat u/ semua: jgn cepat silau pd anak muda kreatif yg berpendar. Uji loyalitasnya pd komunitas. Bukan cuma cerdas tp hrs beretika. Gak cukup melahirkan pebisnis baru tp jauh lebih penting lahirkan CARA BERBISNIS BARU yg mengali & membagi," cuit Budiman Sudjatmiko.
Setelah itu, Budiman Sudjatmiko melanjutkan cuitannya.
Tak sekali Indonesia cepat silau kepada anak-anak muda yang sukses dan menyilaukan tapi loyalitasnya belum teruji pada komunitas.
Banyak, semula mengharap anak muda tersebut kemudian patah hati.
"Bukan sekali bangsa ini cepat silau pd anak2 muda yg bependar menyilaukan tp blm pernah kita periksa loyalitasnya pd komunitas2. Ujung2nya patah hati. Kita harus memperbaiki lensa kita & biarkan 1000 kembang mekar, bertanding atau bersanding memamerkan baunya," cuit Budiman Sudjatmiko.
Apakah cuitan ini Budiman Sudjatmiko ini mengkritik fenomena terbaru? Entahlah.
Sebelumnya, Budiman Sudjatmiko meminta Jokowi lebih cermat memilih sekutu.
Anak muda kreatif, menurut dia, bagus tapi tidak semuanya progresif sekaligus loyal.
Mereka yang muda dan kreatif bermula dari komunitas kemudian berteknologi sangat berakar, di samping progresif dan loyal.
Dikatakan Budiman Sudjatmiko, komunitas harus menjadi yang pertama karena menjadi sumber nilai.
"Akhir2 ini saya sering lihat korporasi2 raksasa yg getol nyari2 komunitas. Saatnya komunitas jd subyek utama," cuit Budiman Sudjatmiko.
Namun begitu, Budiman Sudjatmiko turut berbagi tiga ilmu di era Industri 4.0, yakni etika dan ilmu gerakan pemberdayaan sosial, ilmu komputer dan terakhir, strategi Sun Tzu.