Tanggapi Unicorn, Prabowo Ingatkan Soal Kekayaan Jangan Mengalir ke Luar Negeri

Editor: Erik Sinaga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo berjabat tangan dengan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto saat debat kedua capres Pemilu 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat kedua kali ini beragendakan penyampaian visi misi bidang infrastruktur, energi, pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNJAKARTA.COM- Binis digital rintisan (start up) tanah air yang sudah menjadi unicorn turut menjadi pembahasan di debat kedua calon presiden 2018 tadi malam.

Dalam debat semalam, Calon Presiden nomor urut 03 Prabowo Subianto mengingatkan perlunya kewaspadaan soal mengalirnya kekayaan ke luar negeri.

Zaenal A Budiyono, Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) menilai, secara substansi dalam isu unicorn, Prabowo justru berpikir dua-tiga langkah di depan Jokowi akan pentingnya kewaspadaan mengalirnya kekayaan nasional ke luar negeri.

"Sepintas pernyataan ini terkesan pesimis di tengah booming internet, padahal sebenarnya itu adalah kekhawatiran yang wajar,” ujar Zaenal, Senin (18/2/2019).

Menurutnya di era digitalisasi sekarang ini, hubungan antara aktivitas ekonomi kreatif dan ownership sering kali tidak linear.

Banyak studi yang menjelaskan bagaimana startup mainstream di suatu negara tidak serta-merta menyumbang keuntungan maksimal bagi negara tersebut.

“Bahkan hampir semua unicorn Indonesia juga dikuasai asing,” ujar dosen Universitas Al-Azhar Indonesia ini.

Imbasnya, dalam strategi dan pengembangan pasar, tidak lagi menjadi hak mutlak pengembang, melainkan justru dikendalikan investor.

Inilah paradoks hukum pasar yang masih eksis hingga hari ini. Namun sikap waspada terhadap raksasa ekonomi luar berbeda dengan xenophobia.

Xenophobia sikap anti-asing yang lebih disebabkan sentimen anti perbedaan dan cenderung bersifat irasional.

“Sementara waspada, justru tidak anti yang irasional, melainkan menyiapkan diri jangan sampai menjadi 'korban' para raksasa kapitalisme yang rakus. Di situ poinnya," katanya.

Zaenal menganalisis tentang pertanyaan unicorn yang dilontarkan Jokowi.

Menurutnya, Jokowi kembali mengulang pilihan diksi 'unik' seperti unicorn untuk mengulangi kisah 2014, saat ia 'menembak' Prabowo dengan TPID.

Kala itu Prabowo tidak tahu apa itu TPID, karena memang istilah ini tidak populer di media.

Untungnya kali ini Prabowo memilih berhati-hati dengan pertanyaan Jokowi. Ia balik bertanya apakah unicorn yang dimaksud adalah terkait online (startup).

Halaman
12

Berita Terkini