Kisah Mumun Sumiati, Seorang Istri yang Nekat Jual Ginjal Demi Biaya Berobat Sang Suami

Penulis: Dwi Putra Kesuma
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mumun Sumiati ketika dijumpai di kediamannya.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Kehabisan akal dan putus asa, membuat Mumun Sumiati (59) nekat menjajakan organ tubuh dalamnya untuk biaya berobat sang suami Leo Suyoto (69).

Selasa (2/4/2019) bermodalkan kertas karton berwarna merah muda bertuliskan spidol, Sumiati nekat menawarkan ginjalnya di kawasan Stasiun Bekasi.

Dijumpai wartawan di kediamannya, Sumiati membenarkan dirinya menjual ginjalnya meskipun belum ada penawarnya hingga saat ini.

"Iya saya mau jual ginjal saya demi suami saya yang sedang sakit, saya sayang banget sama suami saya makanya saya mohon pertolongan," ujar Sumiati di kediamannya di Jalan Raya Pasar Citayam RT 04/02, Pondok Terong, Cipayung, Kota Depok, Jumat (5/4/2019) malam hari.

Lanjut Sumiati, dirinya ridho dan ikhlas lahir dan batin kehilangan organ tubuh vitalnya demi biaya pengobatan sang suami, karena sudah tak memiliki harta berharga lainnya.

"Saya ikhlas dan ridho lahir batin kehilangan ginjal yang penting suami saya sehat, hanya ginjal saya harta saya paling berharga saat ini," tuturnya.

Meski beberapa kali pengobatan suaminya ditunjang BPJS kesehatan, namun untuk biaya fisioterapi suaminya tidak ditanggung oleh BPJS.

Ia menuturkan, suaminya menderita penyakit komplikasi diantaranya hipertensi, syaraf terjepit, gula, sesak dibagian dada, hingga kini kakinya mulai membengkak.

"Bapak sakit sejak 2012, tapi dua tahun belakangan ini semakin banyak dan parah sakitnya," tandasnya.

Setiap satu minggu sekali, Sumiati harus membeli obat untuk suaminya dan biaya kontrol di rumah sakit di Cikini, Jakarta Pusat, hingga biaya suntik penyempitan tulang pinggang sebesar Rp 200 ribu yang tidak ditanggung oleh BPJS.

Tak hanya untuk biaya pengobatan suaminya, dirinya juga masih harus memenuhi biaya kebutuhan sehari-hari termasuk biaya sewa rumah kontrakannya sebesar Rp 750 ribu perbulan.

Saat ini, Sumiati tengah terancam terusir dari kontrakannya karena telah menunggak selama tiga bulan lamanya.

"Saya juga masih kontrak dan belum bayar ini nunggak tiga bulan, ini punya warung boleh sumbangan orang tapi sudah mulai habis mau belanja gak punya uang lagi. Beras juga sekarang tinggal setengah liter," ceritanya meneteskan air mata.

Awalnya, tak ada satu pun anggota keluarga Sumiati yang mengetahui perbuatan nekatnya.

Halaman
123

Berita Terkini