Ahok sempat menceritakan pengalamannya menangani banjir Jakarta. Menurut dia, Jakarta siap menghadapi hujan deras.
"Enggak tahu ya, kalau pengalaman saya pasti sebenarnya Jakarta itu pompanya sudah cukup oke, tanggul juga sudah oke, jadi perhatikan saja biasa kalau hujan sama kemarau," kata Ahok.
Menurut Ahok, saat hujan biasanya air memang terhambat masuk saluran karena ada sampah kayu dan ranting.
Namun, hal ini bisa diantisipasi dengan pengerukan menggunakan alat berat maupun menyiagakan pasukan oranye.
"Kalau saringan ketutup, volume air kan enggak bisa turun cepat dan tentu pasukan oranye (petugas penanganan prasarana dan sarana umum) mesti keliling, pasukan biru (petugas Dinas Sumber Daya Air) mesti keliling," ujar Ahok dilansir Kompas.com dalam artikel: Simak, Cerita Ahok Tangani Banjir Jakarta...
Saat genangan muncul, yang paling penting dilakukan yakni mengoperasikan pompa. Jika terlambat, genangan sulit surut.
"Saya orang tambang, (kalau) teori tambang, ngidupin pompanya telat, sudah terlalu tinggi bisa enggak keburu. Saya kira mungkin tergenang itu karena ada pompa yang telat. Saya enggak tahu," kata Ahok.
Sementara itu, terkait rencana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan naturalisasi sebagai solusi mengatasi banjir Jakarta, Ahok enggan berkomentar banyak.
Ia mengaku kurang paham soal konsep naturalisasi yang dicanangkan Anies.
"Aduh, soal kata-kata begitu Pak Gubernur sekarang lebih pintar dari saya," kata Ahok sambil tertawa.
Sejak pekan lalu, banjir menggenangi sejumlah permukiman dan ruas jalan. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Ciliwung, Sungai Krukut, dan Sungai Angke.
Kaget bawahan dicopot
Di tengah obrolan soal banjir, Ahok menunjukkan keterkejutannya setelah tahu Teguh Hendarwan tak lagi menjabat Kepala Dinas Sumber Daya Air sejak Februari 2019.
Ungkapan keterkejutan Ahok ketika selepas makan ditanya wartawan.
Awalnya ia menolak menjawab dan meminta wartawan menanyakan solusi banjir kepada Teguh Hendarwan.