Sementara menurut saksi mata Lita, saat itu Lisa yang sedang sakit hingga tubuhnya kurus kering hanya meringkuk di kamar mandi, tatapan matanya kosong dan sesekali meracau.
"Awalnya kita enggak tahu kalau anaknya itu meninggal, kita mengira anaknya tidur. Jadi perhatian warga tertuju ke ibunya yang nyender di kamar mandi. Soalnya si Lisa diam doang," ujar Lita (27), tetangga sekaligus saksi.
Meski sempat meminta tolong kepada warga, Lisa justru menggenggam pisau dan mengunci pintu kontrakan setelah jasad SH dibawa ke Rumah Sakit Firdaus Sukapura Jakarta Utara oleh ibunya.
Dia baru mau melepaskan pisau dan keluar kontrakan saat dibujuk ibunya hingga digelandang personel Polsek Cakung ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati guna menjalani pemeriksaan kejiwaan.
"Dia sempat ngompol pas melihat polisi. Jadi polisi kan nunggu dia, nah pas diajak ibunya keluar kontrakan dia mau. Pas jalan juga diam saja, enggak melawan atau ngomong apa-apa. Tapi pas lihat polisi dia langsung lemes dan ngompol. Polisinya lebih dari 5 oranglah," tuturnya.
SH dimakamkan di satu pemakaman umum yang berjarak tak sampai setengah jam dari kontrakannya di Kampung Baru, Gang Jenggot, Kelurahan Cakung Barat pada Jumat (1/3/2019).
Balita tak berdosa itu dimakamkan setelah menjalani visum dan autopsi di RS Polri Kramat Jati untuk memastikan tindak penganiayaan yang menewaskannya.
Dia tewas akibat empat luka tusuk di dahi dan satu di dada kiri yang menurut penuturan warga Gang Jenggot tempat Lisa bermukim menembus hingga punggung.
Soal keberadaan Lisa di kamar mandi, menurut Lita, untuk sembunyi.
Beberapa hari kemudian diketahui Lita dianggap mengalami gangguan jiwa oleh tim medis.