Pileg 2019

Staf Ahok Diminta Saksinya Kawal Warisan Jokowi dan Ahok untuk Jakarta: Perhatikan Warga

Penulis: Leo Permana
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ima Mahdiah, caleg PDI P Daerah Pemilihan X Jakarta Barat dengan latar foto Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat ditemui di kantornya di Gedung Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Kamis (2/5/2019).

"Anda jadi itu karena warga, bukan karena tim. Tim tidak ada apa-apanya. Komitmen dan konsisten. Kalau sudah bilang A itu A, begitu juga di dalam harus kritis jangan sampai seperti caleg yang lain, ada kompromi-kompromian."

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Sepeninggal Jokowi dan Ahok tak lagi memimpin DKI Jakarta, Iwan Mulyadi sempat bertanya-tanya siapa yang akan memperjuangkan warga.

Pria kelahiran Betawi warga Rawa Belong ini merasa nyawa anaknya yang masih bayi korban kecelakaan tertolong berkat kebijakan Kartu Jakarta Sehat era Jokowi-Ahok.

Iwan pernah menjadi saksi untuk suara Ahok-Djarot Saiful Hidayat di Pilkada DKI Jakarta 2017. Ahok-Djarot lalu kalah dari Anies-Sandi di putaran kedua.

Di Pemilu 2019, Iwan tak kapok menjadi saksi untuk mengamankan suara pemimpin yang menurutnya bekerja untuk rakyat, yakni Jokowi-Ma'ruf.

Koordinator Saksi TKN Jokowi-Ma'ruf tingkat Kecamatan Grogol Petamburan ini juga menjadi saksi untuk suara Ima Mahdiah, caleg Dapil Jakarta X.

Iwan Mulyadi, saksi caleg Ima Mahdiah saat ditemui di Grogol Petamburan, Jakbar, Sabtu (4/5/2019). (Tribunjakarta.com/Leo Permana)

"Mendukung seseorang orang dan memang dia komit untuk warga, amanah, konsisten, saya akan berjuang habis-habisan," ujar Iwan kepada TribunJakarta.com di Grogol Petamburan, Sabtu (4/5/2019).

Cerita Mantan Sopir Jadi Saksi Suara Jokowi, Bersyukur Ketika Anaknya Terbantu Kebijakan KJS

Pajang Foto Ahok di Spanduk Kampanye, Ima Mahdiah Ceritakan Suka Dukanya: Didebat Warga

Mulanya tak kenal

Iwan mulanya tak mengenal Ima Mahdiah. Suatu hari rekannya di Tamansari, Jakarta Barat, menawarkannya sebagai saksi Ima Mahdiah.

Ia sempat bertanya siapa Ima Mahdiah? Kalau stafnya Ahok sejak kapan? Dari temannya itu Iwan perlahan mengenal Ima Mahdiah termasuk mendalami sepak terjangnya.

"Komitmen atau enggak didikannya Pak Ahok ini. Masuk tidak dengan beliau. Ternyata masuk kurang lebih sekitar 80 persen menyerap ilmunya Pak Ahok. Di situ saya mau berjuang demi Ima Mahdiah," aku dia.

Mengaca pada caleg-caleg sebelumnya, Iwan enggan kecele sehingga perlu mencari tahu sosok Ima Mahdiah kenapa sampai harus digolkan sebagai wakil rakyat.

Bagi dia, mengetahui jejak rekam caleg sebagai pemimpin untuk menyerap aspirasi konstituen dan memperjuangkannya adalah hal penting.

Berjalannya waktu, Iwan perlahan mengenal Ima Mahdiah dan tim kampanyenya tidak pernah menggunakan politik uang, bagi-bagi sembako.

Ahok bersama Ima Mahdiah, caleg PDIP Daerah Pemilihan (Dapil) 10 Jakarta Barat nomor urut 4. (Instagram Ima Mahdiah)

Inilah yang membuat Iwan lebih terdorong mendukung Ima Mahdiah, mengkampanyekannya kepada warga Dapil Jakarta 10, khususnya teman atau jaringannya di kompleks-kompleks maupun di kampung-kampung.

"Dia punya ada amanahnya lebih besar daripada caleg yang lain," ucap Iwan lalu melanjutkan, "Yang penting amanah, kalau amanahnya menipis saya juga tidak akan dukung, karena sudah apatis untuk caleg."

Penerus garis perjuangan Ahok

Alasan Iwan merasa klik mendukung Ima Mahdiah karena visi misinya nyata. Satu kali Ima Mahdiah turun langsung membantu warga yang kesusahan mengurus KJP, BPJS untuk bisa berobat di rumah sakit.

Sempat ia berpesan kepada Ima Mahdiah, agar berjuang membantu warga tidak hanya pas kampanye, tapi konsisten setelah duduk sebagai anggota dewan di Kebon Sirih.

Bikin Penasaran Curhatan Ahok di Penjara Setebal 300 Halaman Lebih, Ini Bocorannya

Peran Anies dan Ahok Tangani Banjir Jakarta, Syarif Inginkan Pertemuan Keduanya untuk Diskusi

Setelah tahu sepak terjang Ima sebagai kader Ahok dan lama terlibat dengannya, Iwan memutuskan turut menjaga suara perolehannya di Dapil Jakarta X.

"Saksi DPR, DPRD itu dari partai. Kebetulan caleg saya kan ada di dalamnya, saya harus kerja sama dengan partai. Artinya bisa melobi untuk menjaga suara caleg saya namanya Ima Mahdiah," terang Iwan.

Menurut Iwan, Ima Mahdiah yang mengikuti Ahok sejak 2010 saat masih menjabat anggota DPR RI, sedikit banyak ketularan bagaimana membuat kebijakan yang prorakyat.

Meski dirinya sebagai koordinator saksi TKN Jokowi-Ma'ruf, Iwan bekerjasama dengan ketua partai di Kecamatan Grogol Petamburan untuk ikut menjaga suara calonnya.

Kerja sama ini mutlak karena saksi TKN Jokowi-Ma'ruf tidak punya formulir perolehan suara berupa C1 untuk DPRD DKI Jakarta.

Hanya partai yang mempunyai formulir C1 untuk caleg DPRD DKI Jakarta. Akan susah bagi dirinya mengawal suara Ima Mahdiah jika tidak kerja sama dengan saksi partai di tingkat kecamatan.

"Kita saksi luar bukan saksi dalam. Ketika kita mau protes susah nantinya, itu sih kita hanya mengimbangi saja sih suara kita tidak berkurang," terang dia.

Iwan Mulyadi saat ditemui TribunJakarta.com di Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Sabtu (4/5/2019). (TribunJakarta.com/Leo Permana)

Iwan merasa terdorong menjaga suara Ima agar tidak hilang saat rekapitulasi berjenjang, khususnya di tingkat Kecamatan Grogol Petamburan.

"Saya melihat Ima Mahdiah ini pupukan atau bimbingan Basuki Tjahaja Purnama, apalagi pernah menjadi stafnya."

"Dia mengikuti lama sejak 2010 hingga saat ini. Saya pikir wah ini orang bagus da dia berkomitmen dengan apa yang diucapkan."

"Di situ saya punya rasa ingin mengantarkan supaya dia menjadi caleg DPRD. Alhamdulillah sih sampai saat ini suara Ima Mahdiah tertinggi di Dapil Jakarta X," ulas dia.

Cerita Caleg PDIP Kenal Sosok Ahok, Berawal dari Tugas Kampus, Kerja Bareng hingga Jadi Timsesnya

Ahok BTP Naik Gondola di Hokkaido Jepang Demi Atasi Fobia Ketinggian, Ini Kisahnya

Demi anak cucu

Bukan tanpa alasan Iwan berpikir matang penuh pertimbangan mengawal suara capres dan calegnya, karena di tangan mereka masa depan ditentukan.

Ia tak ingin calon pemimpinnya terlibat bagi-bagi uang, karena kalau seperti itu artinya si calon telah memberi suara rakyat dan bisa jadi ketika sudah terpilih melupakan konstituen.

"Khusus DKI untuk warga DKI sejauh mana dia memperhatikan, programnya apa, misinya apa, terus dia benar-benar apa tidak. Kalau saya melihatnya ke depannya sih, karena saya punya anak dan nanti punya cucu, kalau nggak berubah dari sekarang kapan lagi," ujar dia.

Iwan membawahi 60 orang tim untuk mengawal perolehan suara Jokowi dan Ima Mahdiah.

Ia mendukung keinginan Ima kelak terpilih duduk di Komisi E Bidang Kesejahteraan Rakyat, meliputi sosial, pendidikan, kesehatan, olahraga dan pemuda, pemberdayaan masyarakat dan perempuan, perlindungan anak, keluarga berencana, perpustakaan dan arsip daerah, RSUD dan RSKD, mental dan spiritual.

"Saya bilang bagus karena menyangkut warga. Memang yang dibutuhkan itu kesehatan dan pendidikan. Kalau masalah sehari-hari kita bisa kerja tapi ketika pendidikan kesehatan itu krusial banget," ucap dia.

Ia pernah punya pengalaman ketika anaknya sakit kecelakaan merasa sulit untuk mendapatkan akses kesehatan.

Namun terbantu ketika salah satu dokter wanita menganjurkannya mengurus Kartu Jakarta Sehat berjenjang dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga kota.

Era Jokowi-Ahok memimpin DKI Jakarta, KJS menjadi andalan warga untuk mudah mendapatkan kesehatan, termasuk bagi Iwan saat merawat anaknya.

Warga seperti Iwan bisa bekerja apa saja untuk kebutuhan sehari-hari karena masih diberi kesehatan. Tapi ketika warga sakit di situlah wakil rakyat harus hadir.

Demi menggolkan capres dan calegnya lolos dan bisa menjadi pemimpin, Iwan rela melepaskan kerjaannya sebagai sopir pribadi yang gajinya lebih besar ketimbang jadi saksi.

Diakui Iwan, dirinya dibekali kemampuan untuk bekerja apapun, seperti servis AC, sopir, menjadi teknisi dan sebagainya sehingga Pemilu beres ia bisa mencari kerja lagi.

Pajang Foto Ahok di Spanduk Kampanye, Ima Mahdiah Ceritakan Suka Dukanya: Didebat Warga

Efek Warisan Ahok dan Kinerja Anies, Caleg Ini Dapat Kursi di DPRD DKI Jakarta

"Setelah nanti Ima duduk di kursi, saya juga tidak akan minta. Jujur saya tidak akan minta, oh saya harus kerja kamu jadi duduk di dewan karena saya. Saya enggak begitu," ungkap dia.

Biarkan Ima Mahdiah yang lolos di dewan fokus bekerja sesuai komisinya dan tak melupakan warga khususnya konstituen di Dapil Jakarta 10, terlepas mereka memilihnya atau tidak.

"Baik itu yang memilih atau tidak memilih harus sama perlakuannya. Jangan nanti ada pilih kasih, saya minta itu saja sih," pesan Iwan.

Ia mengaku sering memberi masukan kepada Ima Mahdiah agar tidak melupakan konstituen, merawat tim kampanye di akar rumput dan menjaganya.

"Bukan dirawat itu karena materi. Dirawat itu seperti disapa, datangi mereka. Ada yang meninggal datangi, ada orangtuanya sakit datangi, warga sakit kita datang."

"Dengan itu warga sudah berterima kasih. Oh iya ternyata caleg saya tidak lupa, itu sudah menyentuh banget. Sentuhan-sentuhan hati itu menyentuh banget ke warga, nggak harus kita kasih uang."

Hal yang sama ia sampaikan kepada warga, teman-teman, koordinator kelurahan juga jaringan Iwan kenapa mereka rela mendukung Ima Mahdiah.

"Satu, dia didikannya Pak Ahok. Pak Ahok sudah tahulah kinerjanya seperti apa, terus dia sudah mengikuti sejak 2010 sampai saat ini itu sih kalau menurut saya," aku Iwan.

Berita Terkini