Kenangan Warga di Sekitar Jembatan Zaman Belanda: Pernah Lihat Anak Gajah Lari

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana jembatan rel kereta zaman Belanda yang kini sudah menjadi jembatan bagi pejalan kaki, penghubung Kelurahan Ancol dan Kelurahan Pinangsia pada Jumat (4/10/2019).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Warga Kelurahan Ancol, Asih (56) menceritakan kenangannya dengan Jembatan era Belanda yang membentang di anak Kali Ciliwung.

Ia merupakan warga yang sejak tahun 1963 tinggal di RT 002 RW 004, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara yang berdekatan dengan jembatan itu.

Jembatan yang memisahkan Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat dengan Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara itu, kini digunakan sebagai pejalan kaki lalu-lalang.

Dulu, jembatan itu digunakan sebagai jembatan kereta yang mengangkut berbagai barang.

Mulai dari balok-balok kayu, beberapa rempah hingga sapi.

"Jembatan ini sebelum saya lahir sudah ada. Ini peninggalan Belanda. Ngangkut berbagai barang seperti balok-balok kayu," katanya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (4/10/2019).

Bahkan, dulu ia pernah melihat seekor anak gajah kabur dari dalam gerbong kereta.

Gajah itu kemudian berhasil ditangkap.

Menurut Asih, anak gajah itu hendak dibawa menuju kebun binatang Ragunan.

"Saya ingat dulu anak gajah kabur dari dalam kereta. Tapi kemudian ketangkep lagi dan dinaikin ke kereta," kenangnya.

Nama kampung Balokan juga berasal dari sejarah keberadaan jembatan kereta itu.

Sebab, kereta yang melintasi jembatan itu kerapkali mengangkut balok-balok kayu jati ke wilayah Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.

Emes (70) yang merupakan kakak Asih juga membenarkan kereta yang mengangkut balok kayu kerapkali melintasi jembatan itu.

"Dulu kereta barang bermuatan balok-balok kayu jati melintasi jembatan itu. Tapi sekitar tahun 1970-an itu sudah tidak berfungsi tergantikan truk barang," terangnya.

Nuansa Serba Pink, Ruang Kerja Bendahara Kelurahan Rawa Bunga Jadi Tempat Swafoto Karyawan dan PPSU

Curi Belasan Celana Dalam, Pemuda Berusia 24 Tahun Resahkan Warga Tangerang

Sempat Jadi Daerah Gelap

Permukiman di sekitar jembatan itu, kenang Asih, merupakan rawan kriminal.

Tak jarang, Asih melihat dompet berserakan di sekitar permukiman itu setiap hari.

"Dulu, dompet (hasil curian) suka dibuang ke permukiman kami tiap hari. Di sini dulu rawan enggak ada orang yang berani ke sini," katanya.

Sekira tahun 1970-an, tak ada yang berani masuk ke dalam kawasan sekitar jembatan lantaran rawan kriminal.

Tak jarang Asih melihat jasad tergeletak di dalam selokan.

"Hampir setiap malam, saya melihat orang tewas. Dulu tempatnya preman berkelahi, sekarang enggak ada," katanya.

Warga lainnya, Saryadi (58) menambahkan Pemprov DKI Jakarta beberapa kali menggusur permukiman padat penduduk yang dikenal dengan rawan kriminal di sekitar jembatan itu.

Berita Terkini