Kontroversi Anggaran DKI Jakarta

William Aditya Sarana, Jatuh Cinta di Politik Sejak SMA Tapi Sempat Ditolak Keluarga saat Jadi Caleg

Penulis: Kurniawati Hasjanah
Editor: Muji Lestari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota DPRD DKI Jakarta terpilih PSI, William Aditya Sarana, saat diwawancarai Wartawan, sebelum pelantikan jabatan anggota DPRD DKI Jakarta, di area kantor DPRD DKI Jakarta, Senin (25/8/2019).

Satu diantara alasannya yakni karena tak ada anggota yang melaporkan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara) ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

Selain wakil rakyat, menurut dia, Jakarta saat ini memiliki Gubernur dengan kinerja yang belum baik.

"Anggota DPRD sebelumnya yang paling buruk. Anggotanya enggak ada yang lapor LHKPN bahkan wakil ketua KPK bilang jangan pilih petahana ditambah kita sekarang punya Gubernur Anies yang menurut saya bisa jadi Gubernur terburuk sepanjang DKI Jakarta. Nah kombinasi ini yang membuat saya mau terjun langsung ke politik praktis," tegas William Aditya Sarana.

Ia merasa jika hanya menjadi advokat sesuai jurusannya tak akan melakukan perubahan yang cepat untuk kepentingan masyarakat

"Kita harus terjun langsung kita kawal kebijakannya," aku William Aditya Sarana.

Sempat Ditolak Keluarga

Keputusan William Aditya Sarana yang terjun ke politik praktis di usia muda rupanya sempat ditolak keluarga.

Penolakan tersebut karena adanya anggapan bahwa politik itu "kotor".

"Yang kaget dan sempat menolak sebenarnya keluarga saya. Karena dianggap terlalu muda dan politik kotor. Keluarga awalnya enggak mendukung. Mereka (mulai) menerima ketika dapat nomor urut, karena kita rangkaiannya kan panjang sampai dapat nomor urut. Kalau pas seleksi kan kurang setuju," tutur William Aditya Sarana.

Sang ayah yang seorang advokat ingin agar William mengikuti jejaknya. Apalagi William sendiri juga memiliki latar belakang pendidikan hukum.

"Ayah saya advokat jadi mungkin ekspektasi ke saya juga jadi advokat. Tapi menurut saya politik lebih penting sih dalam kondisi bangsa seperti ini karena kita kekurangan politisi baik," tutur William. (tribunjakarta/kompas)

Berita Terkini