Kini, ia menjual dengan membawa semua dagangannya berkeliling jalan raya.
Uju tak menyetor penghasilannya per hari kepada orang lain.
Ia bekerja untuk dirinya sendiri.
Dalam sehari, pendapatannya tak pernah menentu.
"Enggak menentu, kalau rezeki kadang-kadang Rp 100 sampai Rp 200 ribu tapi kan itu penghasilan kotor. Paling bersihnya Rp 30 ribu. Sisanya buat beli barang-barang lagi," ungkapnya.
Biasanya, para pembeli ikat pinggang Uju dari para sopir, penjaga kios, dan pengguna jalan.
Uju hanya mengandalkan pekerjaannya sebagai penjual ikat pinggang lantaran fisiknya tak mampu lagi bekerja sebagai pekerja kasar.
Bagi Uju, pekerjaannya sebagai penjual ikat pinggang tak seberat dengan seorang kuli bangunan.
"Pekerja bangunan kan berat, saya udah tua ya mendingan istilahnya ini hanya jalan kaki aja," lanjutnya.
Pernah Ditipu Pengendara Motor
Tak hanya menguras tenaga, pekerjaan yang dilakoni Uju juga menguji kesabaran.
Pasalnya, ia pernah mendapatkan pengalaman pahit kala berkeliling berjualan ikat pinggang.
Uju pernah ditipu oleh pengendara motor yang memaksanya untuk meminjamkan sejumlah uang.
Saat itu, Uju tengah menjajakan ikat pinggang di tepi jalan.
Sekonyong-konyong, seorang pengendara motor mendekatinya.