"Dia sendiri yang bilang malah pas malemnya dia bilang minta cariin orang pinter supaya cepet dapat jodoh," kata Mulyono di lokasi.
Pria 53 tahun terenyuh mendengar pengakuan Junaedi.
Ia satu-satunya tetangga yang mau menjadi pendengar setia keluh kesah korban selagi hidup.
Selama Mulyono mengenalnya, tak ada cerita lain dari Junaedi selain soal wanita.
Junaedi dikenal pendiam, lebih sering mengurung diri di dalam kontrakan sambil menjaga gudang berisi peralatan elektronik.
"Memang dia orangnya pendiam. Kalau enggak kita tegor duluan enggak bakal ngobrol dia," kata Mulyono.
Seringnya, Mulyono yang lebih dulu menyapa Junaedi.
Baru setelah itu Junaedi membuka obrolan dengan Mulyono.
"Tapi kalau ngobrol, curhat soal cewek mulu," Mulyono menambahkan.
Ia bisa mengambil kesimpulan, jika Junaedi selama ini selalu mengurung diri dan kesepian karena memang belum berjodoh dengan siapa pun.
"Dia memang kayaknya sudah deperesi. Dia sendiri kalau ngobrol suka cerita, mengeluh belum dapat jodoh," papar dia.
Tempo hari saat Junaedi ditemukan meninggal, keluarganya dari Babelan sempat datang dan mengamini korban depresi belum dapat jodoh.
"Kemarin langsung ada keluarganya ke sini, mayatnya (jasad) juga langsung dibawa pakai ambulans desa ke kampungnya di Babelan," ujar Mulyono.
Dari cerita keluarga, sebelum tinggal mengontrak di Rawalumbu sebagai penjaga gudang elektronik, Junaedi ingin sekali dirukiah.
"Sebelum tinggal di sini sempat minta dirukiyah, katanya biar cepet dapet jodoh," ungkap Mulyono.