TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik Rocky Gerung lantang menyebut Presiden Jokowi tak mengerti Pancasila.
Hal tersebut disampaikan Rocky Gerung saat menjadi narasumber di acara ILC TV One, pada Selasa (3/12/2019).
Mulanya Rocky Gerung dan narasumber lainnya membahas soal Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Front Pembela Islam (FPI) yang tak kunjung terbit.
TONTON JUGA
Ia kemudian menyororoti soal Ideologi Islam yang dianut oleh FPI.
Rocky Gerung menganggap hal tersebut bukan sesuatu yang harusnya dipersoalkan.
Ia mengatakan sebelum adanya Pancasila, Piagam Jakarta adalah hukum dasar negara yang diterbitkan oleh Panitia Sembilan.
Sila pertama dalam Piagam Jakarta tertulis “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Rocky Gerung mengatakan sila tersebut akhirnya dihapus demi persatuan Indonesia.
• Saling Tatapan Mesra, Lucinta Luna Keceplosan saat Tangannya Digenggam Roy Kiyoshi: Kita Satu Muhrim
TONTON JUGA
Walau begitu menurut Rocky Gerung sejarah tersebut tak bisa dilupakan begitu saja.
"Pancasila juga tadinya Piagam Jakarta," kata Rocky Gerung dikutip TribunJakarta.com dari YouTube TV One, pada Rabu (4/12/2019).
"Tujuh kata dihapus demi persaudaran, tapi sejarah itu tak dapat dibiarkan," imbuhnya.
Rocky Gerung lantas mengatakan Pancasila adalah ideologi yang gagal jika dipandang dari kacamata akademis.
• Susul Raffi Ahmad ke Jepang Pakai Kostum Ini, Baim Wong Dikira Orang Gila Oleh Warga Setempat
Menurutnya sila-sila yang ada di Pancasila saling bertentangan.
Ia menjelaskan pendapatnya itu berdasarkan analisis akademik yang mendalam.
"Saya ingin mengatakan Pancasila sebagai ideologi itu gagal, karena bertentangan sila-silanya," kata Rocky Gerung.
"Sila pertama ketuhanan yang maha esa, yang mengakui perbuatan manusia bermakna kalau diorentasikan ke langit,"
"Sila kedua kemanusian yang beradab, saya boleh berbuat baik tanpa perlu menghadap langit,"
"Sila kelima keadilan sosial, versi siapa itu?"
"Enggak ada satu keterangan final isi dari 'keadilan sosial'," imbuhnya.
• Saling Tatapan Mesra, Lucinta Luna Keceplosan saat Tangannya Digenggam Roy Kiyoshi: Kita Satu Muhrim
Rocky Gerung menganggap di Indonesia tak ada satupun sosok yang Pancasilais.
Termasuk presiden yang disebut Rocky Gerung sebagai polisi Pancasila.
"Saya tidak Pancasilais, tidak ada di Indonesia yang Pancasilais," ucap Rocky Gerung.
"Polisi Pancasila atau Presiden juga enggak ngerti Pancasila," imbuhnya.
• Dijodohkan dengan Roy Kiyoshi, Lucinta Luna Keceplosan saat Pegangan Tangan: Kita Kan Satu Muhrim!
Rocky Gerung menyebut Jokowi hanya hapal Pancasila, namun tak mengerti makna dari dasar negara itu sendiri.
Menurutnya jika paham, Jokowi tak akan berutang, tak akan menaikkan iuran BPJS, dan melanggar undang-undang lingkungan.
"Dia hapal tapi enggak paham," kata Rocky Gerung.
"Kalau dia paham dia enggak akan berhutang kalau dia paham dia enggak akan naikin BPJS,"
"Kalau dia paham dia enggak akan langgar undang-undang lingkungan," imbuhnya.
SIMAK VIDEONYA:
• Tangan Kiri Serma Fajar Korban Ledakan Monas Putus, Mayjen Eko: Dia Pegang Granat Asap
Tito Sebut Jakarta Kayak Kampung di Depan Anies, Rocky Gerung Ungkap Fakta Lain
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian berkelakar membandingkan kondisi Kota Jakarta dengan Kota Shanghai di China.
Menurut Tito Karnavian , Jakarta tampak seperti kampung jika dibandingkan dengan Shanghai.
"Pak Anies, saya yakin Pak Anies sering ke China. Kalau kita lihat Jakarta kayak kampung dibanding dengan Shanghai," ujar Tito Karnavian di hadapan para pimpinan daerah dalam Kongres Asosiasi Pemerintah Provinsi (APPSI) ke VI di Hotel Borobudur, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2019).
Dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga hadir dalam acara ini.
TONTON JUGA
Selain itu, sejumlah kepala daerah dan sekretaris daerah juga turut hadir.
Akademisi Rocky Gerung lantas menanggapi pernyataan Tito Karnavian tersebut.
Rocky Gerung bahkan menyebut Tito Karnavian telah menghina NKRI.
Hal tersebut disampaikan Rocky Gerung saat menjadi narasumber di acara ROSSI Kompas TV, pada Kamis (28/11/2019).
Mulanya Rocky Gerung mengatakan Tito Karnavian menyampaikan fakta yang keliru terkait kota-kota di China.
• Rocky Gerung Klaim FPI Tak Lakukan Kekerasan, Budiman Sudjatmiko Ungkit Penyiraman Guru Besar UI
TONTON JUGA
Ia mengaku pernah melakukan riset di Beijing.
Rocky Gerung mengatakan di Jingshan tepatnya di belakang monumen bersejarah Forbiden City terdapat dua buah blok.
Blok tersebut tampak terlihat mewah dari luar.
Namun nyatanya di salah satu blok tersebut ada perkampungan kumuh yang tersembunyi.
• Bocorkan Gaji Fantastis CPNS Pemprov DKI Jakarta, Anies Baswedan: Bisa Hidup Layak di Jakarta
"Pak Tito faktanya kacau,gini saya pernah bikin riset kecil di Beijing," kata Rocky Gerung dikutip TribunJakarta.com dari YouTube Kompas TV, pada Jumat (29/11/2019).
"Di belakang Forbiden City ada dua blok yang sama-sama mewah,"
"Yang sebelah kiri itu benar-benar mewah, yang sebelah kanan itu cuma pagarnya,"
"Itu cara Beijing menutupi kemiskinan, dibikin seolah-olah mewah ketika dintip di dalamnya..." imbuhnya.
• Sarwendah Beberkan Porsi Betrand Peto Minum ASI-nya, Melaney Ricardo Kaget: Serius Gak Sih?
Rocky Gerung menilai Tito Karnavian tak memperhatikan detail saat membuat sebuah perbandingan.
"Pak Tito kalau bikin perbandingan itu yang detail," ucap Rocky Gerung.
Tak hanya itu Rocky Gerung menilai ucapan Tito Karnavian yang menyebut Jakarta seperti kampung sama saja dengan menghina Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
• Tim Hukum FPI Ngaku Sulit Urus SKT, Jawab Ini Saat Disinggung Ucapan Rizieq Jokowi Presiden Ilegal
"Kedua kritik saya artinya Tito kalau diperluas Jakarta lebih buruk dari Beijing, Shanghai," ucap Rocky Gerung.
"Berarti Indonesia lebih buruk dari China,"
"Itu menghina NKRI," timpalnya.
• Pemuda di Aceh Nekat Cegat Istri TNI di Jalan Desa, Niat Bejatnya Gagal Setelah Korban Berteriak
Dilansir dari Kompas.com Ucapan Tito ini bermula saat dirinya membahas sistem demokrasi yang tidak berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi.
Tito menyebutkan, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang menganut sistem demokrasi mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung stagnan.
"Jadi, terjadi semacam kegalauan atas demokrasi karena yang tidak menggunakan sistem tersebut ekonominya melompat (lebih maju). Vietnam misalnya, sosialis kondisinya ekonominya melompat," tutur Tito.
Selain itu, dia juga mencontohkan Thailand yang mana saat ini junta militer mengambil alih sistem demokrasi.
"Supremasi sipil (di Thailand) diambil alih jadi junta militer dan ekonominya jalan. Juga di tempat lain Mesir yang tadinya diterapkan demokrasi, berantakan diambil oleh militer juga, " papar Tito.
Dirinya kembali menyinggung China yang mengalami kemajuan ekonomi pesat meski tidak menganut demokrasi.
"Di China hanya satu partai. Non-demokrasi, itu melompat ekonominya," ungkapnya.
Bahkan saat ini, lanjut Tito, ekonomi China mulai melampaui Amerika Serikat hanya dalam waktu 20 tahun.
Padahal, pada masa lalu banyak pihak yang meragukan negara Tirai Bambu itu.
Sejalan dengan kondisi ekonomi yang semakin baik, menurut Tito, tata kelola lingkungan di China juga semakin bagus.
Hal ini, kata dia, dilihat dari perkembangan tata kota China yang membaik.
"Tahun 1998 saya masih ingat, saya kebetulan (menempuh pendidikan) Sesko di Australia saat itu, dan sedang studi banding ke China. Saat itu Kota Beijing dan Kota Shanghai masih banyak yang naik sepeda," ungkap Tito.
"(Saat itu) dibandingkan dengan Jakarta, Beijing (dan Shanghai) kayak kampung. Rumah-rumah kumuh, sungai kotor dan hitam banyak di mana-mana. Sepeda masih di jalan-jalan," lanjut Tito.
Dua tahun kemudian, yakni pada 2000, Tito kembali ke China dalam rangka tugas investigasi.
Saat itu sepeda motor mulai banyak digunakan masyarakat China.
Selanjutnya, pada 2004 Tito juga mengunjungi China.
"Tahun 2004 mulai mobil sudah, tapi tidak begitu bagus. Beberapa tahun kemudian saya datang lagi mulai terlihat infrastruktur, transportasi berkembang. Mobil mengkilat sudah banyak sekali," katanya.
"Tahun kemarin saya datang ke sana dalam rangka interpol conference di hotel yang sama, saya melihat sungai yang sama (seperti yang dia lihat tahun-tahun sebelumnya) sudah banyak orang yang berenang di situ. Airnya bersih, jernih, dulunya hitam pekat. Dan kemudian kita melihat Beijing sudah mirip-mirip seperti Washington DC, Shanghai sudah mirip-mirip New York," tambahnya.