Penampakan Puluhan Ular Kobra di Tumpukan Karpet Masjid At-Taqwa, Ketahuan Jelang Salat Asar

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Rescue 1 Damkar Kabupaten Bogor memperlihatkan seekor anakan ular kobra yang ditangkap dari selokan depan rumah warga Citayam Village, Bojonggede, Jumat (13/12/2019).

TRIBUNJAKARTA.COM, SUKOHARJO - Menjelang salat Asar, sejumlah jemaah Masjid At-Taqwa melihat seekor anak ular kobra menyelinap keluar dari tumpukan karpet di dekat mimbar.

Setelah diselidiki, jumlahnya tak hanya satu tapi mencapai 31 ekor, termasuk indukannya.

Takmir Masjid At-Taqwa, Lanjar (47), menjelaskan ular sangat berbisa dan mematikan itu pertama kali ditemukan pada Sabtu (7/12/2019) lalu.

Masjid At-Taqwa berada di tengah Perumahan Griya Adi, Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.

"Saat mau salat, di karpet dekat mimbar ditemukan satu ekor ular," ungkap Lanjar saat ditemui TribunSolo.com pada Selasa (17/12/2019).

Penghuni Resah Hinga Takut Tidur Gegara Temuan 5 Ular Kobra di Apartemen Jakarta Barat

Berangkat dari temuan satu ular tersebut, jemaah berbondong-bondong menyisir lipatan karpet.

"Pas kita cek di lipatan karpet yang lain ternyata ditemukan ular juga," sambung dia.

Menurut Lanjar, pada hari pertama jemaah menemukan 6 ekor ular kobra.

Penampakan sebagian anak ular kobra Jawa yang ditemukan di Masjid At Taqwa di Perumahan Griya Adi, Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Selasa (17/12/2019). (Tribun Solo/Agil Tri)

"Tetapi semua terpaksa dileyapkan," katanya.

Adanya ular kobra di lipatan karpet masjid merupakan kejadian pertama kali.

Semakin banyaknya ular, jemaah dibantu anggota TNI AD dari Brigrif 6, Janu Wahyu.

Janu tercatat sebagai anggota komunitas pencinta ular, Exalos Indonesia.

Selama empat hari menyisir, Janu menemukan puluhan anak ular kobra Jawa atau latinnya Naja Sputatrix.

"Saya temukan lagi 25 ekor, yang 5 ekor sudah saya rilis atau saya lepas liarkan lagi, ini tinggal 20 ekor," ucap Janu.

Menurut Janu, ular tersebut banyak ditemukan di gudang karpet di dekat mimbar masjid.

"Ular petama kali saya temukan di tumpukan keramik, dan tumpukan karpet," jelasnya.

Tumpukan karpet itu kemudian digelar satu per satu di dalam ruangan masjid.

Warga kaget karena menemukan banyak anak ular di sana.

Dia memperkirakan, induk ular kobra masuk ke dalam masjid sekitar dua bulan lalu untuk bertelur lantas pergi.

"Proses penetasan telur ular sekitar dua bulan," ujar Janu dilansir Tribun Solo dalam artikel: 31 Ekor Anak Kobra Jawa Bersarang di Masjid At-Taqwa Mojolaban Sukoharjo, Ini Penampakannya.

"Telur ular ini tidak dierami, jadi setelah si induk bertelur, dia pergi," terangnya.

Ular yang ditemukan berumur 2 sampai 3 minggu dengan panjang sekitar 20 sentimeter.

Untuk mengantisipasi bersarangnya ular kobra di Masjid At-Taqwa, takmir dan jemaah menutup lubang di dalam gudang.

Gudang tersebut selama ini jadi tempat untuk pompa air.

Ganggu Aktivitas Sekolah di Depok

Tak hanya bermunculan di pemukiman warga, teror ular kobra mulai merebak ke sebuah sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Depok.

Di Jalan Raya Kalimulya, Cilodong, Kota Depok, anak hingga indukan ular kobra mulai bermunculan di SMPIT Tunas Bangsa sejak dua Minggu belakangan ini.

Guru sekaligus Wali Kelas Tujuh Muhammad Salman mengatakan, akibat bermunculan ular kobra, aktivitas belajar di sekolah tersebut pun sempat terganggu.

"Keganggu juga sih, kebetulan sekarang kami lagi class meeting jadi aktivitas lebih banyak di luar kelas," kata Salman di SMPIT Tunas Bangsa, Selasa (17/12/2019).

Lanjut Salman, ia berujar bahwa saat ini muridnya dihimbau agar memeriksa sepatunya satu persatu sebelum dipakai.

• Agung Triatmojo Klaim Tidak Mengetahui Peristiwa Pegawai Honorer Berendam di Got

Bahkan, rak sepatu yang sebelumnya diletakan di depan kelas, kini dimasukan ke dalam kelas.

"Kami himbau anak-anak kalau pakai sepatu dilihat dulu dan diperiksa. Soalnya kan kalau masuk kelas harus buka sepatu, sekarang rak sepatunya juga di dalam kelas," bebernya.

Salman menuturkan, total sudah 11 ular kobra yang ditemukam di sekolah tersebut, bahkan ada yang ditemukan di depan area kelas.

Ada Belasan di Pasar Minggu

Warga Pasar Minggu digemparkan dengan penemuan 13 ekor anak ular kobra yang berada di RT 008 RW 006, Rawa Bambu, Pasar Minggu.

Awalnya, warga melihat sekira tiga ekor anak ular kobra di selokan rumah sekira pukul 17.00 WIB pada Senin (16/12/2019).

Ketiga anak ekor ular itu dimasukkan ke dalam botol plastik dan diamankan di pos satpam.

Ketua RT 008 RW 006, Bardai mengatakan warga kembali menemukan sejumlah anak ekor kobra setelah Magrib.

Warga kemudian melaporkan kejadian itu kepada petugas damkar.

Saat di lokasi, petugas damkar bersama warga menyisir permukiman warga menemukan dua ekor.

"Ditemukan di sekitar selokan 10 ekor anak lagi abis magrib. Jadi total 13 ekor. Yang masih hidup 5," ungkapnya kepada TribunJakarta.com di lokasi.

Kepala Regu Grup A Sektor Poltangan Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan, Prabu mengatakan enam petugas dikerahkan untuk mencari keberadaan anak ular kobra.

Ketiga belas ular kobra itu diduga berasal dari lahan kosong yang berbatasan dengan permukiman warga.

"Kemungkinan di sebelah ada perkebunan kosong. Jadi ketika anak ular menetas, mereka masuk ke dalam permukiman warga," ucapnya.

Ketiga belas anak ular yang telah dimasukkan ke dalam botol plastik itu akan dibawa ke kantor damkar Pasar Minggu.

Suasana pencarian anak ular kobra di permukiman padat penduduk pada Senin (16/12/2019). (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)

• Potensi Sampah Kali dari Bekasi yang Mengalir ke Laut Capai 775 Ton Per Hari

• Teror Kobra di Jakarta Barat, Hari Ini Petugas Damkar Dapat Tiga Laporan

Panji Petualang Ungkap Penyebabnya

Panji Petualang beberkan penyebab fenomena banyaknya ular kobra yang berkeliaran di pemukiman warga.

Hal itu disampaikan Panji Petualang, saat menjadi bintang tamu di program acara Call Me Mel (16/122019), yang dipandu oleh Melaney Ricardo dan Ichsan Akbar.

Melansir tayangan YouTube Official iNews, Melaney Ricardo tampak keheranan dengan fenomena teror ular kobra yang kini tengah marak di masyarakat.

Melaney tampak tak habis pikir, bagaimana bisa ular kobra secara serentak berkeliaran di sejumlah pemukiman.

Kabarnya, sejumlah pihak mengatakan bahwa saat ini tengah menjadi musim bertelur bagi para ular tersebut.

• Heboh Teror Kobra, Panji Petualang Beberkan Penanganan Tepat saat Digigit Ular Berbisa: Bukan Diikat

Penasaran, Melaney Ricardo pun menanyakan hal tersebut kepada Panji Petualang.

"Lagi heboh sekarang, katanya sekarang banyak king kobra bertelur, itu bener enggak sih Ji?" tanya Melaney.

Ditanya begitu, Panji Petualang pun meluruskan, bahwa ular yang tengah heboh diperbincangkan bukanlah king kobra melainkan kobra biasa.

"Iya, sebetulnya bukan king kobra, tapi kobra biasa," ujar Panji.

Masih penasaran, Melaney kembali bertanya soal kebenaran ular-ular tersebut menyerang pemukiman.

"Betul lagi bertelur banyak sampai ke pemukiman?" tanya Melaney.

Panji petualang pun membenarkan soal adanya ular-ular yang menyerang pemukiman warga.

"Iya betul," jawab Panji.

Ichsan Akbar co host Melaney rupanya ikut penasaran, bagaimana bisa fenomena tersebut terjadi bahkan hingga menyerang pemukiman.

"Kenapa bisa begitu fenomenanya?" tanya Ichsan Akbar.

Ditanya begitu, Panji kemudian mengungkapkan penyebab ular kobra itu bisa berkeliaran hingga ke pemukiman.

Panji menyebutkan, faktor utamanya yakni akibat kerusakan habitat ular itu sendiri.

"Faktornya adalah kerusakan habitat," ujar Panji.

Pria yang kerap disebut pawang ular itu menjelaskan, kerusakan habitat membuat ular kehilangan tempat tinggalnya.

"Kerusakan habitat membuat mereka tidak bisa lagi menemukan habitat aslinya," terang Panji.

Ia juga menjelaskan, ular kobra sesungguhnya habitat ular kobra memang berdekata denga manusia.

"Sebetulnya kobra itu habitatnya memang berdekatan dengan manusia," kata Panji.

• Unggah Foto Vanessa Angel dengan Sosok Diduga Suami, Bibi Ardiansyah: Selamat Mas, Jagain yang Baik

"Sedari dulu memang sering ditemukan di persawahan," lanjutnya.

Panji mengungkapkan, pembangunan bisa menjadi satu di antara penyebab rusaknya habitat ular kobra tersebut.

"Tapi kan seriring berjalannya waktu, sawah itu dijadikan rumah, tempat industri, jalanan, dan hal itu membuat mereka (ular) tersingkir," terang Panji.

Hal tersebut kemudian menjadikan ular kehilangan tempat tinggalnya yang pada akhirnya terjadilah fenomena seperti sekarang.

"Akhirnya mereka tidak punya habitat, dan konfliklah terjadi di situ," ujar Panji.

Usai mendapat pejelasan dari Panji, Melaney Ricardo kembali bertanya terkait ular-ular yang kabarnya tengah bertelur di bulan ini.

"Dan bener bulan Desember ini bulan bertelurnya si ular-ular itu?" tanya Melaney.

Panji Petualang kemudian menjelaskan, sebetulnya bulan Desember ini adalah bulan untuk para telur-telur ular menetas.

• Tangkap Penjahat saat Sedang Pacaran, Sepasang Kekasih Anggota Tim Tiger Dapat Penghargaan

Sementara, kata Panji, ular-ular itu bertelur pada bulan Juli lalu.

Maka dari itu sekarang kebanyakan ular yang menyerang pemukiman warga masih berukuran kecil.

Diduga ular-ular tersebut adalah ular yang baru saja menetar dari telurnya.

"Bulan menetas, kalau bertelurnya ular itu di bulan Juli," kata Panji.

SIMAK VIDEONYA DI MENIT 11.56:

Berita Terkini