Satu Keluarga Tewas Keracunan Gas Genset

Terkuak Keseharian Mahmudi Sebelum Tewas Sekeluarga Karena Asap Genset, Sempat Niat Pulang Kampung

Penulis: Kurniawati Hasjanah
Editor: Muji Lestari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terkuak Keseharian Mahmudi Sebelum Tewas Sekeluarga Karena Asap Genset, Sempat Niat Pulang Kampung

TRIBUNJAKARTA.COM - Terungkap keseharian Mahmudi sebelum tewas sekeluarga karena asap genset di Pulogadung, Jakarta Timur.

Keseharian Mahmudi itu diungkap oleh tetangganya, Ade (30).

Mahmudi yang ditemukan tewas di kediamannya pada Kamis malam (2/1/2020) ternyata memiliki niat untuk pulang kampung.

TONTON JUGA:

Cerita Pertemuan Terakhir Sebelum Mahmudi Tewas Karena Asap Genset, Kakak Ipar Bawa Nasi Berkat

Sekitar dua minggu sebelum peristiwa naas yang menimpanya, Mahmudi menuturkan niatnya tersebut kepada Ade.

"Dia bilang kalau ingin tinggal di Kampung saja, bawa anak istri dan enggak mau di Jakarta lagi. Eh beneran dia ke Kampung sekarang," ucap Ade.

Ade menilai, niat korban pulang kampung karena dagangannya tak laku saat musim hujan seperti sekarang.

Medina Zein Bipolar Sejak 2016, Sang Ayah Ungkap Kebiasaan Unik Teman Irwansyah: Sejak Kecil Begitu

Mahmudi yang berjualan arum manis dan mainan itu kesulitan untuk berdagang.

"Karena sekarang musim hujan susah jualan. Dia keliling pakai gerobak sama jualan mainan, kalau hujan susah, jadi gak laku," imbuh Ade.

Lebih lanjut, Ade menjelaskan keseharian Mahmudi dan keluarga yang dikenal baik.

Bahkan, Ade merasakan kebaikan sang almarhum dan keluarga.

"Dibelakang rumah ada bengkel bajaj dan banyak yang kerja di sana, kadang mereka ngasih makanan. Jadi orangnya baik banget," imbuh Ade.

Terawang Asmara Ayu Ting Ting, Ahli Tarot Ungkap Ciri-ciri Pria Pengganti Enji Baskoro: Hati-hati!

Selain itu, Ade memaparkan keseharian dua buah hati Mahmudi yang kerap kali bermain di belakang rumah yang bersebelahan dengan bengkel.

"Anak-anaknya juga sering main ke sini. Kadang nonton tv di belakang. Kita juga kaget (red: dengar kabar meninggal) padahal kemarin baru ketemu, sekarang sudah tak ada," tegas Ade.

Ilustrasi tewas (Net)

Ade menuturkan, berdasarkan informasi yang didapatnya, Mahmudi dan keluarga akan dibawa ke kampung halaman ereka di Boyolali, Jawa Tengah dari RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Dapat kabar katanya langsung dibawa dari RS Polri ke Boyolali. Mau dimakamkan di sana sama keluarganya," papar Ade.

Syahnaz Tiba-tiba Sakit Perut saat Persiapan ke RS, Jeje Govinda Sarankan Ini: Kasihan Tuh!

Hidung Korban Keluarkan Darah

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Hery Purnomo menuturkan dugaan keempatnya tewas akibat keracunan gas buangan genset diperkuat keterangan satu kerabat korban, Imam Jumhari (47) berkunjung.

"Saat kakak ipar korban datang pukul 07.00 WIB genset masih berfungsi. Tapi saat saksi kembali datang pukul 13.00 WIB mengantar makanan, genset sudah mati," ujarnya.

Pada kedatangan Imam ketiga kalinya sekira pukul 23.30 WIB yang hendak mengantar nasi berkat, Mahmudi dan keluarga didapati sudah tewas.

• Terawang Asmara Ayu Ting Ting, Ahli Tarot Ungkap Ciri-ciri Pria Pengganti Enji Baskoro: Hati-hati!

Mendapati keluarganya tewas, Imam bergegas melapor ke Polsek Pulogadung yang segera mengerahkan personel mengecek lokasi.

"Hasil olah TKP pada jasad korban ditemukan tanda-tanda keracunan gas. Tubuh para korban memerah dan dari hidungnya mengeluarkan darah," tuturnya.

Usai olah TKP, Hery menyebut jasad keempatnya dibawa ke RS Polri Kramat Jati guna menjalani autopsi memastikan sebab kematian.

Hasil Uji Laboratorium

Jasad satu keluarga korban keracunan gas buangan genset saat hendak dibawa keluar dari Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Penyebab satu keluarga warga RT 01/RW 09 Kelurahan Pulogadung tewas dipastikan karena keracunan gas CO atau karbon monoksida buangan genset.

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti mengatakan kandungan CO ditemukan dalam darah keempat korban.

"Hasil uji laboratorium darahnya positif CO semua. Tidak ada tanda kekerasan apa pun selain racun CO positif dalam darahnya," kata Sumy di Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020).

Merujuk hasil pemeriksaan tim dokte forensik RS Polri Kramat Jati yang dilakukan sekira pukul 03.00 WIB tadi saat jenazah tiba.

Sumy menuturkan keempatnya diperkirakan tewas lebih dari 12 jam sebelum ditemukan pada Kamis (2/1/2020) sekira pukul 23.30 WIB.

"Jasadnya sudah pembusukan lanjut, perkiraan meninggal sudah lebih dari 12 jam. Diduga mereka dalam keadaan tidur dan tidak sadar menghirup CO," ujarnya.

Dia tak bisa memastikan apakah keempatnya sempat bangun karena tersedak gas CO atau tidak karena keluarga menolak diautopsi.

Sementara untuk mengetahui para korban sempat tersedak atau tewas dalam keadaan tidur perlu dilakukan pemeriksaan dalam atau autopsi.

"Kalau dalam keadaan sadar pasti batuk-batuk. Untuk mengetahui mereka terbangun dan batuk-batuk atau tidak perlu dilihat jalur pernafasannya lewat autopsi," tuturnya.

Kronologi

Jasad satu keluarga korban keracunan gas buangan genset saat hendak dibawa keluar dari Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Mahmudi (35), Ayu Maryana Oktavia (29), Selvia Audy Pratiwi (9), dan Mahezha Kurniawan (5) tewas keracunan CO atau karbon monoksida buangan genset.

Jasad pasangan suami istri dan dua anaknya itu ditemukan di atas kasur ruang kamar tidur rumahnya wilayah RT 01/RW 09 Kelurahan Pulogadung pada Kamis (2/1/2020).

Kakak Ayu, Imam Jumhari (47) yang pertama menemukan keempat korban mengatakan genset yang buangan gasnya jadi sebab kematian digunakan sejak Rabu (1/12/2019).

Pasalnya kawasan RW 09 Kelurahan Pulogadung tempat adiknya terdampak banjir sejak dini hari sehingga berujung pada pemadaman listrik

"Banjirnya enggak masuk rumah, tapi tetap terdampak pemadaman listrik. Dari tanggal 1 jam 7 pagi gensetnya dinyalakan," kata Imam di RS Polri Kramat Jati, Jumat (3/1/2020).

Genset yang biasa digunakan keluarga Mahmudi berdagang gulali diletakkan di bagian dalam rumah, tepatnya belakang pintu rumah.

Genset berdaya sedang itu terus menyala hingga pada pukul 22.00 WIB saat Imam terakhir berbincang dengan Mahmudi dan keluarga.

Imam yang bermukim tak jauh dari rumah Ayu sehingga mendengar deru mesin menuturkan genset berhenti berfungsi pada Kamis (2/1/2020).

"Jam 3 pagi pas tanggal 2 saya kebangun, sudah enggak ada suara gensetnya mati. Mungkin kehabisan bahan bakar tapi enggak sadar karena tidur," ujarnya.

Jajaran Polres Metro Jakarta Timur saat melakukan olah TKP di kediaman Mahmudi, Jumat (3/1/2020) (Istimewa)

Di hari itu, sekira pukul 08.00 WIB sebenarnya listrik di permukiman warga RW 09 sebenarnya sudah menyala seiring surutnya banjir.

Namun karena saldo token listrik yang digunakan habis, Imam tak curiga keluarga adiknya masih mengoperasikan genset.

"Saldo tokennya habis jadi masih pakai genset. Sekira pukul 13.00 WIB saya datang ke rumah tapi enggak ketemu. Waktu itu saya mikirnya mereka lagi pada tidur," tuturnya.

Imam baru curiga saat mengantar nasi berkat dari pengajian yang diikuti sekira pukul 23.30 WIB lalu mendapati keempatnya masih terlelap.

Dia sadar keempatnya sudah meregang nyawa kala menyentuh bagian kaki sang adik lalu mendapati tubuh Ayu terbujur kaku.

"Saya curiga, kok tidur seharian. Saya pegang kakinya, ternyata sudah dingin. Posisi mereka tidurnya di satu kasur yang sama. Langsung saya minta tolong tetangga," lanjut Imam.

Sekira pukul 00.30 WIB, jajaran Satreskrim dan Tim Identifikasi Polres Metro Jakarta Timur tiba di lokasi dan melakukan olah TKP.

Hasilnya tak ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada jasad dan justru ditemukan indikasi keracunan berupa tubuh yang memerah.

"Memang di kamar tempat mereka tidur enggak ada ventilasi, hanya lubang kecil. Jadi enggak ada sirkulasi udaranya, mungkin karena itu penyebabnya," sambung dia.

 (TribunJakarta.com/Bima Putra/WartaKota)

Berita Terkini