Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN LAMA - Lurah Cipulir Sugianto mengaku belum menindaklanjuti keluhan warga terkait tidak berfungsinya pengeras suara peringatan dini bencana atau disaster warning system (DWS).
Ia mengatakan, pihaknya baru akan berkirim surat ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta.
"Ya kita memang baru mau kirim surat ke BPBD. Kita mau tanyakan, kenapa itu nggak bunyi pas banjir," kata Sugianto saat ditemui di kantornya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (20/1/2020).
"Intinya kita akan berupaya menjembatani keluhan dari warga karena mereka yang tahu persis," tambahnya.
Ketua RT 08/RW 10 Cipulir, Kristanto, mengaku belum melihat petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta datang untuk melakukan pengecekan.
"Dicek apanya yang rusak saja belum. Sampai sekarang belum ada yang datang buat ngecek," kata Kristianto saat ditemui di kediamannya, Senin (20/1/2020).
Padahal, ia sudah membuat laporan tentang tidak berfungsinya DWS ke kelurahan.
"Waktu ada kerja bakti saya lapor, ada lurah juga. Katanya mau ditindaklanjuti. Tapi nggak tahu lagi nih sekarang kelanjutannya. Yang penting saya sudah lapor," ujarnya.
Menurut Kristanto, DWS di Kelurahan Cipulir belum lama dipasang, yakni pada Agustus 2019.
Ia pun merasa heran mengapa alat pendeteksi bencana itu sampai tidak berfungsi.
"Itu kan pakai sensor, mungkin sensornya yang rusak. Masalahnya ini belum ada setahun," ucap Kristanto.
Tak berfungsi
Warga RT 08/RW 10 Kelurahan Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, menganggap keberadaan pengeras suara peringatan dini bencana atau disaster warning system (DWS) sia-sia.
Sebab, pengeras suara yang terpasang di sebuah tiang besi setinggi lima meter itu tidak berfungsi.
Akibatnya, banyak warga yang kehilangan barang-barang berharganya ketika rumah mereka dilanda banjir.
"Ngapain dipasang, percuma. Orang nggak bunyi sama sekali," kata seorang warga setempat bernama Kiki (46), saat ditemui di kediamannya, Senin (20/1/2020).
Hal senada diungkapkan Ketua RT setempat, Kristanto. Bahkan, belakangan ia sering ditanya warganya perihal tidak berfungsinya pengeras suara.
"Warga banyak yang tanya ke saya, komplainnya ke saya. Sementara saya nggak tahu apa-apa," ujar dia.
Ia mengetahui wilayahnya bakal dilanda banjir dari sejumlah pesan di WhatsApp Group.
"Cuma dari grup WA saja saya tahunya. Habis itu baru diinfokan ke warga suruh siap-siap mau banjir," ucap Kristanto.
Ia mengatakan warganya sama sekali tidak mendengar suara peringatan sebelum banjir melanda wilayahnya pada 1 Januari 2020.
"Pas banjir itu nggak berfungsi, nggak ada bunyinya," katanya.
• PKS Legowo Jika Kadernya Gagal Duduki Kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta
• Pengeras Suara Peringatan Banjir Tak Berfungsi, Warga Cipulir: Percuma, Nggak Bunyi
Ketika itu, banjir merendam puluhan rumah warga di RT 08 Cipulir. Kristanto mengatakan, ketinggian air mencapai lebih dari dua meter.
"Ini plafon tinggal dua jengkal lagi. Musala di sebelah tinggal gentingnya doang yang terlihat," ujar dia.
Sabtu (18/1/2020) lalu, ketika banjir kembali melanda, pengeras suara peringatan bencana juga tidak berbunyi.
"Makanya ini warga banyak yang tanya ke saya, kenapa kok nggak bunyi," ucap Kristanto.
Padahal, lanjut dia, pengeras suara tersebut sempat berbunyi pada Oktober 2019.
"Terakhir kali bunyi ya itu. Ke sini-sininya sudah nggak ada bunyi lagi," tuturnya.