Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, DUREN SAWIT - Kerap rindu kepada anak dan cucunya, Sutrisno (70), mengisi waktu dengan mencari paku keliling Jakarta.
Rambut dan jenggotnya yang memutih semakin memperlihatkan usianya tak lagi muda.
Setahun belakangan, karung bekas beras 5 kilogram yang ia jadikan seperti tas, selalu dibawanya keliling Ibu Kota.
Dalam sehari, Sutrisno tak pernah tahu berapa kilometer jarak yang sudah ia tempuh.
Yang jelas, ratusan rumah pasti dilewatinya demi mengumpulkan sejumlah paku dan benda lainnya yang serupa
"Saya tadinya kerja di tempat furniture. Tapi karena sudah tua makanya saya berhenti," ucap Sutrisno kepada TribunJakarta.com, Senin (27/1/2020).
"Saya putuskan untuk kerja seperti ini," sambung dia.
Selepas salat Subuh, Sutrisno sudah keluar dari rumahnya di Jalan Balai Rakyat, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Tujuannya tak pernah jelas. Ia tak pernah membuat rencana akan menyisir jalan yang mana.
Baginya tak masalah akan kemana dan mau kemana.
Selama masih daerah Jakarta dan masih banyak angkutan umum, ia berani menyusuri jalan tersebut.
"Setahun di jalan ya saya hapal Jakarta. Jadi kalau saya mengarah ke sini, saya tahu harus pulang naik apa," sambungnya.
Meski keluar rumah sejak pagi, Sutrisno menuturkan tak pernah mamatok waktu untuk pulang di jam sekian.
Ketika rasa lelah timbul, ia memutuskan menyudahi pencarian paku di jalan.
Setelah itu ia segera menuju ke rumahnya usai melaksanakan salat di masjid yang ia singgahi.
Pekerjaan seperti ini diakuinya hanya untuk mengisi waktu luang dan mengisi kegiatannya saja.
Pasalnya, saat ini Sutrisno hanya tinggal di rumah yang ia sebut gubuk seorang diri.
Istri tercintanya, Parsiah sudah kembali ke pangkuan Ilahi sejak tahun 1998 lalu akibat sakit.
Sedangkan ketiga anaknya, dua laki-laki dan satu perempuan, tinggal menyebar di Kalimantan, Kebumen dan Banyuwangi.
"Jadi ya saya kerja begini juga buat isi waktu aja. Karena kan anak jauh."
"Saya enggak mau membebani mereka aja. Saya masih kuat usaha," jelasnya.
Selain itu, aktivitas sebagai pencari paku juga dilakoninya untuk mengusir rasa rindunya kepada anak dan cucu-cucunya.
Ketika bekerja, rasa rindu itu bisa terobati karena ia memiliki kesibukan dan tak berdiam diri saja di rumah.
"Hubungan saya dan anak-anak baik. Saya tahu ekonomi mereka seperti apa."
"Namanya orang tua pasti ada rindunya ya."
"Makanya saya begini biar enggak diam aja di rumah."
"Kalaupun rindu enggak terlalu berasa karena saya punya kesibukan," ungkap Sutrisno.
Kendati demikian, Sutrisno mengungkapkan jika ketiga anaknya merupakan orang yang baik.
Mereka selalu berusaha menanyakan keadaan Sutrisno melalui telepon genggam milik saudara ibunya yang tinggal tak jauh dari Sutrisno.
"Bapak gimana kabarnya? Sehat?," tiru Sutrisno mempraktekan ucapan anak-anaknya setiap telepon.
"Jadi kalau kangennya sudah kebangetan, saya teleponan aja sama anak-anak."
"Saya enggak ngerti main HP. Paling nanti anak-anak yang telepon ke saudara," jelasnya.
"Di situ biasanya saya sama anak bercerita. Kalau ada uang ya pasti mereka pulang atau saya yang ke sana."
"Kalau enggak bisa pun enggak apa-apa. Yang penting hubungan saya sama anak-anak berjalan baik," tambahnya.
• Polisi Bongkar Dugaan Praktik Prostitusi Anak di Bawah Umur di Depok, dari Laporan Anak Hilang
Dijuluki Pahlawan Jalan
Profesi Sutrisno sebagai pencari paku hanya untuk mengisi waktu luang.
Tapi ia tetap bersungguh-sungguh dalam menjalani pekerjaannya.
Bermodalkan magnet, kepalanya lebih sering tertunduk untuk melihat jalan sekitar.
Berbagai jenis paku ia masukan ke dalam tas karung yang dibuatnya.
Sampai tibalah, banyak orang dijalan yang menghampirinya dan salut kepadanya karena menjadi pahlawan jalan.
"Selama mencari paku, banyak yang datang samperin saya. Enggak kenal pun mereka menepi."
"Mereka berterima kasih karena banyak ranjau paku di jalan berkurang. Saya juga dibilang pahlawan jalan," katanya.
Usai ucapan seperti itu, akhirnya Sutrisno mengungkapkan jika ia melakoni ini untuk mengisi waktu luang saja.
Bahkan dalam satu minggu, paling banyak hanya dua kali ia berkeliling mencari paku.
TONTON JUGA:
"Jujur saya merasa enggak enak dibilang gitu. Karena saya mencari juga enggak kayak yang lain."
"Seminggu ini aja baru dua kali keluar. Tapi mereka tetap berterima kasih," jelasnya.
Saat ini, satu kantung paku yang di dapata Sutrisno akan dijualnya dalam jangka waktu 3 hari kemudian pada pengepul.
Sementara untuk jumlah nominal yang didapat persekali jual ke pengepul, Sutrisno menerima uang sekira Rp 75 ribu sampai Rp 100 ribu