TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Keberadaan ratusan pohon yang ditebang demi memuluskan proyek revitalisasi Monas masih menjadi misteri.
Padahal, dari ratusan pohon yang ditebang itu, ada pohon jenis mahoni yang memiliki nilai jual sangat tinggi.
Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang biasa menangani masalah penebangan pohon pun lepas tangan.
"Jangan tanya ke saya kalau pohon (yang ditebang di Monas)," ucap Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta Suzi Marsitawati, Selasa (4/2/2020).
Mantan Kepala Sudin Pertamanan Jakarta Selatan yang pernah dinonjobkan di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok ini pun menyebut, pihaknya tak mengurusi penebangan pohon di area Monas itu.
"Itu di bawah pengelolaan UPT (Unit Pelaksana Teknis) Monas, bukan di bawah pengelolaan saya," ujarnya.
Tak hanya menolak berkomentar soal keberadaan ratusan pohon yang sebelumnya ditebang, Suzi juga enggan bicara soal rehabilitasi kawasan tersebut.
Pasalnya, Pemprov DKI memiliki kewajiban untuk mengganti tiga kali lipat 191 pohon yang sebelumnya ditebang atau sebanyak 573 pohon.
"Semua (yang bertanggung jawab) adalah UPT Monas. Rehabilitasinya Dinas Citata (Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan)," kata Suzi.
"Jadi jangan (tanya) ke saya," tambahnya menjelaskan.
Sikap Suzi ini sama seperti bosnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memilih bungkam soal penebangan pohon untuk revitalisasi Monas.
Sampai saat ini, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu pun belum berkomentar sepatah kata pun soal revitalisasi Monas yang sempat menuai polemik ini.
Respon Sekda DKI Jakarta
Pemprov DKI mulai menanami pelataran sisi selatan Monas yang sempat digunduli demi proyek revitalisasi kawasan bersejarah itu.
Kurang lebih sebanyak 300 pohon jenis pule pun diklaim telah ditanam di sekitar kawasan Monas.
Meski telah ditanam lagi, namun keberadaan ratusan batang pohon yang sebelumnya ditebang masih menjadi misteri.
Ada pohon mahoni dan jati yang memiliki nilai jual tinggi turut ditebang demi memuluskan proyek revitalisasi kawasan tersebut.
Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Saefullah mengaku tak mengetahui beradaan pohon yang ditebang itu.
"Batang pohon ya saya mana tahu," ucap Saefullah kepada awak media, Selasa (4/2/2020).
Ketika dipertegas apakah ratusan pohon yang memiliki nilai jual tinggi itu dijual, mantan Wali Kota Jakarta Pusat ini tak menjawab.
Ia mengatakan, penebangan ratusan pohon itu sudah sesuai prosedur dan tidak melanggar aturan.
Menurut dia, Pemprov DKI memiliki dokumen berita acara penebangan pohon yang disimpan oleh Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan (Citata).
"Ada (berita acaranya), ada di Dinas Cipta Karya," ucap Saefullah.
"Omongan angka itu, saya kumpulkan mana berita acara, itu pegangan," ia menambahkan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Suzi Marsitawati bungkam soal keberadaan pohon-pohon yang ditebang itu.
Ia menyebut ratusan yang ditebang di kawasan Monas itu bukan tanggung jawabnya.
"Jangan tanya ke saya kalau pohon (yang ditebang di Monas)," ucap Suzi Marsitawati, Selasa (4/2/2020).
"Itu di bawah pengelolaan UPT (Unit Pelaksana Teknis) Monas."
"Bukan di bawah pengelolaan saya," ia menjelaskan.
Soal keberadaan ratusan pohon yang ditebang pertama kami dipertanyakan oleh Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta.
"Seandainya kayu-kayu tersebut dijual, apakah uangnya masuk ke kas negara?"
"Ada banyak hal yang masih gelap," ucap Ketua Fraksi PSI DPRD DKO Idris Ahmad, Rabu (29/1/2020).
Politikus muda ini menyebut, sampai saat ini Dinas Kehutanan sebagai pihak paling bertanggungjawab soal pengelolaan kayu hasil penebangan pohon belum memberikan klarifikasi.
"Dinas Kehutanan yang melakukan penebangan pohon, maka biasanya kayu dibawa ke gudang," ujarnya.
"Berapa meter kubik kayu yang dibawa ke gudang?"
"Apakah kayu tersebut disimpan saja atau malah dijual?" kata Idris bertanya-tanya.
Anies Langgar Janji Kampanye
Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah melanggar janji kampanyenya.
Pasalnya, Anies melakukan penggundulan pohon di kawasan Monas.
Anies sempat berjanji jika terpilih menjadi gubernur akan mengubah kondisi udara Jakarta seperti di kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat.
"Pak Anies kan janji pada warga Jakarta dalam waktu satu tahun setelah menjabat sebagai gubernur, udara Jakarta akan sama seperti di puncak," sindir Gembong, Sabtu (1/2/2020).
Kenyataannya bertolak belakang dan hal ini disayangkan oleh Gembong.
Demi memuluskan proyek yang menelan biaya hingga puluhan miliar itu, ratusan pohon mahoni dan jati malah ditebang.
Seharusnya, Anies menambah ruang terbuka hijau agar suhu udara Jakarta semakin sejuk sesuai janjinya.
"Jadi bagaimana udara mau seperti dipuncak kalau pohonnya ditebangi. Kan gitu logika sederhananya," ujarnya.
Setahu Gembong, sebagian pohon-pohon yang ditebang memiliki cerita dan nilai sejarah tersendiri.
Pohon-pohon itu ada yang ditanam oleh para tamu negara yang pernah singgah ke ibu kota.
• Motif Siswi SMPN Jakarta Timur Bunuh Diri Belum Terungkap, Orang Tua Tunggu Penyelidikan Polisi
• Cerita Perjuangan Korban WO Bodong di Depok, Kumpulkan Biaya Nikah Sampai Kembang Kempis
• Azwar dan Siska Kerap Bertengkar di Dalam Rumah, Timbulkan Kegaduhan di Dinding Kediaman Tetangga
• Pelatih Bhayangkara FC Puji Kualitas Andik Vermansah dan Ruben Sanadi
"Persoalannya kan itu pohon ditanam oleh para kepala negara. Itu yang menanam tamu negara," tegas dia.
Sementara itu, pemenang sayembara desain revitalisasi Monas, Deddy Wahjuni buka suara soal polemik penebangan ratusan pohon.
Di dalam desain karyanya, Deddy mengaku tak ada rencana penebangan pohon terkait revitalisasi Monas.
Ia telah membuat desain sedemikian rupa agar pembangunan plaza di sisi selatan Monas untuk upacara tak mengorbankan ratusan pohon.
"Sebetulnya kalau kita bicara upacara kan enggak harus di ruang terbuka sekali," ucap Deddy, Jumat (31/1/2020).
"Jadi saya pikir upacara tidak apa-apa dibayang-bayang pohon."
"Jadi biar saja ada plaza, tapi pohon-pohon tetap dipertahankan," tambah dia. (TribunJakarta.com)