Sisi Lain Metropolitan

Kisah Ira, Anak Yatim Tak Bisa Lanjutkan Pendidikan: Kendala Biaya & Menangis Lihat Teman ke Sekolah

Penulis: Nur Indah Farrah Audina
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ira, ketika ditemui dikediamannya di Jalan Nyai Putu Bawah, Pondok Melati, Bekasi saat membantu memberekan rumah, Selasa (4/2/2020) pagi.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK MELATI - Sebelum matahari bersinar, Ira Lestari (16) tentulah sudah bangun.

Suara ayam yang berkokok diakuinya seperti alarm yang paling alami.

Meskipun bangun pagi, Ira terlihat santai dan tak kunjung bersiap ke sekolah.

Masih mengenakan baju rumahan,ia justru memilih membantu nenek dan ibunya membereskan rumah di pagi hari.

Hal ini lantaran, dirinya sudah putus sekolah sejak satu tahun lalu.

Usai kakaknya, Siti putus sekolah. Di tahun 2019 gilirannya yang mengalami nasib yang sama.

Keadaan ekonomi menghalangi niat dan semangat anak kedua dari empat bersaudara ini untuk melanjutkan sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

"Kata nenek, enggak usah lanjut ke SMA karena biayanya enggak ada," ujarnya polos kepada TribunJakarta.com, Selasa (4/2/2020).

Saat ini, Ira hanya tinggal bersama nenek, kakek dan Ibunya, Nining di sebuah kontrakan yang terletak di Jalan Nyai Putu Bawah, Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi.

Sementara ayahnya sudah meninggal ketika umurnya sekira dua tahun.

Selepas kepergian sang ayah, ia tinggal dan diasuh oleh sang nenek, sementara ibunya bekerja di Kota Depok.

"Bapak kan meninggal pas aku kecil. Aku sama kakak di titip di nenek, mama kerja di Depok. Tapi mama sekarang sudah tinggal di sini dan sekarang sudah menikah lagi. Tapi semua serba pas-pas hidupnya," sambungnya.

Selama tinggal bersama sang nenek yang biasa disapa Nenek Ira, ia sempat sekolah dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Namun, semenjak kakeknya, Yusuf enggan untuk bekerja, ia hanya mengandalkan penghasilan neneknya dari mengumpulkan botol dan kardus bekas atau dikenal dengan nama pemulung.

"Penghasilan nenek kan enggak tentu. Pas mama di Depok juga uangnya engga dikirim karena enggak cukup gaji dia murah. Pas balik mama juga jadi pemulung. Makanya enggak ada biaya buat lanjut sekolah," ungkapnya.

Selain biaya, Ira mengatakan setahun lalu ia tak mendapatkan sekolah negeri.

Sehingga langkahnya untuk melanjutkan sekolah semakin berat.

Keadaan pun semakin diperparah dengan persyaratan administrasinya yang tak lengkap.

"Ini anak sebenarnya pengin sekolah. Tapi dia enggak ada KK. Saya mau masukin ke KK saya sama engkongnya ribet banget. Diurus berbulan-bulan tapi enggak jadi-jadi di RT,".

"Makanya ya sudahlah nih anak enggak sekolah. Dari segi biaya ke swasta saya juga enggak ada uangnya. Saya mulung dr pagi sampai sore, lanjut abis isya sampai tengah malam juga cuma cukup buat bayar kontrakan sama makan aja," jelas Nenek Ira.

Akhirnya, sejak sebulan lalu Ira memutuskam mengubur impiannya dan ia memilih bekerja di pabrik konveksi yang tak jauh dari rumah.

Sehingga rutinitas paginya setelah membereskan rumah, ia akan bersiap menuju pabrik konveksi dan bekerja sampai sore hari.

"Ya sudah sebulan lalu, saya kerja aja di pabrik dompet, tas dan lain-lain itu. Seminggu libur sekali tapi jarang sih libur. Saya dibayar Rp 150 ribu perminggu. Uangnya nanti saya ambil Rp 80 ribu sisanya buat nenek, mama sama kakak aja," jelasnya.

Kerap menangis

Semangat belajar dan keinginan sekolah yang masih menggebu tampak jelas terlihat ketika melihat sosok Ira.

Gadis belia yang tampak malu-malu ini selalu berucap ingin sekolah ketika ditanya berbagai macam pertanyaan.

Ia pun bercerita kerap kali menangis di pagi hari ketika melihat tetangganya berangkat sekolah.

"Di sini banyak yang sekolah, itu depan rumah sekolah. Dia nih kalau aku lagi bebenah masih gelap sudah berangkat. Di situ sih aku suka nangis," katanya.

"Kenapa aku enggak bisa sekolah? Kapan aku bisa sekolah?," ucapan itu selalu terbersit dalam benaknya ketika menangis.

"Tapi kan saya bisa apa?. Kalau saya jerit-jerit pun nenek sama mama enggak punya biaya. Ira aja enggak ada KK juga," ujarnya menahan tangis.

Kendati demikian, saat ini Ira menuturkan fokus pada kebahagian keluarganya.

Apapun yang bisa ia lakukan saat ini akan ia lakukan dengan sepenuh hati.

"Ya sudah sekarang Ira mau kerja aja yang benar. Mungkin ini sudah nasib Ira. Tapi Ira mau bahagiakan mama, nenek sama semuanya aja. Ira mau kerja yang benar aja sekarang sekalipun enggak ada harapan buat sekolah lagi," ujarnya.

Berita Terkini